🦅
B
ara dan Elang masih terdiam untuk jarak waktu yang cukup lama. Mengalahkan rekor di mana tidak ada yang berbicara di antara mereka meski berada di tempat yang sama. Bara masih berkabung dalam kesedihan putus cinta. Dan Elang masih tidak bisa menerima kenyataan sahabatnya diputusin.
Menurut Elang, Bara itu definisi sempurna seorang cowok, meskipun masih lebih sempurna dirinya. Tapi tetap saja laki-laki baik, pintar, populer, seharusnya sudah cukup untuk membuat Bara sempurna di mata banyak gadis. Namun kenyataannya Della, si Manis yang jadi 'adik' untuk banyak 'kakak' itu masih saja memutuskan hubungan dengan Bara secara sepihak dan terlalu tiba-tiba.
Mengingat bagaimana antusiasnya Bara saat baru pertama kali akan dikenalkan oleh Della di salah satu cafe waktu itu.
"Sekarang gimana?" Elang buka suara.
"Lo tanya gue, gue tanya siapa?" protes Bara dengan suara pelan.
Elang merasa bersalah saat mengucapkan kalimatnya tadi. Bara tidak pernah beepacaran sebelumnya. Ini kali pertamanya, seharusnya Della bisa menjadi memori baik baginya walau tidak dimiliki selamanya. Hanya dua bulan hubungan mereka bertahan.
Tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya, Elang memilih untuk beralih ke kasurnya merebahkan diri.
Laki-laki itu tersenyum, "Udahlah, gue tau lo suka banget sama tuh cewek, tapi dia udah sia-siain lo. Sedangkan yang nunggu lo itu banyak, jadi kasih yang lain kesempatan buat menangin hati lo itu."
Bara menoleh.
"Emang kalo ngomong itu gampang, tapi gue yang ngerasain itu nggak enak, sob!"
Elang tersenyum. "Iya gue tau, gue nggak maksa lo buat lupain dia sekarang, masih banyak waktu juga. Saran gue, lo jangan terlalu lama sedihnya, karena ada banyak cewek yang udah nungguin lo."
"Whatever, apa kata nanti. Kalo emang takdirnya balikan, gue bisa apa?" Bara ikut-ikutan tidur di samping Elang.
"Belom apa-apa juga udah mikir balikan! Lagian menurut gue Della nggak sebagus itu," komentar Elang.
"Shut up! Lo jelek-jelekin dia, gue timpuk lo."
Elang terkekeh mendengarnya, "Iya, ampun master, lagian kalo lo timpuk juga yang menang tetep gue."
"Gapapa yang penting gue udah mukul lo."
"Okay, fine."
Jeda kembali terjadi. Seketika semua obrolan terasa pahit di antara mereka. Putus cinta seharusnya sudah biasa terjadi dan sudah biasa dialami oleh Elang. Sejak SD dia selalu saja dengan mudah mendapatkan pacar, namun seiring bertambah besar dia mulai hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank you, Ex
JugendliteraturNama gue Elang Adiwijaya. Lo bisa panggil El, atau Lang, intinya bukan Adi ataupun Wijaya. Yang jelas gue bukan cowok baik-baik. Bukan juga Bad Boy. Karena menurut gue julukan Bad Boy itu cuma buat bocah. Dan gue bukan bocah. Gue remaja 16 tahun. Hi...