PART III

4 1 0
                                    

"Lohh, kembar mana?" ucap Umi Kara keheranan begitu membuka pintu kamar kembar dan tidak mendapati keduanya disana.

"Pasti rutinitas deh mereka dibawah" lanjutnya sembari menutup pintu dan menuruni tangga untuk mengecek Ruang Keluarga dibawah.

Begitu melihat mereka yang sedang tidur di sofa bed, Umi langsung menghampiri dan membangunkan keduanya.

"Kai, Kia heyy..bangun Nak, hampir adzan subuh nihh" seru Umi sambil menggoyang goyangkan badan keduanya.

"Iya Umi..nanti kita nyusul ke musholaa.." jawab Kia yang terlebih dahulu sadar ketimbang Kakaknya.

"Ayo ahh..sekarang aja, Abi udah nunggu tuh di mushola" pancing Uminya.

Seketika mata Kiara terbelalak kegirangan. "Abi?Abi udah pulang Umi?" tanpa menunggu jawaban dari Uminya, ia langsung 'mengeksekusi' Kakak kembarannya itu. "Kai, Kai, bangun woy..Abi udah pulang nihh..wudhu ayooo" kata Kiara kegirangan sembari menggelitik sang Kakak yang kini tengah mengumpulkan nyawanya.

"Yaudah Umi tunggu di mushola yaa..kalian cepetan keburu adzan subuh nanti" potong Umi yang kemudian naik ke atas menuju mushola.

"Ayo Kairaaaa, duh lama dehh" gemas Kiara seraya berjalan sedikit mendahului Kakaknya.

Memang, nyatanya Kiara lebih dekat kepada Abinya dari sang Kaka--Kaira--bukan tanpa alasan, namun sampai sekarang Kaira masih merasa tak enak hati kepada Abinya. Padahal, dengan jelas Abi Alfi juga sudah memaafkan anak sulungnya itu, namun memang tak sembarang, Abi memberi ultimatum(1) agar Kaira maupun Adiknya tidak melakukan hal itu--lagi--dikemudian hari, sebelum terlebih dahulu berlangsung akad.

###

"Abi..ayo kita jalan jalan..nonton gitu,atau kemana yu Bii.." ajak Kiara sedikit manja kepada Abinya di Ruang Keluarga pada Minggu pagi selepas sholat subuh dan bertilawah tadi.

Namun yang menjawab malah Umi Kara. "Kia, Abinyakan malem tadi baru pulang..belum sempet istirahat juga, kasian dong, masih cape kayanya.." tolak Umi atas ajakan bungsunya itu.

Kiara kini sedang mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti dan meng-iya-kan penolakan Umi tadi, sedangkan Kaira masih saja anteng dengan Al-Ma'tsuratnya(2).

"Gimana ya??" ucap Abinya memecah keheningan dengan ujung nada pertimbangan yang menggantung.

Ternyata, diam-diam Kaira juga ikut menunggu jawaban dari Abinya, akhirnya ia angkat bicara dan ikut membujuk. "Ayo dong Bi..Abikan cuma libur sampe Jum'at dan besok kita udah mulai sekolah lagi Bi.. Iyakan Ki?" katanya meminta persetujuan Kiara.

"Iya tuhh, bener banget Kai.." Kiara yang merasa mendapat dukungan, langsung kembali berharap dapat pergi keluar bersama keluarga kecilnya itu . "Ayo Bi, udah lama kita ga jalan jalan berempat lohh" lanjutnya lagi sambil menggoyang-goyangkan lengan Abinya sebagai tanda bujukan.

"Rindukan ga kenal waktu.." ceplos Kaira spontan dan entah kenapa otaknya langsung terhubung pada chat dari mantannya itu tadi malam.

Sepertinya yang 'sadar' akan kespontanan Kaira tadi hanya Adiknya, karena setelah Kaira berkata seperti itu, Kiara langsung menatap Kakanya dengan alis yang dimainkan ke atas ke bawah sambil tersenyum seakan berkata "cie inget mantan ciee.."

Tanpa mengambil pusing mengenai perkataan Kaira yang terdengar bucin itu, Abi menimbang-nimbang. "Oh iya bener, Abikan Jum'at udah pergi ke Semarang lagi.." timbang Abi berpikir sejenak. "Oke deh..cepetan pada ganti baju. Jangan lupa bawa mukena.."

Begitu mendengar persetujuan yang memuaskan dari Abinya, Kiara langsung berdiri dan menarik Kaira sambil berlari kecil menaiki tangga menuju kamar mereka.

Alkaira AlkiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang