Part 5 (Sisi Lain Ali)

1.2K 191 163
                                    

Aliando Wijaya
Sisy Rosse Swan

NO COPAS NO BULLY

....

....

"KAU LAGI!" teriak Ali marah.

Senyum devil tersungging di bibir tipis berkulit putih tersebut. Tangan kanan nya memainkan pisau lipat berukuran sedang. Ali melirik pisau tajam tersebut tapi nyalinya sama sekali tidak ciut. Malah senyum devil itu di balas dua kali lipat lebih mengerikan.

"Aku akan selalu ada sampai kau tidak ikut campur dalam urusan ku Aliando Wijaya," sorot matanya menatap Ali penuh kemarahan.

Ali terkekeh mendengarkan ucapan pemuda jangkung tersebut, "Aku gak pernah ikut campur urusanmu Axel Carlos Alther, apalagi peduli dengan kau, jadi enyah dari jalan ku bajingan,"

"Oh jadi kau sudah tau nama belakang ku?"

"Tidak sulit menerka nama belakang keluarga kaya angkuh seperti kau," senyum miring Ali ikut tersungging lagi.

"Baik kembali ke topik awal, kalo kau benar-benar tidak tertarik dan peduli pada urusan ku jadi bisa kan kembalikan milik ku?

"Milik kau?" cicit Ali pura-pura tidak mengerti. "Barang apa yang aku pinjam dari kau Axel?"

Wajah Axel semakin menggeram marah dia membentak Ali, "Jangan pura-pura bodo brengsek! Sisy milik aku! Bukan kau bajingan! Kembalikan dia atau ku paksa!"

"Kalian sudah selesai Axel apa kau lupa?" Ali mencoba mengingatkan. "Dan satu lagi Sisy bukan barang yang bisa kau mainkan sesuka kau,"

"Jangan.campuri.urusan.ku," intonasi Axel seperti pembunuh.

"Maaf tapi kalo menyangkut Sisy aku terpaksa ikut campur," wajah Ali masih tampak tenang. Dia seperti ingin memancing amarah pria di hadapannya.

"Baik kita liat siapa yang menang," Axel tengah bersiap-siap mengunus pisau tajam itu di wajah Ali. Tapi dengan cepat Ali dapat menepis tangan Axel dari wajahnya.

"ALII!!" Sisy keluar dari mobil berlari kecil berdiri takut di belakang punggungnya.

"Kenapa keluar?" tanya Ali melirik gadis itu melihat wajah takutnya. "Seharusnya kamu jangan keluar, masuk Sisy!"

"Axel cukup! Pergi Axel," pinta Sisy sedikit memohon.

Gadis itu bukannya mendengarkan apa kata Ali dia malah melihat takut tepat ke arah Axel, wajah Sisy semakin pucat dan gemetar di balik punggung Ali yang lebar dan kokoh.

"Beb ikut aku," tangan Axel tiba-tiba menjulur cepat ingin menarik lengan Sisy. Wajahnya berubah lembut.

Ali bisa membaca gerakan itu dan dengan cepat dia mendorong kasar dada Axel, "Jangan sentuh dia bangsat!"

Wajah Ali berubah mengerikan dia seperti kesurupan, bias matanya berubah. Ini pertama kali Sisy melihat perubahan Ali yang berbeda. Dia seperti bukan Ali. Sisy takut.

"Ali...," suara Sisy berubah serak.

Sedangkan Axel sudah tersungkur jatuh ke Aspal, bukan Sisy saja yang kaget Axel juga. Dia tidak percaya Ali bisa seposesif itu pada Sisy.

"Kau yang Bangsat Wijaya!" umpat Axel tak terima dengan perlakuan Ali padanya. Ini penghinaan baginya. Dengan mudahnya dia jatuh ke aspal hanya sekali dorongan dan sentakan.
Axel segera berdiri sambil kembali menggenggam pisau lipatnya yang jatuh tepat di sampingnya. Lalu tiba-tiba tiga teman Axel juga keluar dari mobil Merah Axel. Sepertinya dia tidak sendirian.

"Oh kau bawa pasukan rupanya," cibir Ali tak takut sama sekali.

"Ali... Cukup...," Sisy berusaha mengakhiri perkelahian mereka.

TERLANJUR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang