"Nah! Udah kan ini? Gue balik ke kelas ya.. sekali lagi makasih kak!" Kata Arin sambil memberikan senyum manisnya, setelah itu segara berjalan menuju kelasnya.
.
.
."Astaga rin gue pikir lo ga masuk hari ini!" Seru lexa begitu Arin masuk ke dalam kelas dengan wajah tertekuknya.
"Bodo amat"
"Lah? Kenapa lo? Pms?"
"Astaga lo tau ga sih-"
"Ngga."
"Gue belom selesai ngomong."
Lexa menyengir lebar. "Ya udah lanjutin"
"Gue abis dihukum bersihin halaman depan dan lari keliling lapangan 15 kali sama ketua osis sok dingin nyebelin itu!"
Arin menjelaskan dengan wajah masam. Lexa yang mendengar cerita Arin sontak tertawa.
"Ya elo gimana bisa ampe dihukum begitu"
"Gue tadi tuh-"
Perkataan Arin harus berhenti kala teman sekelasnya bernama Jessie memanggilnya.
"Arin ada gak?"
"Kenapa jes?" Tanya Arin sambil menoleh ke arah Jessie diambang pintu kelas.
"Lo dipanggil bu aisyah di ruang guru."
"Sekarang?"
"Kemarin." Jessie menampakkan wajah kesalnya saat Arin menganggap serius jawabannya tadi. Terbukti dari kerutan di dahi gadis manis itu. "Ya sekarang Teressia Arina! Kesel gue lama lama sama lo."
Arin yang melihat wajah kesal Jessie hanya menunjukkan cengiran bodohnya. "Heheh iya iya makasih."
.
.
.
.
"Teressia Arina bisa jelaskan kenapa kamu tidak mengikuti mata pelajaran saya tanpa keterangan?" Tanya Bu Aisyah sesaat setelah arin duduk di hadapannya dengan meja sebagai pengahalang antar Arin dan Bu Aisyah."Maaf bu.. saya tadi terlambat datang ke sekolah jadi harus menjalani konsekuensi terlebih dahulu."
"Yasudah kalau begitu, lain kali jangan diulangi."
"Iya bu. Apa sudah selesai bu?"
"Oh iya ibu sampai lupa. Kamu ibu rekomendasikan untuk ikut seleksi olimpiade fisika ya. Karena selain dari minat siswa, setiap guru fisika harus mempunyai perwakilan 1 orang untuk mengikuti seleksi. Jadi saya memilih kamu untuk ikut seleksi."
"Tapi bu.. saya masih belum terlalu meguasai mata pelajaran fisika bu."
"Tidak usah berbohong arin.. nilai fisika mu paling tinggi dari 4 kelas yang ibu ajar. Dan jangan khawatir, setiap perwakilan akan diberi tutor sebaya untuk membantu kamu, dan juga seleksi masih diadakan 5 bulan lagi. Ibu sudah memanggil tutor kamu, harusnya dia datang sebentar lagi"
"Permisi bu aisyah? Ada apa memanggil saya ya?"
Arin pun menoleh ke arah orang yang baru saja datang menghampiri meja Bu Aisyah.
"Nah ini Arin.. dia yang akan menjadi tutor kamu"
"LO!?" Arin berteriak. Tentu saja ia terkejut kenapa bisa orang yang membuat mood Arin berantakan hari ini menjadi tutornya.
"Kenapa arin?" Tanya Bu Aisyah dengan wajah bingung
"Saya gak mau bu kalau dia yang jadi tutor saya. Ibu gak tau ya bu? Saya tadi dihukum dia lari keliling lapangan 15 kali, mentang mentang dia ketua osis bu. Mana ga boleh istirahat lagi bu. Saya kan capek bu."
Arin menyerocos panjang lebar.
"Maaf arin.. tapi Varo ini bukan ketua osis"
"Hah!?" Astaga hitung sudah berapa kali Arin terkejut untuk hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Feeling
Подростковая литератураCinta yang belum dewasa mengatakan "Aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu." Sedangakan cinta yang dewasa mengatakan "Aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu." -Erich Fromm- *** Masa putih abu-abu memanglah sangat unggul dalam lika liku percinta...