Bunda calling...
Aku tiba-tiba merasa bersalah ketika melihat nama bunda di layar ponselku. Sudah hampir sebulan aku gak pulang dengan alasan banyak tugas.
Kuangkat panggilan dari Bunda, tak lupa mengucap salam.
"Ade di mana? Weekend sibuk gak?" Tanya bunda.
"Engga Bun, insya Allah. Kenapa gitu?"
"Bantuin Abang pindahan ya? Abang pindah kontrakan kayanya."
"Bunda kata Abang, atau gimana?" Tanyaku.
"Kata Ayah, nanti telefon Abang aja ya?"
"Yaudah iya Bun."
"Ade juga kalau mau tinggal sama Abang aja."
"Iya nanti diobrolin sama Abang, Bun. Eh iya, maaf ya Ade belum pulang."
"Yaudah gak apa, yang penting kamu sehat!"
"Sehat kok Bun, alhamdulillah."
"Uang aman, De?"
"Hehehehehe!"
"Kenapa ketawa?"
"Gak apa-apa, kan gak dilarang kali Bun."
"Yaudah nanti kalo Bunda ke minimarket sekalian transfer kamu ya?"
"Hehehehe, makasih ya Bun!"
"Yaudah, jangan lupa telefon Abang yaak!"
"Iya siap, boss!"
"Okee, assalammualaikum."
"Waalaikumsalam."
Panggilan dari Bunda terputus, aku mencari kontak Bang Damar dan segera menelefonnya.
Bang Damar sibuk, sibuk pindahan ke tempat baru. Aku diberi alamat lengkapnya dan diminta mampir untuk membicarakan soal tempat tinggal. Well, tinggal bareng Abang kayanya bisa hemat uang. Akhir-akhir ini kan pengeluaranku banyak sekali.
*****
Nahhh! Itu jodohnya Abang!!
Aku hampir terlonjak mendengar suara itu. Sudah sebulan ini kepalaku sepi dan tiba-tiba saja ia muncul kembali.
Kamu kemana aja? Jangan ngagetin dong!
Hahaha, ngasih kamu jeda. Biar kamu tau, ada atau tanpa aku kamu tetep begitu. I make your life easier, mate!
Ya ya ya, terserah! Seruku, sedikit kesal.
Aku masuk ke dalam rumah yang ramai ini. Abang bilang kalau ini tempat tinggalnya pribadi, agak jauh memang dari pusat kota apalagi kampusku, tapi rumah ini terasa nyaman.
Mengucap salam, hampir semua yang ada di dalam membalas salamku, aku menghampiri mereka satu per satu, menyalaminya.
"Kok Damar gak pernah bilang kalo punya adek ganteng???!" Seru wanita yang katanya jodohnya Abang ini.
"Gue ngeri adek gue lo jadiin Bucin, Kal!" Sahut Bang Damar.
Tiba giliran aku berjabat tangan dengan wanita asing ini, ia tersenyum ramah, mengulurkan tangannya kemudian mengucap nama.
"Kalya! Jangan pake kakak! Berasa tua nanti! Anggep aja kita seumuran!"
"Adrian, Kak!" Kataku sambil tersenyum.
"Yee ganteng-ganteng budeg! Kan udah dibilang jangan pake kakak!"
"Gak usah sok iye lo Kal!" Seru Bang Dika. Aku tersenyum kemudian menghampiri Bang Damar untuk salim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Abu-abu
ParanormalAku tidak buta warna. Aku tahu bagaimana indahnya pelangi. Aku pernah merasakan sinar matahari yang menyilaukan mata. Tapi sejak hari itu... mataku hanya mampu melihat 3 warna. Hitam, Putih dan Abu. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku. Hidupku ber...