3

43 6 2
                                    

Arin sampai di rumah pukul 3 sore karena harus membeli kue pesanan mamanya yang sialnya memiliki antrian yang begitu panjang hari ini. Beruntung saja hari ini jalanan jakarta tidak macet sehingga tidak semakin menyusahkan dengan mengharuskan Arin pulang disaat langit telah gelap.

Setelah meletakkan kue pesanan mamanya di dapur, ia naik ke lantai atas untuk segera merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Setelah meletakkan tasnya di meja samping lemari Arin segera menjatuhkan tubuhnya pada kasurnya. Tiba tiba otaknya terpaksa memikirkan kejadian saat disekolah tadi. Dimana dia di hukum oleh ketua osis sok dingin bernama Alvano -menyebalkan- Pratama itu. Lalu setelahnya bertemu dengan saudara kembarnya dengan kepirbadian yang jauh berbanding terbalik dengan Vano.

Ia hanya berdoa agar di hidupnya tidak bertemu dengan orang orang seperti Vano lagi. Namun jika harus bertemu Varo ia akan sangat bersyukur kepada Tuhan.

Siapa sih yang gak akan kecanduan sama senyum super duper manis kaya punya kak varo? Batin Arin sambil tersenyum senyum

Ya sepertinya makhluk yang satu ini sudah sedikit gila, bagaimana bisa dia tersenyum sendiri seperti itu.

Merasa sedikit bosan ia memutuskan untuk mandi karena badannya terasa lengket akan keringat. Sekitar 25 menit Arin sudah terlihat lebih segar dengan kaus berwarna mint dengan celana santai berwarna hitam miliknya.

Line!

Terdengar satu notifikasi baru dari ponsel milik Arin yang tergeletak di atas kasur. Ia pun segera membuka ponselnya untuk mengetahui siapakah yang mengirim pesan kepadanya.

Alvaro

Alvaro :
Addback rin

Arin sontak tersenyum melihat satu pesan dari kakak kelasnya itu. Dengan cepat Arin membalas pesan tersebut, tidak ingin membuat Varo menunggu lama.

Arin :
Udah kak!!

Alvaro :
Jangan lupa belajar trus makan malem ya

Arin :
Siap kapten!!

Read

Sudah Arin bilang kan? Varo benar benar pribadi yang hangat. Padahal Arin hanya murid tutornya tapi Varo benar benar perhatian padanya. Arin pun teringat akan pesan Varo yang mengingatkannya untuk belajar.
.
.

.
.
.
"Hah selesai!" Arin berseru lega. Mengerjakan 30 soal fisika ternyata lumayan menguras tenaga.

Arin merasakan cacing di perutnya mulai memberontak kelaparan. Ia pun memutuskan untuk turun kebawah, melihat apa makan malam sudah siap?

"Ma? Makan malem belum siap ya?" Tanya Arin kepada regina-mamanya-sesampainya ia di dapur.

"Habis ini siap sayang. Bantuin mama sini!" Jawab Regina tanpa mengalihkan atensinya dari panci dan penggorengan di hadapannya.

"Bantuin apa nih ma?" Tanya Arin sembari mendekat ke arah penggorengan dan berdiri di samping mamanya.

"Nih jagain ayam kesayangan kamu nih!" Arin yang mendengar perkataan regina sontak matanya mengeluarkan binar kesenangannya. Kemudian dia dengan patuh menuruti perintah mamanya.

"Abang belum pulang ma?" Tanya Arin ketika menyadari bahwa ia belum melihat batang hidung kakak laki lakinya itu.

"Belum, paling habis ini. Dia janji pulang sebelum makan malem kok."

Arin hanya mengangguk anggukkan kepalanya paham. Kurang dari lima menit terdengar suara nyaring yang menyapa gendang telinga Arin serta Regina.

"ORANG TAMPAN SEDUNIA PULANG!!" Sudah dapat ditebak siapa pemilik suara tersebut. Christian Geraldi, kakak laki laki Arin yang akrab dipanggil Geri telah pulang usai bermain bersama teman teman kampusnya.

Real FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang