sepuluh - murka

15 2 0
                                    

Juni baru ingat kalau hari ini dia ada ujian dikelasnya, tapi sayang, karena memikirkan kata-kata Clarik, ia jadi tidur larut malam. Alhasil dipagi hari ia terlambat datang. Kelemahan Juni, yang pertama. Berusaha tidak memikirkan sesuatu karena dianggap tidak penting, tapi ujung-ujungnya hal itu akan menghantui pikirannya terus-menerus, catat.

Guru kesiswaan yang saat ini sedang berada di kelas Juni, semakin murka melihat tingkah laku gadis itu yang kelewat santai. Guru kesiswaan itu pun menghampiri Juni dan mencabut dua buah benda kecil berwarna putih yang menyumpal telinga Juni.

"Pulang sana!"

Brak!

Guru kesiswaan nya itu terkejut melihat Juni yang menggebrak meja dihadapannya dengan tersenyum sinis. Oh, sialan. Juni ingin mengamuk, cuma ingat status. Murid bisa apa ?

"Bu, saya udah datang kesini susah payah karna mau ada ujian. Sekarang ibu nyuruh saya pulang? Emang ibu siapa?"

Tolong, guru kesiswaan. Kamu salah mencari lawan.

"Dengar ya, Juni Inggrid! Jangan karna kamu kuliah disini hasil beasiswa―"

"Besok saya undur diri!"

Kesiswaan murka. Ia semakin merasa tertantang oleh gadis dihadapannya saat ini. Juni memperhatikan seisi kelas. Bagus, sekarang dia menjadi pusat perhatian. Orang-orang yang ada disana diam tak berkutik. Sudah tau apa yang akan terjadi kalau Juni mengamuk, infocus saja bisa dia banting.

"Begitu? Sombong sekali kamu―"

"Woi lah jelas! Saya mau sombong sekarang! Saya kuliah disini karna beasiswa, bukan berarti saya miskin tapi karna saya, cerdas!"

Guru kesiswaan itu semakin geram. Ia menatap Juni dengan emosi yang meledak-ledak. Bukan tertantang lagi, kini ia dilawan. Muak dengan tingkah laku Juni, kesiswaan itu melempar tas hitam satu-satunya milik Juni ke lantai. Yang ia lawan? Hanya mengangkat sebelah alisnya, meremehkan. Juni kelewat santai, tapi dia mematikan.

"JUNI INGGRID!"

"Saya?"

"PANGGIL ORANG TUA KAMU SEKARANG JUGA! Saya berani sumpah, kamu akan di drop out hari ini juga!"

Mood untuk mengajak debat seketika luruh, pandangan nya mendingin. Juni menyandang tas hitamnya yang baru saja ia ambil dilantai, lalu merampas earphone dari tangan guru kesiswaan itu.

Final. Kesiswaan kalah telak setelah Juni mengucapkan kalimat yang menusuk guru dihadapannya itu layaknya pisau yang baru saja diasah setajam mungkin.








"Saya ga punya orang tua."

;

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang