Evano Madhava

54 22 20
                                    

Suara petikan gitar mengalun tak beraturan di sebuah apartemen kecil. Beberapa variasi kuncinya tidak berhasil. Evano bersenandung pelan. Tangannya bergerak lincah memindah posisi, namun itu belum cukup untuk menghasilkan nada yang terdengar indah di telinga.

"Kenapa susah sekali Ya Allah." Evano mengetukkan jemarinya di bawah dagu.

"Apa gue pindah jadi pianis aja ya? Eh tapi kan gue emang bukan gitaris."

Evano berulang kali mengucapkan kata gitaris-pianis. Namun, tidak ada yang berhasil dipilihnya. Ia meletakkan gitarnya dan mulai mencatat letak kesalahannya. Sudah satu lembar lebih ia gunakan untuk mencatat kesalahannya tadi.

Suasana sepi apartemen memang sangat pas untuk membuat lagu. Tiba-tiba suara ketukan dari pintu membuatnya terkejut. Baru ia akan berdiri, seorang wanita yang menenteng heels membuatnya lebih terkejut lagi

"Lho, Ma? Kok, udah pulang?" tanya Evano

"Memangnya kamu gak suka kalau mama pulang?" jawab Mama Mira sedikit kesal.

"Suka sih, tapi kok gak bilang-bilang mau kesini?" Evano membereskan buku dan gitarnya, lalu ia letakkan di kursi sebelahnya. Jujur, saat ini Evano sangat was-was dengan keberadaan mamanya. Jarang sekali mamanya itu menjenguk Evano di apartemen. Oleh karena itu, ia ingin cepat pergi ke kamar.

Mama Mira merebahkan tubuhnya di kursi yang kosong. Dia menghembuskan nafas pelan. "Minta minum Van, yang rasa stoberi."

Evano beranjak berdiri, "Oke ma, tunggu 5 menit, pesanan akan segera siap."

"Kelamaan. Mama keburu tandus."

"Kayak gurun pasir aja Ma."

"Gurun pasir emang tandus Evan. Cari contoh lain."

"Hutan?"

"Hm... gak berbobot ah. Cari lain."

"Sawah? Ladang? Gunung? Bukit?" Evano menebak sambil menghitung dengan jari, tetapi Mama Mira enggan mengatakan kata Ya.

"Jelek. Kamu ini masih saja bodoh, padahal udah kelas 2 SMA. Masih main playstation ya?"

"Enggak Ma. Evan sekarang gabung klub basket." kata Evano bangga.

Mama Mira memandang Evano takjub. Dia terharu mendengar Evano masuk tim basket, karena sepengetahuannya Evano itu anak yang malas dan pintarnya pun labil. Kadang hari ini nilai bahasa inggrisnya mendapat nilai sempurna, besok mungkin hanya tinggal separuh dan besoknya lagi separuh.

"Posisi apa?"

"Shooting guard dong, Ma."

"Eh, beneran?"

"Iya dong."

Mama Mira melompat memeluk Evano. Evano membalas pelukannya erat. "Kalau kamu rajin begini, mama kan seneng."

"Masih cadangan Ma."

"Hah? Lho, tadi katanya jadi Guard."

"Iya, tapi peluang Evano main itu cuma 3,3333 %. Jadi, kemungkinan Evano gak main."

Mama Mira memukul punggung Evan dengan buku catatan. Mama Mira kesal sekali dengan sikap Evan yang seperti ini. Evano mengaduh meminta pengampunan. Namun, mamanya terus memukulnya.

"Udah ah. Mama capek, cepet ambilkan minum."

Sekitar 4 menit, Evano datang membawa segelas es stroberi yang kelihatan enak. Ia menyerahkan ke mamanya dan langsung diminum sampai habis. Sangat tidak feminim sekali.

Evano berpamitan kepada mamanya untuk pergi ke kamar. Alhamdulillah, mamanya tidak menyadari sesuatu yang Evano takutkan. Baru Evano akan pergi ke kamar. Mama Mira menarik rambut belakangnya.

"Aduh duh Ma, sakit."

"Evannnn, kamu cat rambut lagi ya?"

"Aduh Ma, enggak." kata Evano memelas.

"Enggak apa, ini warna abu-abu kok, padahal waktu mama pergi masih hitam. Oh jadi ini ya alasan kamu gak pengen mama cepet pulang."

Mama Mira menatap Evano lekat. "Kamu ini ya, udah dibilangin berjuta-juta kali tetep aja cat rambut. Kamu pengen jadi anak jalanan Van?"

"Enggak gitu, Ma." Evano meringis memegang tangan mamanya. Evano menghindari dan memohon kepada mamanya dengan tanda peace di tangan. Ia jadi sedikit merasa bersalah karena membohongi mamanya dua kali.

Hanya sedikit. Karena salah mamanya juga yang kesini gak bilang-bilang. Lagipula Evano terlihat ganteng kok.

"Nanti bakalan Evan cat ulang kok Ma, janji." Evano memeluk mamanya erat.

"Udah gak percaya mama sama kamu. Tadi bohong masalah basket, sekarang rambut. Kayak marmut aja kamu. Terakhir kali mama bilangin, kamu cat warna lain kan?"

"Hehe yang kali ini beneran Ma," Evano berdiri menghadap Mamanya, "gak bakal Evan cat abu-abu lagi."

"Alah, nanti kalo mama keluar kota bakalan kamu cat lagi, kan?"

"Enggak, Ma."

"Enggak apa?"

Evano mendapat celah untuk kabur dari mamanya. Ia mulai melepaskan pelukannya dan tersenyum manis lagi.

"Enggak akan Evan cat abu-abu lagi, palingan nanti di mix merah biar keren." Kata Evano sambil berlari menuju tangga.

Mama Mira yang terpedaya pun berteriak kesal, "Evaannnn."

***

Hai

Jangan lupa klik bintang dan add ke library kalian ya

Ini masih awal gais jadinya dikit.

Untuk cast semoga cocok ya

Emang Evan itu ngeselin kayak gitu

Versi kedepannya dia mirip seperti di video atas

Thanks,

SintaSinn

SintaSinn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NATHAVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang