1

49 12 12
                                    

Teressia Arina, gadis yang sudah satu semester lebih ini memulai kehidupan SMAnya, tepatnya di SMA Pelangi Nusa. Sebenarnya Arin bukan merupakan gadis dengan paras yang sangat cantik. Namun, dengan muka bulat dan pipi tembamnya Arin bisa dibilang sangatlah manis. Oh jangan lupakan rambut gelombang sebatas punggung yang melengkapi paras manisnya itu. Dan satu lagi, dengan tinggi yang hanya sebatas 157 sentimeter itu membuat para lelaki merasa ingin selalu melindunginya.

Namun sayangnya nasib hari jum'atnya kali ini tidak semanis wajahnya. Bagaimana tidak!? Sekarang dia berada di halaman sekolah Pelangi Nusa yang bisa dibilang cukup luas, dengan kedua tangan yang memegang sapu dan mulut yang sedari tadi tidak ada berhentinya menggerutu kesal.

Apakah kalian bertanya tanya mengapa Arin bisa berakhir ditempat ini? Ya alsannya hanya satu. Terlambat masuk sekolah. Salahkan kakak laki lakinya yang sangat susah dibangukan, padahal harusnya dia mengantar Arin untuk pergi ke sekolah.

"Ngomel mulu kapan selesainya". Tubuh Arin terlonjak kaget dengan suara dari arah belakangnya. Arin lalu memutar tubuhnya menghadap ke belakang. Bermaksud mengumpati orang yang telah mengejutkannya. Tapi melihat siapa orangnya,Arin hanya bisa menyimpan umpatan tersebut dalam hati.

Alvano pratama, ketua osis SMA Pelangi Nusa yang akrab dipanggil vano ini sekarang bertugas mengurus siswa siswi yang melanggar aturan termasuk yang terlambat datang ke sekolah.

Arin hanya memandangnya datar lalu kembali melanjutkan tugasnya, tidak lupa mengeluarkan umpatannya dalam bentuk gumaman. "Ketua osis bacot banget"

"Terlambat masuk ditambah berkata tidak sopan kepada senior. Setelah ini lari keliling lapangan 5 kali". Rentetan kalimat yang keluar dari mulut ketua osis itu membuat Arin melebarkan bola matanya.

"Anjing! Seenaknya nambah nambahin hukuman lo". Hanya sepersekian detik setelah mengatakan tersebut Arin sadar dengan ucapannya, sontak Arin membawa kedua tangannya untuk menutup mulut manisnya itu.

Vano yang mendengar ucapan Arin hanya memandangi Arin datar. Lalu kembali berucap dengan kedua belah bibirnya. "Berkata kasar, hukuman ditambah. Lari keliling lapangan 15 kali". Setelah itu Vano langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Arin yang kembali mengumpatinya dalam hati.
.
.
.
.
Setelah selesai membersihkan halaman SMA Pelangi Nusa, Arin langsung mengambil tasnya bermaksud untuk pergi ke kelasnya dan mengikuti 2 jam pelajaran sebelum jam istirahat dimulai. Bahkan Arin sudah tidak peduli dengan hukuman yang dikatakan oleh ketua osis sok dingin itu.

Tapi seperti yang sudah kita ketahui, nasib Arin hari ini tak semanis wajahnya. Saat Arin membalikkan tubuhnya setelah sebelumnya mengalungkan tas ransel miliknya di bahunya, ketua osis yang -sok- dingin ini sudah berdiri dihadapan Arin dengan tangan bersedekap didadanya.

"Astaga!" Dua kali sudah Arin dikejutkan dengan orang yang sama hari ini.

"Setelah terlambat, berkata tidak sopan terhadap senior, dan berkata kasar, lalu hendak kabur dari hukuman. Mau menambah koleksi hukumanmu Teressia Arina?" Kata Vano sembari melirik name tag pada seragam Arin.

"Denger ya kakak senior yang saya hormati. Hari ini saya ada tugas penting di mata pelajaran fisika, maka dari itu sa-"

"Gak nanya." Belum sempat Arin menyelesaikan kalimatnya, Vano sudah terlebih dahulu memotong ucapannya.

"Hukuman tetep hukuman, sekarang lari 15 kali keliling lapang atau gue tambah hukuman lo?"

Arin bertambah kesal dengan perkataan Vano. Dengan malas ia kembali meletakkan tas ranselnya. Dan langsung menuju lapangan SMA Pelangi Nusa.

Namun sebelum benar benar pergi ia masih sempat berucap kepada ketua osisnya itu. "Ngeselin." Satu kata, lalu setelah itu ia cepat cepat pergi sebelum ketua osis tersebut menambah hukumannya.

Vano, yang mendengar itu sedikit melebarkan matanya. Setelah itu ia mengikuti Arin menuju lapangan dengan kepala geleng geleng tidak percaya dengan tingkah adik kelasnnya ini.
.
.
.
.
"Kak!" Arin memanggil ketua osisnya yang duduk dibangku pinggir lapangan sambil mengawasinya dengan napas yang masih tersenggal senggal. Padahal ini masih putaran yang ke sepuluh, masih ada lima putaran lagi yang harus dilakukan.

Vano hanya menatap Arin, menunggu lanjutan kalimat yang ingun Arin katakan. Merasa Vano tidak menyahuti panggilannya, Arin memutuskan untuk menghampiri Vano. Setelah sampai di bangku yang ditempati Vano, Arin langsung mengambil duduk di sebelah Vano, padahal vano mempersilahkan Arin untuk duduk saja belum.

Vano menolehkan kepalanya kesamping kanan untuk melihat adik kelasnya itu. Merasa heran dengan tingkah ajaib Arin yang tidak ada takut takutnya dengan Vano.

"Ngapain lo disini? Masih kurang 5, lanjut sono!" Kata vano dengan gestur tangan menyuruh Arin kembali untuk lari mengelilingi lapangan.

"Heh! Gak berperikemanusiaan banget jadi orang. Kasih gue istirahat dong ah. Capek tau!"

"Lo pikir gue peduli? Cepetan selesaiin!"

"Jahat!" Kata Arin sambil menunjukkan muka memelasnya, biasanya ini ampuh jika dia lakukan kepada kakak laki lakinya.

"Gausa sok imut! Jatohnya gue jijik ngerti gak? Sono selesaiin!"

Arin semakin kesal dengan ketua osis yang satu ini. Menurutnya ketua osis ini benar benar jahat, tidak memiliki rasa kasian sama sekali.

"Sapa sih yang milih dia jadi ketua osis!? Pada gak waras kali ya!" Gumam Arin sembari melangkah kembalu menuju lapangan.

"Gue denger. Gausa protes daripada gue tambah hukuman lo"

Arin terkejut kemudian segera berlari untuk menyelesaikan hukumannya daripada dia terus terusan mendapat hukuman.
.
.
.
.
.
"Hah capek banget gue.. ketua osis sialan emang! Pingin gue jambak jambak tuh rambutnya! Apalagi muka songongnya tuh! Pingin gue cakar aja ra-"

Ucapan Arin berhenti karna ia merasakan sesuatu yang dingin menempel di dahinya. Ia kemudian menoleh dan mendapati Vano dengan satu botol minuman isotonik yang sekarang tengah menempel di dahinya.

"Ngomong mulu. Nih minum." Kata vano sembari menyodorkan botol tersebut pada Arin.

Arin yang mendengar ucapan ketua osisnya hanya menyengir bodoh dengan tangan tang bergerak mengambil botol minuman tersebut.

"Hehe.. makasih kak"

Setelah Arin mengambil botolnya, ia segera membukanya dan meneguknya rakus hingga tandas. Vano yang melihat itu menatap tidak percaya kepada Arin.

"Nah! Udah kan ini? Gue balik ke kelas ya.. sekali lagi makasih kak!" Kata Arin sambil memberikan senyum manisnya, setelah itu segara berjalan menuju kelasnya.

tbc

***

A/N
Chap pertama dari author!! Mohon kritik dan sarannya sekali lagi ya!! Semoga suka! Terimakasihhh😊😊
Keep reading and mohon vomentnya sekali lagi! See you at the next chapter

Real FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang