3. Take her home

2.9K 472 28
                                    

"Please, dont!" Aku spontan mengatakan itu ketika tangan si cowok bergerak, hendak menampar wanita ini.

"Lo siapa?!" Bentak si cowok. Keduanya melihatku sekarang.

Dan di sini, ketika aku sudah lebih dekat. Aku menyadari sesuatu. Wanita ini terlihat sangat rapuh, ia seperti pasrah dengan segalanya. Termasuk cowoknya ini.

"Dia cewek, jangan ditampar! Kayanya masalah kalian bisa selesai tanpa harus memukul." Kataku, mencoba meredakan amarah cowok ini.

"Lo gak usah ikut campur!"

Ohh harus! Yang mau lo aniyaya itu kan jodoh gue! Suara dalam kepalaku mencoba meneriakkan itu, tapi masih kutahan.

"Peduli sesama manusia itu urusan semua orang!" Seruku.

"Sorry, dude! Tapi yang ini bukan urusan lo!"

Aku tersenyum, entah kenapa. Kemudian aku melangkah maju pelan, mendekati keduanya. Si cewek ini, benar-benar tidak ada perlawanan darinya. Ia terlihat pasrah.

"Aku gak ngapa-ngapain, Ris! Demi Tuhan!" Si wanita ini bersuara, ia terdengar lelah.

"Cewek kaya lo tuh gak pantes nyebut nama Tuhan!" Dan tangannya pun bergerak, saat itu anggota tubuhku bergerak, menahan tangan lelaki ini.

"Gue bilang jangan!" Seruku di depan mukanya.

Lelaki ini menarik tangannya, kemudian ia melayangkan pukulan ke arahku. Berusaha menghindar, aku menangkis pukulannya dan mendorongnya hingga jatuh.

Aku menarik wanita ini secara spontan, mengajaknya naik ke motorku dan syukurlah ia menurut tanpa perlawanan. Langsung saja aku mengendarai motorku ke arah kost-kostan. Bersyukur ini sudah malam, jadi aku gak diceng-cengin anak lain karena bawa cewek.

"Ayo masuk! Di luar dingin." Ajakku.

Wanita ini diam saja, tapi ketika aku membukakan pintu kostan dan mempersilahkannya, ia masuk kemudian duduk di karpet.

"Duduk di kasur aja, gak apa." Kataku.

Ia mendongkak, tersenyum kemudian pindah.

Aku berbalik, kembali ke motor, mengambil box pizza yang diberikan Bang Damar tadi. Setelah mengambil pizza, aku bingung, haruskah aku menutup pintu kamar? Nanti dia mikirnya macem-macem lagi.

"Sorry, nama lo siapa?" Tanyaku.

"Kara." Jawabnya. Aku mengangguk.

"Kara, nih kalo lo laper, tapi ya udah dingin." Aku mengulurkan box pizza padanya, ia menerima tapi tidak memakan pizza tersebut.

"Gue ke kamar mandi dulu." Kataku, mencoba menghindar darinya sesaat. Tegang aku, bingung harus ngapain.

Di kamar mandi, aku mengusap wajahku dengan air dingin. Dan... aku tersadar akan sesuatu.

"Hah?? Apaan!" Seruku kemudian mengecilkan volume suaraku sendiri. Aku menyadari sesuatu.

Shut up! Tegur suara di kepalaku.

Gila! Lo gila! Apa-apaan? Kenapa bawa cewek itu ke sini? Seruku marah.

Heh! Dia kasian!

Tapi ya gak harus dibawa ke sini! Dia bikin cowok dari dua fakultas berantem. Aku gak mau ikut-ikutan! Kataku.

Yeah! But I promise, you wont get trouble!

Aku menarik nafas panjang. Mengusap wajah dengan tissue yang ada di box peralatan mandi, kemudian mempersiapkan diri ke luar. Menghadapi cewek itu.

Dunia Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang