satu

493 59 20
                                    

Bahagianya ketika jatuh cinta.

Jinyoung tersenyum sambil membaringkan tubuhnya di kamar sepulang kuliahnya. Minhyun baru saja mengantarnya pulang, tadi mereka menghabiskan waktu bersama sepulang kuliah, berburu buku-buku lama, menonton dan menikmati es krim sebagai penutupnya. Oh astaga. Hari ini sangat menyenangkan baginya. Meskipun Minhyun tampak agak aneh dan murung tadi, tetapi Minhyun bilang dia hanya sedang tak enak badan dan berjanji bahwa sepulangnya nanti dia akan langsung beristirahat agar kondisinya pulih.

Jinyoung mencintai Minhyun, sangat cinta. Mereka menjadi dekat begitu saja seolah sudah ditakdirkan untuk bersama. Dan Jinyoung tidak pernah menyangka mereka bisa seserius ini. Dulu dia menyangka Minhyun sombong karena berasal dari keluarga kaya, tetapi ternyata tidak. Lelaki itu yang menyapanya duluan, bahkan sangat baik dan ketika pertama kali ke rumah Jinyoung, tidak ada sikap mencemooh atau pun menghina rumah mungil itu. Status Jinyoung yang berasal dari keluarga sederhana tampaknya tidak masalah bagi Minhyun.

Mereka sudah merajut impian untuk masa depan. Menikah dan punya anak, lalu berbahagia untuk selamanya. Bahkan Minhyun sudah menunjukkan keseriusannya dengan mengajaknya ke rumahnya, bertemu dengan ibunya.

Meskipun sikap ibunya tidak bisa dikatakan ramah... Jinyoung mengernyit, teringat betapa malunya dia ketika Ibu Minhyun menolak untuk membalas jabatan tangannya.

Setidaknya Minhyun bilang bahwa ibunya memang galak kepada siapa saja, bukan hanya kepadanya. Ponselnya berkedip-kedip. Jinyoung segera mengangkatnya begitu melihat nama Minhyun di layar ponselnya, "Iya Hyung?"

"Aku baru saja sampai rumah." Suara Minhyun di seberang sana nampak berbeda, membuat Jinyoung bergumam dengan cemas.

"Kau tampaknya sakit... Syukurlah kau sudah sampai rumah... Istirahatlah ya, supaya besok kondisimu membaik."

Hening... Seolah Minhyun sedang mencari kata-kata.

"Jinyoung...?" Minhyun bergumam ragu.

"Ya Hyung?"

"Bisakah besok kita bertemu di taman yang biasa? Besok aku tidak bisa datang kuliah, tetapi aku akan menunggumu di sana di sore hari. Kau menyusul ke sana ya."

Taman tempat mereka biasa bertemu itu terletak dekat dari kampusnya, Jinyoung hanya perlu berjalan ke sana. Dia tersenyum sambil membayangkan bahwa mungkin Minhyun punya rencana romantis untuknya, "Iya Hyung, aku akan datang besok."

"Oke." dan telepon pun ditutup di seberang sana. Membuat Jinyoung mengerutkan keningnya atas penutup yang dingin dari Minhyun, biasanya mereka mengakhiri percakapan dengan kata-kata cinta yang lembut. Tetapi kemudian dia menghela napas, Minhyun kan sedang sakit, jadi wajar saja kalau sikapnya terasa berbeda...

***

Jinyoung menangis, sungguh-sungguh menangis mendengarkan alunan lagu itu dari pemutar musik miliknya. Hujan turun dengan derasnya di luar, tetapi sederas apapun hujan itu, tak akan bisa mengalahkan derasnya darah yang mengalir dari hatinya yang remuk redam, dihancurkan begitu saja oleh kekasihnya, tanpa ampun.

Ingatannya melayang pada kejadian tadi sore yang berhujan, saat itu hanya ada dia dan Minhyun, kekasihnya. "Kita sudah tidak boleh bertemu lagi."

Jinyoung mengernyit dan mendongak menatap Minhyun yang lebih tinggi darinya, "Apa maksudmu?" dia benar-benar terkejut mendengar kata-kata Minhyun itu. Tadi dia datang menemui Minhyun dengan senyum dan bahagia, mengira bahwa dia akan mendapatkan kejutan romantis dari kekasihnya. Dia memang mendapatkan kejutan. Tetapi ini bukan kejutan romantis.

"Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi Jinyoung, maaf."

"Kenapa Hyung?" Jinyoung mulai gemetaran, menyadari bahwa semua ini benar-benar nyata.

Perjanjian Hati ; PandeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang