ADRIAN POV
"Serius Bang?" Tanyaku.
"Bunda bilang boleh kan? Yaudah boleh!"
"Kata Bunda, Abang harus minta sesuatu dari aku, Abang mau apaan?"
"Emm? Apa ya? Beliin Abang boots deh. Hehehehe!"
"Dora gak sekalian??"
"Sepatu Dek, bukan monyet!" Seru Abang becanda, tapi dengan nada kesal.
"Hahahaha oke Bang, boots apa? DocMart?"
"Iya itu aja, yang 6 hole cakep kayakya, warna merah ceri."
"Siap Bang! Asli apa KW?"
"Keterlaluan!"
"Hehehehehe!"
"Becanda Bang."
"Eh iya, kapan jadinya kamu mau nikah?"
"Ya karena sudah ada restu dari Abang, kayanya sih 3 bulanan."
"Bentar banget, cukup tuh waktu buat ngurus-ngurusnya?" Tanya Abang.
Ya, itu normal. 3 bulan memang itungannya terlalu cepat untuk merencanakan pernikahan. Tapi, aku sama Kara gak mau yang ribet-ribet sih. Keluarga Kara seolah tidak ada yang peduli saat kami datang berkunjung menyampaikan niat baik.
Lalu? Karena aku ngelangkahin Abang, Bunda bilang pernikahannya jangan terlalu gimana gitu, harus menghargai Abang.
Ya aku sih nurut aja. Menekan budget pula. Lumayan uang tabunganku dan Kara jadi bisa dipake buat bayar kontrakan rumah selama setaun. Hehehe!
"Cukup Bang, kan gak mau ribet."
"Abang aja jadi party planner-nya, boleh gak? Kami budget berapa?"
"Ah engga, gak usah, aku sama Kara aja."
"Nurut dek! Abang aja yang urusin, aseli ini mah!"
"Abang gak pusing?" Tanyaku heran.
"Gak apa-apa, kamu kan adek kesayangan Abang, Kara juga dari awal udah abang anggep adek sendiri. Ayok!"
"Tapi Abang gak boleh nambahin ya?? Harus full pake uang aku! Masa aku nikah aja dibayarin?"
Kemudian Abang bertanya uang tabungan, rencana setelag menikah dan lain sebagainya. Abang kekeuh kalo Aku dan Kara gak perlu ngontrak, biar tinggal di rumahnya, dan kuyakinkan Abang kalau aku mau mandiri.
Tek-tokan segala macem, akhirnya Abang setuju, dan berjanji akan membuat pesta pernikahan yang berkesan untukku dan Kara.
"Bang? Makasi banyak ya!" Ucapku tulus, pengin peluk Abang tapi gengsi. Hehehe!
"Iya udah santai! Sana gih berangkat jemput Kara! Lagian tu bocah, hari sabtu masihhhh aja kerja."
"Lembur Bang, piket dia."
"Hadeeeeh!"
******
AILA'S POV
Rasanya males banget balik ke Jerman, satu tahun kuliah gue banyak banget balik ke Indonesianya. Kaya gak semangat gitu, padahal waktu S2, gue menyelesaikannya tepat waktu. Asli sih, kalo gue males-malesan gini, bisa molor dan jangan sampe deh beasiswa gue dicabut. Hiks.
"Tante? Mami tanya mau makan siang sama apa? Mami males masak." Junie, keponakan tersayang gue ini masuk ke kamar tanpa mengetuk.
"Junie mau apa?" Tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Abu-abu
ParanormalAku tidak buta warna. Aku tahu bagaimana indahnya pelangi. Aku pernah merasakan sinar matahari yang menyilaukan mata. Tapi sejak hari itu... mataku hanya mampu melihat 3 warna. Hitam, Putih dan Abu. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku. Hidupku ber...