Jinyoung terdiam, entah kenapa merasa penuh antisipasi. "Jadi Jinyoung, aku mengusulkan sebuah perjanjian untukmu. Maukah kau, berpura-pura menjadi kekasihku, calon isteriku untuk kubawa ke hadapan mama?"
Lelaki ini sudah gila rupanya. Menawarkan hal seperti itu kepadanya?
"Kau sepertinya perlu memeriksakan otakmu ke dokter." Jinyoung menggeram marah lalu berdiri hendak meninggalkan meja mereka, "Sepertinya sudah cukup aku berada di sini."
"Jinyoung." nada suara Guanlin yang tenang itu entah kenapa berhasil membuat Jinyoung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Guanlin. "Kau harus pikirkan ulang sebelum menolak ide ini. Mamaku merencanakan pernikahanku dan Daehwi ahkir tahun ini. Kalau kita tidak bisa bekerja sama demi adik-adik kita, mereka akan patah hati."
Jinyoung tertegun. Menyadari kebenaran perkataan Guanlin, disini bukan hanya Guanlin dan dirinya saja yang terlibat, ada kepentingan Samuel dan Daehwi di sini. Entah apa yang akan terjadi nanti, tetapi yang pasti Jinyoung tahu bahwa perasaan yang dirasakan Samuel kepada
Daehwi sangat kuat, Jinyoung yakin itu. Samuel tidak pernah secinta ini kepada seorang lelaki.
Dan mengetahui bahwa Daehwi akan menikah dengan Guanlin ahkir tahun ini pasti akan
membuat Samuel terpuruk. Tetapi ide untuk berpura-pura menjadi pasangan Guanlin,
berpura-pura menjadi calon isterinya, masih terasa seperti ide gila yang sedikit menakutkan di benaknya. Dia sama sekali tidak mengenal lelaki ini selain sebagai hyung Daehwi dan sedikit membaca kesan penakluk lelaki pada auranya.
Beranikah dia?
"Aku berjanji, ketika permasalahan sudah beres dan mama bisa menerima bahwa aku dan Daehwi berhak menentukan cinta sejati kami masing-masing, kita bisa melepaskan ikatan di antara kita tanpa masalah, mungkin aku bisa bercerita bahwa kau dan aku pada ahkirnya tidak cocok. Tentang Daehwi dan Samuel, biarlah mereka menentukan masa
depan mereka masing-masing." Perkataan Guanlin terasa begitu menggoda, karena
membuat semuanya tampak berjalan mudah.
Jinyoung menghela napas panjang, "Tolong berikan aku waktu untuk berfikir."
"Oke." Guanlin menyerahkan kartu namanya kepada Jinyoung, "Hubungi aku di sini kalau kau sudah siap memberikan jawaban. Tapi ingat Jinyoung, jangan terlalu lama, waktu kita sedikit."
***
"Tadi aku menjemput hyung ke TK, tapi kepala sekolah bilang hyung sudah pulang, bersama seorang pria." Samuel menatap Jinyoung mengernyit, "Katanya pria itu naik mobil mewah," adiknya itu langsung menyambutnya ketika Jinyoung berjalan memasuki rumah.
Tadi Jinyoung tidak mau pulang diantar oleh Guanlin, syukurlah. Tidak terbayangkan bagaimana kagetnya Samuel kalau melihat Jinyoung di antar pulang oleh hyungnya Daehwi. Mungkin Samuel akan lebih kaget lagi kalau pada ahkirnya Jinyoung menyetujui kesepakatan yang diajukan Guanlin. Tetapi itu nanti, Jinyoung harus memikirkan segalanya dengan baik terlebih dahulu.
"Hyung?" Samuel mendesah ketika Jinyoung tidak menjawab pertanyaannya.
"Oh...yang pulang bersamaku? Eh dia seorang teman kuliah hyung dulu, kami berjanji bertemu untuk membahas reuni angkatan kami," jawab Jinyoung asal-asalan.
Dan rupanya jawaban itu tidak memuaskan Samuel, "Pria itu bukan Minhyun hyung kan, hyung? Aku tahu kita bertemu dengannya di pesta kemarin, dia adalah satu-satunya laki-laki yang pernah dekat denganmu dan pernah menjemputmu dengan mobil mewahnya dulu... Maafkan pertanyaanku ini hyung, aku Cuma takut kau berhubungan lagi dengannya dan mengalami kesakitan seperti dulu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjanjian Hati ; Pandeep
FanfictionRemake dari novel dengan judul yang sama milik Santhy Agatha