Chat an Yuk!

37 5 0
                                    


Suara deruman motor memenuhi area parkir sekolah, siapa lagi kalau bukan Trio wek wek yang melakukannya. Langit, Amar,dan Ano segera melepas helm full face nya dan belari bersama menuju kelas. Cuaca hari ini sedang tidak mendukung, gerimis kecil menemani perjalanan mereka dari rumah ke sekolah.

"Pelangi! "

Langit menghampiri Pelangi yang sedang duduk menyantap nasi goreng di kursi kantin sekolah, memang jam masih menunjukkan 06.30 WIB, masih ada waktu bagi para murid untuk melaksanakan kegiatan sarapan atau hal yang lainnya. Langit menggeser kursi didepan Pelangi. Pelangi sontak membulatkan matanya menatap Langit. Dengan cekat ia memperhatikan lingkungan sekitarnya, memastikan bahwa ia benar benar aman dari jangkauan para mata-mata ayahnya.

Langit mengeratkan hodie putih kesayangannya, ia memperhatikan Pelangi yang tampak memperhatikan sekitar, "Pelangi" panggil Langit seraya tersenyum.

Pelangi sadar dan memutar bola matanya malas, ia tidak menanggapi panggilan Langit. Dia fokus memakan kembali sarapannya.

"No, sekarang kacang lagi mahal ya"
Bisik Amar yang berada disebelah Ano. Tentu saja sindiran itu ditujukan oleh Langit.

Ano cekikikan, "Wkwk iya Mar lagi mahal"

Langit berdecak kesal, teman teman laknatnya ini selalu mengganggu momennya saat bersama Pelangi saja. Langit melototkan matanya kearah Ano dan Amar yang langsung dibalas senyuman tidak berdosa dari mereka. Amar dan Ano yang mengerti pun langsung pergi meninggalkan Langit dan Pelangi berdua.

Langit menatap Pelangi dengan senyum yang tidak luntur dari wajah handsome nya. "Pelangi, mau dong disuapin, aku belum makan loh tadi"

Pelangi menggeram kesal menatap wajah Langit, ingatannya kembali berputar saat dia dituduh ayahnya yang tidak-tidak. "Mau lo tu apa si! Nyesel gue kenal sama lo!"

Langit melongo tak percaya, "Yaelah Pelangi galak amat si, bercanda doang juga"

Pelangi menyudahi makannya yang belum selesai, dirinya kelepasan terbawa emosi. Nasi goreng bu Paryanti yang biasanya enak kini terasa hambar.

"Kamu kenapa si? " Langit mengernyit heran melihat Pelangi yang seakan sedang memikul beban berat.

Bukannnya menjawab, Pelangi malah pergi meninggalkan Langit. Tak tinggal diam, Langit mengejar Pelangi.Dirinya masih bingung mengapa hari ini Pelangi judes sekali. Memang tidak heran lagi jika Pelangi memang cuek padanya, tapi hari ini Pelangi beda.

Langit mensejajarkan langkah kakinya, "I love you"

"Apaan si lo gajelas banget, Najis!"

Langit menyeringai jahil lalu mengangkat salah satu alisnya mendramatis,"emang aku tadi ngomong apa??? "

"I love you!"

"I love you too" Langit tertawa terbahak bahak.

"Gilak!!! "

Pelangi berlari menjauh meninggalkan Langit yang masih sibuk dengan tawanya. Langit puas, setidaknya dia sudah berhasil melihat wajah Pelangi saat kesal kepadanya hari ini.

***

Langit menyanggah kepalanya menggunakan satu tangan, senyum manisnya tidak berhenti merekah sedari tadi.

Langit
Hai Pelangi
Send

Pelangi
Sp y?

Langit membelalakkan matanya lebar, tubuhnya langsung terduduk. Hatinya berbungah, tidak disangkanya kini Pelangi membalas pesan darinya."Subhanallah!,ini Pelangi sadar ga sih bales pesan gue!", Langit menumpuk bantal dan memposisikan dirinya senyaman mungkin.

Langit
Langit, ini Langit, please save nomer gue yaa😍
Send

Matanya menatap lekat kearah ponselnya, tidak ingin melewatkan sebentar pun balasan dari Pelangi.
"Pelangi udah tidur ya? Kok lama banget si jawabnya". Langit masih bersabar tidak ingin terburu-buru. Tapi rasa ketidak sabaran mendominasi fikiran Langit. Dengan cepat tangan Langit menyambar air Putih di nakas samping tempat tidurnya dan meneguknya sampai dirasa tenggorokankannya tidak kering lagi.

Langit
Pelangi?? Udah tidur ya?
Send

Langit menghembuskan nafasnya kasar. Baru saja dia akan mematikan HP, namun hatinya senang sekali melihat notif dari Pelangi.

Pelangi
Gnggu bgt lo

Langit tersenyum lebar

Langit
Pelangi, chatt an yuk
Send

Pelangi
Ayo

Langit menarik nafas kaget, Pelangi mau diajak ngobrol olehnya, Langit antusias, mengambil bantal untuk dijadikan penyanggah tangannya yang sedang duduk agar nyaman saat ngobrol dengan Pelangi nanti.

Langit
Beneran niiih?? Pelangi lagi apaa?😍
Send

Pelangi
Ini mau tdr, bye!

Langit
Yahhh Pelangiiii

Hembusan nafas kasar Langit terdengar penuh kecewa, barus saja ia mengharapkan akan ditemani Pelangi dalam chatt selama satu jam kedepan, namun harapan itu dengan mudahnya dipatahkan oleh Pelangi.
Langit menyingkap selimut, kakinya melangkah keluar kamar. Udara kali ini lumayan dingin, ia berinisiatif membuat kopi panas untuk menemani malamnya.

"Eh den Langit mau kemana??" tanya Bi Sumi yang sedang membersihkan sisa makan malam.

Langit membalas senyum, "Mau ke dapur bi, bikin kopi"

Bi Sumi segera menawarkan"Loh nggak usah den, biar bibi aja yang bikinin"

"Nggak papa bi, sekali-kali Langit pengen buat sendiri", Langit mengacuhkan tawaran Bi Sumi dan tetap melanjutkan membuat kopi.

Langit bergegas menuju kamar ditemani segelas kopi panas ditangannya. Langkahnya tercekat didepan kamar ibunya. Langit mendengar ibunya menangis sesenggukan. Dilihatnya dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka. Hatinya mendadak sakit melihat ibunya menangis dipelukkan ayahnya sambil sesekali terdengar menyebut nama Awan. Tangannya mengusap kasar pipinya. Air mata tidak boleh keluar disaat yang tidak tepat seperti ini.

😬😬😬

Haloha, gimana ceritanya, ini termasuk part yang pendek, sengaja.

Kalau baca seenggaknya kasih voment dong, author udah rela ngemis ngemis voment ke kalian, masa diacuhin sih.

Ya udah sekian dulu dari author.

Dah:)

 SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang