Pertemuan Nina dan Adit

10 1 0
                                    

JURANG RESTU

#JurangRestu_Part2

Nina memegang kepala yang terasa berat, matanya mengerjab-ngerjab saat siuman dari pingsan. Terasa ada balutan perban di kening serta rasa nyeri.
Ia edarkan penglihatannya keseluruh ruangan kamar, terasa asing.  Kamar seluas kira-kira 5 m x 8 m dengan cat warna biru muda, ranjang model minimalis modern keluaran terbaru, lemari pakaian dan ornamen-ornamen cantik yang menghiasi kamar luas itu.

Nina mencoba bangun untuk duduk. Tas slempang miliknya ternyata ada di nakas dekat ranjang.  Saat akan mengambil tas itu ada suara langkah dari luar menuju kamar.

Ceklek. Pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya masuk membawa nampan berisi makanan dan segelas minuman.

"Mbak, sudah bangun?"

"Maaf saya di mana ya?  dan Ibu siapa?"

"Panggil saya bibi saja, Mbak. Nama saya Minah. Tadi waktu dibawa ke sini Mbak pingsan, makanya ada di sini."

"Yang bawa saya kesini siapa, Bi?" Nina heran merasa tidak mengerti siapa yang sudah menolongnya.

"Pak Radit Mbak, saya panggilkan Pak Radit dulu."

'Radit?'  Batin Nina masih penasaran.

"Alhamdulillah  ... Kamu sudah sadar?" Tiba-tiba terdengar suara lelaki yang cukup mengagetkan.

"Sudah. Terima kasih sudah mau menolong saya, Pak."

"Panggil saja Radit." Sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Saya Nina, Pak ... Eh, Radit," jawab Nina dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada.

"Oh ... Maaf. Aku kira kamu mau salaman. Ini juga udah malam sebaiknya kamu tidur disini. Kalau mau mandi biar Bi Minah yang siapin handuknya. Jangan lupa makan dan besok kita lanjutkan obrolan kita." Radit berlalu meninggalkan Nina yang masih terdiam.

"Alhamdulillah ... masih ada orang baik seperti Radit," gumam Nina pelan.

Setelah membersihkan diri dan makan, Nina merasa harus segera kembali tidur karena badannya terasa sangat lelah dan pegal luar biasa. Efek lari dikejar dua preman tadi,  membuat persendian tulang kaki serasa mau lepas.

Pagi hari pukul 04.00 Nina terbangun, sudah seperti alarm hidupnya yang rutin bangun tepat waktu. Segera mengambil wudu, salat Tahajud dan menunggu azan Subuh sambil melafazkan doa zikir pagi.

Selesai salat Subuh. Nina keluar kamar karena mendengar suara dari dapur,  segera melangkahkan kakinya mencari arah asal suara.

"Ada yang bisa saya bantu, Bi?"

"Eh Mbak sudah bangun," jawab bibi agak kaget.

"Namaku Nina, Bi."

"Bibi panggil Nduk aja gimana? Sepertinya kamu seumuran sama anak Bibi."

"Boleh, Bi."

"Apa kamu pacar Pak Radit, Nduk?"

"Eh, bukan, Bi ... Kenal juga baru semalam," jawab Nina polos.

Obrolan berlanjut sambil memasak untuk menu sarapan. Bi Minah kagum dengan gadis yang menemaninya saat ini. Terlihat begitu terampil saat memainkan alat dapur dan meramu bumbu masakan.

Urusan memasak dan membersihkan rumah telah selesai. Jam menunjukan pukul 06.00 pagi. Sarapan sudah tersedia di meja makan. Terdengar langkah kaki berjalan mendekat.

"Nina ...," panggil Radit dengan ramah.

"Iya, Dit," jawab Nina santai.

"Sini sarapan dulu ...." Dan Nina menuju meja makan.

JURANG RESTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang