Awal Perkenalan

26 1 0
                                    

JURANG RESTU

#JurangRestu_Part1

"Apa maksud kamu, Dit? Aku tak pernah melihatmu bersikap seperti ini sebelumnya?" tanya Nina dengan linangan airmata yang sudah tak mampu ditahan.

“Lupakan tentang kita ... Aku tak mau menyakiti orang yang sudah berjasa di hidupku."

"Siapa?"

"Ada yang lebih berhak atasmu Nin, tapi bukan aku. Pergilah! jangan pernah temui aku lagi."

"Baiklah, kalau itu maumu." Hening menyelimuti keduanya.

"Aryan boleh memiliki ragaku, tapi hatiku hanya untukmu!" tegas Nina.

"Aku Pamit!" ucap Nina mantab langsung  berlari kencang menembus derasnya hujan.

Tatapan mata merah Nina pada Radit sebelum pergi, telah merobek relung hatinya yang terdalam. Salahkah bila ia mengalah? Karena Mama telah menjodohkan Nina dengan Aryan kakaknya, bukan dengan dirinya yang selama ini tulus mencintai Nina. Restu mama surga baginya, takkan mau ia melawannya.

"Maafkan aku, Nin," ratap Radit dengan rasa nyeri di dada.

*****

Pagi itu, Nina berjalan sendiri di mal kawasan Jakarta Selatan. Ada beberapa barang kebutuhan yang ingin dibeli. Saat sampai di depan pintu masuk mal, ia teringat dompetnya masih tertinggal di jok motor. Nina langsung membalikkan badan.

Brug!

Seketika kaget. Karena kecerobohannya, seorang ibu paruh baya yang jalan persis di belakang tersungkur ke lantai saat bertabrakan dengan tubuh kecilnya. Tersadar akan hal itu, Nina langsung bangkit menolong dan memapah sang ibu untuk duduk di kursi salah satu kedai minuman.

"B-bu ... Maafkan saya," ucap Nina terbata. Mata berkaca-kaca hampir menangis karena rasa bersalah.

"Iya ... Nak. Saya tidak apa-apa." Terlihat wajahnya masih syok.

"Saya nggak sengaja tadi, tidak lihat di belakang saya ada Ibu." Masih berusaha menjelaskan apa yang terjadi.

"Ssttt ... Sudah saya nggak marah," sembari tersenyum ramah.

"Terima kasih, Bu ...." Kemudian meraih punggung tangan sang ibu dan diciumnya dengan takzim.

Nina akhirnya memutuskan untuk menemani Bu Arumi terlebih dahulu sampai rasa syok berkurang. Obrolan mengalir lancar seolah sudah lama saling mengenal.

“Jadi Nak Nina tinggal sendirian?”

“Betul, Bu … baru seminggu saya disini tanpa keluarga.”

“Boleh ibu tahu asal kampungmu, Nak?”

“Dari Solo, Bu ….”

“Oalah … Wong Jowo to?”

“Inggih, Bu.”

Drrrt … drrrrt

Suara gawai bergetar mengagetkan keduanya, dengan cepat Bu Arumi menjawab panggilan dari seberang.

Tiga menit kemudian. Bu Arumi menyodorkan sebuah kertas.

"Ini kartu nama saya ... datanglah ke rumah, Nak. Saya tunggu ya, Ibu senang ngobrol denganmu. Ibu pamit dulu karena sudah dijemput." Kemudian memeluk Nina dan berlalu pergi.

Nina menghembuskan napas pelan, terasa lega rasanya. Kembali teringat dompetnya yang belum ia ambil dan segera menuju tempat parkir.

*****

Azan subuh berkumandang, Nina berusaha bangun dan segera mengambil wudhu kemudian Salat Subuh. Khusuk dalam berdoa  tak lupa memuji nama Allah serta meminta kemudahan dan perlindungan agar selalu dijaga dari kesulitan hidup.

JURANG RESTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang