dua - makhluk aneh

49 11 0
                                    

Juni berjalan santai menuju rooftop, satu-satu nya tempat yang ada di pikiran nya saat ini. Dia suka tempat itu, sepi. Tidak seperti rooftop sekolah nya dulu yang sering kali dipenuhi anak-anak SMA yang bolos pelajaran. Sebenarnya, rooftop kampus Juni dulu sering dipakai untuk acara barbeque setiap akhir semester, tapi sekarang sudah tidak lagi.

Juni duduk di sebuah sofa yang sudah sangat tua, lalu memasang kembali earphone nya, melanjutkan lagu yang tadi belum selesai, dan mengeluarkan sebuah novel dari dalam tas hitam nya.

Belum lama, seorang laki-laki ikut duduk disebelah nya, hampir mirip dengan apa yang ia lakukan. Bedanya, ia mendengarkan lagu dari sebuah telefon genggam, dan membawa banyak sekali kertas hvs ditangan nya.

"Hei" sapa laki-laki itu. Juni masih fokus pada novelnya, mungkin karena volume lagu nya terlalu kencang jadi ia tidak mendengar suara laki-laki itu.

"Hei? Halo?" Juni masih diam, tidak peduli.

Lalu laki-laki itu menarik earphone Juni hingga terlepas. Juni berdecak, menutup kembali novel nya, hendak pergi tapi ditahan oleh tangan laki-laki itu.

Juni menepisnya,
"Lepas! Biarkan aku―"
"Kamu Juni, kan?"
"Apa maumu?"
"Berkenalan, mungkin?"
"A-apa? Apa maksud―"
"Clarik, Clarik Radka Dirga."
"Juni Inggrid."

Tanpa sadar, Juni kembali duduk di sofa tadi sambil bertatapan dengan Clarik, lalu memutuskan kontak mata mereka. Dia merasakan sesuatu yang aneh saat berjabat tangan dengan Clarik, tapi dia membuang jauh-jauh perasaan itu. Mungkin hanya kebetulan, pikirnya.

"Juni, kamu sering kesini?"
"Hm"
"Hm, itu apa? Sering atau tidak?" Juni memutar bola matanya, jengah.
"Iya sering."
"Kamu bolos?"
"Diusir"
"Kamu tidak ingin bertanya juga kenapa aku ada disini?"
"Bukan urusanku."

Lalu mereka diam, tapi tidak lama setelah itu Clarik baru menyadari kalau Juni mendengarkan lagu dari sebuah ipod.

"Ipod?"
"Hm,"
"Juni, kamu sejadul itu?"
"Kalau kamu disini hanya untuk mengejekku lebih baik aku pergi"
"E-eh jangan! Maaf bukan begitu maksudku. Aku hanya kaget di zaman yang serba modern ini kamu masih menggunakan benda itu, Juni"
"Gitu?"
"Gitu"
"Kalau begitu, selamat datang di duniaku yang sama sekali tidak ingin termakan oleh zaman."
"Lagu apa yang kamu dengarkan?"
"Bisa kah kamu berhenti bertanya? Atau setidak nya ganti pertanyaan itu menjadi "kapan kamu akan pergi dari sini, Juni?" Maka aku akan dengan senang hati menjawab nya."
"Baiklah, kalau begitu aku tidak akan pernah mengganti pertanyaan ku, agar kamu tidak pergi" Juni tertegun.

***

Juni berhasil lolos dari Clarik. Tidak membutuhkan waktu lama, Clarik lah yang mengajak nya untuk pulang. Kalian tau kan apa jawaban Juni? Tidak. Dan saat ini, ia sedang menunggu metro mini yang searah dengan rumahnya.

Tidak lama kemudian, metro mini nya datang. Masih ada dua bangku yang tersisa, Juni memilih untuk duduk didekat jendela. Lalu tiba-tiba seorang laki-laki duduk disebelah nya. Awal nya biasa saja, wajar, ini angkutan umum. Siapa saja bisa duduk disini. Kemudian Juni yang tadi sedang memperhatikan jalanan kota dari jendela menoleh ke sebelah nya.

"Kamu?!"
"Hei, jumpa lagi"
"Kamu mengikutiku?!"
"Apa? Geermu berlebihan Juni"

Juni salah tingkah, tapi ia gengsi untuk mengatakan nya. Kalian tau Juni seperti apa, kan?

Sepanjang jalan mereka diam. Asap kendaraan, suara pengamen bernyanyi, membuat Juni menginginkan sedikit ketenangan. Lalu ia mengambil ipod dan memilih Coldplay sebagai teman melodi sore itu. Tetapi tidak lama setelah lagu nya disetel, tiba-tiba saja Clarik mencabut earphone yang terhubung dengan ipod Juni, kemudian dipindahkan ke telfon genggam miliknya. Setelah tersambung, earphone sebelah kirinya ia berikan pada Juni dan sebelah kanan untuknya.

Ia memilih sebuah lagu yang terkesan familiar ditelinga Juni. "She Will Be Loved, Maroon 5" katanya, seakan membaca pikiran Juni. Pantas saja terasa familiar, lagu itu sedang populer sekarang. Entah kenapa di situ Juni hanya mengangguk seperti terhipnotis, padahal sebelumnya ia adalah gadis yang tak tersentuh sama sekali.

Juni mengalihkan pandangan nya ke jendela dan bergumam, makhluk ini memang tidak bisa ditebak. Tiba-tiba saja datang seperti angin, tidak jelas apa mau dan tujuannya. Kami hanya bertemu dan mengobrol dua kali, jelas-jelas kejadian yang tidak perlu dianggap serius. Besok juga dia hilang dari bumi, lenyap seperti jejak langkah dihapus hujan.

Hampir sampai tujuan, Juni berdiri karena perumahan nya sudah hampir kelihatan, lucunya Clarik ikut berdiri. Juni membiarkan nya melakukan apa pun, dia tidak peduli. Toh ini adalah angkutan umum, semua penumpang berhak untuk turun dimana saja.

Anehnya, Clarik masih terus berada dibelakang Juni hingga ia sampai tepat didepan rumah nya. Ketika ia hendak masuk, tiba-tiba suara Clarik mampu menghentikan langkah nya.

"Ah, akhirnya sampai. Jauh juga ya,"
"Apa yang―"
"Baiklah, aku pulang dulu. Sebentar lagi malam"
"Tunggu,"
"Ada apa?"
"Apa yang kamu lakukan?"
"Hanya mengantarkan tuan putri sampai pada tujuan nya"
"Aku bukan tuan putri, Clar"
"Aku pikir kamu akan menyuruhku masuk ke dalam"
"Tidak waras." Lalu Juni masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Clarik yang sedang senyum-senyum sendiri.

"Selamat malam juga, Juni!" Teriak Clarik, tidak peduli Juni dengar atau tidak, dia sangat bahagia sekarang.





;

Dunia JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang