Aku mencoba memberanikan diriku untuk terbuka kepadanya ,"hmmm.. aku punya orang dewasa yang mengurusku ,tapi tidak ada hubungan darah lalu-" "oh! orang tua angkat? " sekatnya terhadap pernyataan ku, "ya.. bisa seperti itu, tapi hubungan kita cukup rumit mungkin agak sulit yah berbicara soal kepindahanku dari homeschooling ke publicschool " jujur aku tahu jawabanku cukup luas dan dapat disalah artikan bukan maksudku begitu tapi aku hanya belum merasa sanggup untuk bercerita jadi mungkin tidak ada salahnya menggantung opini, "rumit seperti apa?" tanyanya seperti ingin memperjelas ,"apa orang tuamu sering menciummu? atau memelukmu saat kamu tak pakai busana?" tanya ku padanya ,"hah? bukankah itu yang dilakukan pasangan suami istri atau pacar? orang tua hanya memberimu makan, dan untuk memperjelas orang tuaku tak pernah begitu, kenapa memangnya?" tersirat di wajahnya bahwa ia semakin penasaran akan hubunganku dengan daddy, "eh?! suami istri? maksudmu dua orang yang saling jatuh cinta dan memiliki anak? bukan menjadi anak dan orang tua tapi orang tua yang akan menghasilkan anak?!" jawabku terkejut dan marah ,"apa kamu marah dan shock? karena kamu terlihat seperti itu... ada apa?" terlihat sekali raut mukanya memiliki banyak pertanyaan yang memintaku untuk memperjelasnya,"bukan apa apa.." jujur yang ingin keluar dari mulutku lebih dari itu namun aku menyimpannya untuk sendiri,"kamu yakin?" tanyanya memastikan seluruh rangkaian ekspresi dan pertanyaan bukanlah sebuah hal besar, aku tak menjawab hanya melihat wajahnya dengan senyuman.
paginya aku tak sadar sedang memeluknya , tubuhnya hangat dan aku menghirup aroma tubuhnya yang enak, dia berbalik kearahku "aku harus pergi sekolah ,kamu dirumah saja yah.." nada bicaranya cukup untuk membuatku jengkel ,"berhenti pamer dan pergilah" jawabku dengan nada dingin padanya , "ibuku menunggumu dibawah" "untuk apa ibumu menyuruhku kebawah?" tanyaku heran ,"entahlah ,tapi aku telah memberitahu padanya bahwa kau adalah pacarku", "pa-pacar? apakah pacar akan menjadi orang tua?" tanyaku sedikit takut, "bisa jadi ya bisa jadi tidak", "ohh baiklah.. apa pacar itu sama dengan teman?" aku sedikit tidak paham kenapa banyak sekali kata pengganti untuk kata teman , "ya bisa dibilang seperti itu cuma dilevel yang berbeda mungkin"
jawabnya menjabarkan, ia pun pergi untuk mandi sementara aku turun kebawah untuk menemui ibunya Evan, "hai selamat pagi" sapa ibunya Evan dengan ramah padaku, "selamat pagi juga" aku cukup ragu untuk memanggilnya apa , tante?, ibunya Evan? aku saja tak tahu nama ibunya ataupun marganya , "jangan sungkan penggil saja Mrs.smith atau mama, ya mama ho ho ho, akan lebih bagus kalau kau panggil aku mama , mama sangat mengharapkan adanya anak perempuan dirumah ini karena si ean itu sangat dingin cukup dingin untuk membekukan suasana dirumah ini oh iyah! nama kamu milla kan? ean sudah cerita sedikit tentang kamu loh" balas mama ahh bukan mrs.smith padaku ,jujur baru kusadari bahwa mrs.smith itu bagaikan musim semi sementara evan adalah musim salju wajah mrs.smith sangatlah berseri seri dan terlihat memiliki karakter yang periang andai aku punya seseorang seperti dirinya di rumahku pasti sinar matahari dari senyumannya akan mencairkan dinding dinding kamarku yang sudah membeku, "ean? siapa itu ean kalau boleh saya tahu mrs.smith.." tanyaku ragu ragu, "no no no bukan mrs.smith milla tapi mama ingat mama" paksanya padaku , "mama" aku seperti terkena hipnotisnya tanpa sadar aku mengucapkan kata mama kepadanya ,"nah bagus baguss mama sukaa, oh iyah ean yah? ean itu panggilan buat evan ,dulu tuh ean eh.., maksud mama evan tuh ga bisa ngomong huruf "V" karena giginya tuh lamaaa banget tumbuhnya trus kalo dia nangis karena ga bisa nyebut huruf "V" makanya dia mau kita panggil dia ean ,eh sekarang malah marah kalau dipanggil ean hahhaa ada ada aja sih dia tuh" ia menceritakan sedikit mengenai Evan setelah mendengar cerita mama soal Evan ternyata Evan adalah anak yang jauh dari kata "dingin" ,dia justru cukup manis mungkin, setelah itu mama mau aku mengantarkan sarapan ke kamar Evan, "hei bodoh makan sarapanmu nih" kataku padanya, "tunggu sebentar" ia pun membukakan pintu kamarnya dan terlihat cukup berantakan , "jujur padaku ,kau tak bisa lihat kaca yah?" aku cukup pedas soal hal seperti ini ,akupun mengambil sisir dan menyisirkan rambutnya karena ia cukup tinggi aku memintanya untuk duduk dikasur , setelah itu aku pun memasangkan dasi miliknya ia memiliki suhu badan yang hangat bila kamu berada didekatnya ,jangan tanya mengapa aku bisa memakaikan dasi karena aku sudah sering melakukan itu ke daddy hampir setiap pagi saat waktunya bermain sambil aku duduk dipangkuannya, Evan tiba tiba memelukku "bisakah kamu tetap bersamaku? bawa aku pada orang tuamu biar aku yang berbicar pada mereka" pintanya dengan tegas padaku , "tidak bisa Evan ,sepertinya orang tuaku bukan sepertinya daddy tak pernah mengaggapku sebagai anak" aku pasrah akan apa yang akan keluar dari mulutku ,"maksudmu kamu dibuang? dianiaya?" tanyanya dengan sedikit marah "bukan! bukan Evan ,sepertinya aku adalah orang yang ia perlakukan selayaknya istri baginya" jawabku dengan penuh penyesalan dan ketakutan akan apa yang akan keluar dari mulutnya "apa kamu tak bisa keluar dari rantai tersebut?" tanyanya padaku "sekarang mungkin bisa karena ada kamu dan keluargamu awalnya aku hanya ingin bebas namun kini aku ingin tahu alasannya, siapa orang tuaku ,bagaimana ini dapat terjadi padaku.. untuk sekarang aku akan bersekolah ditempatmu" aku mencoba merangkai semua yang ada di pikiranku untuk terfokus pada satu tujuan,belum sempat Evan menjawab terdengar suara ketukan pintu yang amat kencang dari bawah, Evan pun lekas pergi menghampiri sumber suara tesebut aku juga mengikutinya,
pintu pun terbuka dan tamu yang datang di pagi itu "Daddy?!".maaf terlambat update ada satu dan lain hal yang terjadi ,mohon dimengerti :)