Pelangi menengok kanan kiri juga depan belakangnya. Tidak ada yang mencurigakan, lantas siapa yang menulis ancaman pada sesobek
kertas lusuh untuk dirinya?. Dia menghembuskan nafas lelah, ini adalah salah satu resiko jika dirinya dekat dengan seorang laki-laki.Hidupnya menjadi tidak tenang.Pelangi resah, sebelum suara guru mengintrupsinya."Ada apa Pelangi?!dari tadi saya perhatikan sepertinya kamu tidak konsen pelajaran, kalau menang tidak nyaman dikelas saya kamu bisa keluar sekarang", pak Bambang bertanya sekaligus menegur.
Sontak murid yang ada dikelas melihat Pelangi yang kebetulan duduknya berada bagian tengah.Pelangi hanya menggeleng dan menundukkan kepalanya malu.
***
"Eh Anoa balikin sini hp gue!", bentak Amar sambil merebut hpnya dari tangan Ano.
Ano mengecurutkan bibirnya, "sialan lo, nama gue Ano bukan Anoa".
Ano memang sering adu mulut dengan Amar yang sering mengganti namanya menjadi Anoa. Salahkan saja mulutnya Amar yang ceplas ceplos juga Ano yang sensian. Menurutnya sudah menjadi kewajiban sehari hari untuk debat dengan temannya itu.
Langit menatap dua temannya bosan,
"Ga bosen apa tiap hari berantem mulu, sampai capek gue dengernya"Ano dan Amar kompak memperhatikan Bara sinis, "Kalau bosen ya ga usah didengerin!" ucap Amar dan Ano kompak.
Langit memutar bola matanya malas. "Lagian ngapain si lo, HP aja direbutin, mendingan juga rebutan cewek" kerling Langit.
"Kan gue udah cerita! hp gue disita mami gara gara ketauan nonton gituan, ya lo sebagai temen harusnya bersedia dong kalau hp lo gue pinjem bentar" elak Ano.
"Kalau gini mendingan gue temenan sama cermin, seenggaknya kalau gue lagi nangis dia nggak bakalan ketawa" sungut Ano.
"Prettt, baperan banget si, lagian bentar apaan, orang lo udah pinjem hp gue dari dua jam yang lalu juga, lo bilang bentaran, ini mulut dusta mulu sih" sarkas Amar sambil menarik mulut Ano yang langsung dibalas geplakan oleh Ano.
Memang HP Ano sedang disita maminya karena Ano ketauan nonton video tidak senonoh di kamarnya.Menurut Ano itu wajar untuknya, nggak mesum nggak normal, itu prinsipnya. Tapi maminya Ano tidak ingin Ano terjebak Pornografi yang akan menjerumuskan kearah pergaulan bebas.
"PENGUMUMAN PENGUMUMAN !!!", pekikkan Aldi ketua kelas membuat kelas Langit hening. "ASSSEEEKKK,
Bu suk ga bisa ngajar katanya ada acara,yuhuuuu"Sontak kelas 12 IPA 1 bersorak ria, para cewek langsung membentuk formasi barisan didepan kelas untuk melaksanakan acara gosip, cowok cowok berpencaran ada yang mengambil gitar dan melaksanakan konser singkat, ada juga yang mengomando agar gamers segera berkumpul dibelakang kelas untuk melaksanakan misinya.Berbeda dengan Langit, Amar dan Ano, mereka langsung melenggang pergi ke kantin sekolah untuk mengisi perutnya, tentu saja setelah perdebatan singkat setelah menentukan siapa yang membayar kali ini.
"Lo ud.. Eh Mar itu kan Mita!" heboh Ano sambil menunjuk kearah dimana Mita gebetan Amar sedang berdiri memesan makanan dengan tangan yang menggandeng cowok.
Amar dan Langit kontan melihat arah tunjukkan Ano, " Eh iya anjir itu kan Mita!" Langit melihat Amar tajam.
Amar yang merasa ada yang salah akan ucapannya tadi langsung mengelak,
" Nggak sengaja Lang, keceplosan tadi, kilap ya maap elah namanya juga manusia tempatnya salah dan lupa" cerocos Amar.Ano menjotos ringan bahu Amar, "ah lo mah, giliran salah aja bisa bijak gitu"
Langit memang tidak suka jika teman temannya menggunakan bahasa kasar dalam bicara, senakal nakalnya Langit dia tidak pernah melupakan ajaran bundanya untuk tidak bicara kasar saat bicara. Tentu saja Langit harus sering menegur teman temannya itu karena mereka sering bicara kasar, Ano dan Amar yang faham bahwa tujuan Bara baik hanya bisa menurut.
"Udah mar sabar aja, lagian lo seneng kok ya sama yang bentukannya gituan" Ano menepuk-nepuk bahu Amar.
Amar menatap nyalang pada Mita yang sedang bergelayut manja pada cowok. Baru dua hari ini dia dan Mita dekat dan rencananya Amar akan menembak Mita hari ini, tapi apa yang dilakukan cewek itu?.
Amar menghembuskan nafasnya kasar, "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, masih gue liatin dulu gue sleding kemudian"
"Ngomong apaan si lo kutu kupret" balas Langit.
Ano tertawa, "Biarin lah lang, lagi sakit hati dedeq" Ano mulai alay.
Mereka bertiga segera melanjutkan makannya yang tertunda, membiarkan semua masalah berlalu, yang penting perut terisi dulu.Pandangan Langit terhenti menatap sekotak susu putih yang ada didepannya.Dia ingat, saat ini kelas Pelangi sedang jam pelajaran olahraga. Sekelebat ide muncul di otaknya, ujung bibir Langit tertarik membentuk sebuah senyuman.
Citt..
Langit menggeser kursinya kebelakang, dia mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan dari dalam dompetnya dan menaruhnya di meja. Amar dan Ano mendongak menatap Langit dengan penuh tanya.
"Gue duluan ya bro, itu duitnya buat bayar makan" Langit mengambil susu kotak itu dan langsung berlari meninggalkan kantin.
Ano dan Amar yang melihat itu saling bertatapan dan kompak mengendikkan bahunya."Lo kaya ga pernah tau aja kalau monyet lagi jatuh cinta" ucap Ano yang dibalas dengan tawa renyah Amar.
Langit celingak-celinguk di pinggir halaman sekolahnya, matanya menangkap sosok Pelangi yang sedang duduk di rerumputan pinggir halaman. Tampaknya Pelangi sudah selesai melakukan olahraga, dilihat dari dirinya yang sedang menyenderkan tubuhnya di pohon rindang sambil terduduk manis dan mengelap bulir keringat yang berada di wajahnya.
"Hallo calon pacar, lagi capek ya?" Langit memposisikan duduknya disamping Pelangi, tentunya sesudah dirinya memastikan kadar ketampanannya sudah standar saat akan menemui Pelangi, agar Pelangi tidak bosan jika berlama-lama dengannya pikir Langit.
Murid yang disekitar situ langsung memberikan cibiran dan hinaan untuk Pelangi.Menyimpulkan tentang Pelangi yang berbuat tidak tidak sehingga Langit bisa dekat dengannya. Memang kebanyakan orang hanya bisa menyimpulkan sesuatu dari apa yang dia lihat tanpa mengetahui sebenarnya.
Pelangi melihat Langit sekilas dan beranjak pergi, tangan Langit buru- buru mencekal Pelangi yang akan pergi. "Nggak usah pergi, disini aja"
Pelangi menghempaskan tangan Langit, "Nggak usah sok kenal sok deket" sengit Pelangi.
Langit membiarkan Pelangi pergi, namun sebelum itu tangannya sudah menjejalkan susu kotak ke tangan Pelangi, tentu tanpa Pelangi sadari.
Langit tersenyum simpul, dia tertawa."Aduh itu calon pacar gue tambah manis aja sih, judes-judes gimana gitu, awalnya sih sinis banget, liat aja nanti gue bikin jatuh di hati gue baru tau rasa dianya" Langit bermonolog.
Langit melihat sekitar dan menepuk dahinya,"Yaelah gue ngapain si ngomong-ngomong sendiri, nanti dikira udah gila lagi, tapi masa iya ganteng-ganteng gini dikira gila" Langit menyisir rambutnya kebelakang dengan jari tangannya.
😀😀😀
Salam dari author :))
Oh iya
Say Hi! to LangitSebenarnya Author bikin cerita ini gara-gara terinspirasi dari tokoh Langit.
Jadi maaf kalau ceritanya masih absurd, ngertiin authornya masih pemula hehe.
Tunggu update selanjutnya ya:)
Daaah:)