BAB LIMA

1K 140 6
                                    

Apa tujuan hidupku?
Tujuan hidupku adalah mempersiapkan diri dengan ketaqwaan untuk hidup sesuai tuntunan-Nya.

▫️▫️▫️


"SEPERTINYA ada satu hal yang harus kita samakan persepsinya di sini, yaitu tentang definisi setan."

Seluruh orang yang ada di sana mengernyitkan kening. Begitu juga Aina.

"Iya, kayaknya selama ini kita salah paham dengan definisi setan," katanya sekali lagi. Ia tersenyum, menatap seluruh pemuda yang begitu semangat mendengarkannya.

"Kalian tahu seberapa banyaknya orang yang takut dengan pocong, kuntilanak, dan juga vampir. Kebanyakan dari kita bahkan akan lari terbirit-birit kalau melihat secara langsung. Tapi kita nggak pernah sadar, bahwa harusnya ketakutan yang sama juga berlaku saat kita tidak sholat, kita tidak puasa dan juga tidak menaati perintah Allah yang lainnya.

"Lucunya lagi, kita rela merogoh kocek untuk menonton film-film horor di bioskop bersama pasangan tak halal kita, ya istilah zaman sekarang, pacaran. Memilih tempat paling gelap, mojok, berpelukan, berteriak sembari gandengan tangan. Tidak sadar kalau setan yang sebenarnya ada di sekitar mereka. Hidup berdekatan bahkan menjadi temannya. Bukan yang ada di layar, yang sedang mereka tonton dengan asiknya sembari bergandengan tangan dan berpelukan. Setan yang sebenarnya sedang asik menjerumuskan mereka agar melakukan hal-hal haram yang dilarang oleh Allah. See? Jadi siapa yang sebenarnya dibodohi dengan definisi setan?"

Seluruh orang tertawa mendengar Mas Opin bercerita. Benar juga, ya! Selama ini, persepsinya terhadap setan salah.

Aina, yang duduk di barisan khusus muslimah tersenyum begitu menoleh ke arah sampingnya--ada Maryam dan Desy. Mereka berdua yang memaksanya untuk hadir di kajian rutin hari Selasa yang diadakan kantor.

Selama ini, ia memang tidak peduli hal-hal seperti ini. Padahal program kantornya memang begitu lengkap. Maryam dan suaminya itu adalah pimpinan yang baik. Mereka tidak hanya berlaku sebagai atasan, tetapi juga sebagai pemimpin yang perhatian terhadap karyawannya. Meskipun memang tak banyak yang tertarik dan mau mengikuti kajian khusus karyawan yang diadakan perusahaan tempat Aina bekerja, ia jadi sedikit banyak terbuka pikirannya. Ternyata begini ya rasanya ikut kajian? Tadinya Aina pikir bakalan membosankan.

Duduk diam dan mendengarkan seorang ustadz tua berbicara masalah agama. Bikin Aina ngantuk. Tetapi setelah dipikir-pikir dan dicoba datang, ada juga kajian yang mengasikan seperti ini. Pengisinya muda, enerjik, pemaparannya juga logis dan segar.

"Nah, sekarang paham kan maksudnya konspirasi alam semesta tentang definisi setan? Ya, begitulah kita, manusia. Sering lalai dan berlaku sombong terhadap apa yang kita ketahui. Padahal siapa pemilik pengetahuan? Allah. IA menciptakan kita tentu sudah menyiapkan segala hal yang kita butuhkan. Termasuk cara kita hidup. Ibarat sebuah mesin, ketika kita membelinya, tentu si pembuat telah menyiapkan buku panduan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kerusakan.

"Apa buku panduan kita?"

"Al-Qur'an!" jawab mereka serentak.

Mas Opin tersenyum, membenarkan. "Maka bacalah... renungkanlah! Sebab agama adalah cara memandang hidup dan juga mati. Maka jika kita mau hidup bahagia, meski itu penuh dengan masalah, taatlah pada apa-apa yang Allah perintahkan dan apa-apa yang Allah larang. Sebab bahagia itu bukan berarti hidup tanpa masalah, namun bagaimana kita menghadapinya dengan keikhlasan sebab itu ujian dari Allah ta'ala."

Lagi-lagi hati Aina tersentuh. Seperti ada letupan yang tak dimengerti hatinya. Ia ingin tertawa. Menertawakan hidupnya yang selama ini ia sia-siakan dengan cara yang salah.

Hectic HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang