Hari ini langit telah berhiaskan mendung dan melukiskan kabut-kabut hitam yang kian lama kian terkumpul. Tak dapat disangkal lagi hujan akan datang, ketika terdengar juga gelegar halilintar dan kilatan petir beserta angin yang mulai bertiupan, berlarian ke sana kemari.
Hujan adalah hidup Jeni, karena bagi Jeni hujan itu ibarat cinta Arta kepada Jeni yang akan selalu turun namun hanya akan datang pada musimnya saja. Karena cinta Arta bukan hanya untuk Jeni yang hanya sahabatnya, namun juga untuk kekasih tercintanya.
Di sisi lain, Jeni enggan kehilangan Arta, namun Jeni juga tidak ingin memilikinya lebih dari sahabat. Jeni takut akan adanya perpisahan dengan Arta jika ia dan Arta menjalin cinta sebagai seorang pangeran kepada bidadarinya. Maka dari itu Jeni memilih melepas Arta untuk mencintai perempuan lain selain dirinya. Dan Arta pun bisa pindah ke lain hati, meskipun belum bisa melepaskan hatinya dari Jeni.Dulu pertemuan antara keduanya memang cukup unik. Arta yang tak mengenal Jeni, telah berani-beraninya mengirim surat cinta kepada Jeni. Saat itu masih usia Sd kelas enam.
"Hai Jeni! namaku Arta. Sejak pertama kali aku ketemu kamu di kantin tadi, aku langsung suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku? Tolong di bales ya suratnya!" Kira-kira begitulah isi surat cinta Arta yang diberikan kepada Jeni.
Hanya gara-gara Jeni ngambilin sendok Arta yang jatuh saat di kantin, malah menjadi pertemuan antara keduanya. Jeni menemukan amplop putih di loker mejanya, "surat apaan ini?" gumam Jeni dengan kebingungannya lalu ia memutuskan untuk membacanya. "Teruntuk Jeni?" Baca Jeni sambil menyernyitkan dahinya bertanya-tanya.
"Hahhh" Kaget Jeni setelah membacanya, "Arta ? siapa Arta? aku aja nggak kenal sama dia." Ucap Jeni lalu membuang surat itu di tempat sampah.Pulang sekolah hujan mengguyur kompleks sekolahan Jeni. Jeni memilih untuk berteduh di halte terlebih dahulu waktu itu, selagi menunggu hujan reda bersama Nita temannya satu kelas.
"Aduh kamu sih Jen lama banget dorong sepedanya, jadi basah duluan kan seragamnya." Protes Nita pada Jeni.
Waktu itu Jeni memang tidak membawa sepeda sendiri , soalnya ban sepeda Jeni belum juga ditambal sama Pakliknya. Maka dari itu Jeni berangkat naik sepeda Nita bersama Nita pakai sepeda Nita, bisa dibilang nebeng.
"Iya-iya maaf. Tadi tali sepatu aku lepas, jadi aku kesusahan deh dorongnya, takut jatuh." Jawab Jeni menjelaskan.
"Ya udah deh nggak pa-pa. Kita tunggu sampai hujannya berhenti dulu ya Jen?" Ucap Nita sambil duduk di kursi halte.
"Oke." Jawab Jeni lalu juga ikut duduk.Sementara itu, di seberang jalan ada Arta yang lagi mengamati Jeni dari kejauhan. Tepatnya dari rumahnya, di depan halte. "Jeni udah terima surat dari aku belum ya?" batin Arta bertanya-tanya. "Kalo udah, kok dia nggak ngasih balesannya ke aku."Gumamnya.
Setelah hujan reda, Arta cepat-cepat menuntun sepedanya menyebrang jalan menghampiri Jeni. Arta berniat mendapatkan jawaban atas suratnya tadi.
"Jeni!" Panggil Arta saat Jeni akan menaiki boncengan Nita untuk pulang. Jeni menengok ke arah Arta begitu pula Nita yang penasaran siapa yang memanggil Jeni. "Kamu pulang aku antar aja, kasian Nita, pasti keberatan bonceng kamu." Lanjut Arta sambil melirik ke boncengan sepedanya sesekali.
"Maksud kamu aku gendut?" Protes Jeni tidak terima. "Trus juga maksud kamu aku nggak kuat bonceng Jeni?" Tambah Nita. "Lagian kamu siapa sih?" Tanya Jeni.
"Eh..ehh.., bukan itu maksud aku." Jawab Arta dengan cepat lalu menjelaskan maksud dari omongannya, "maksud aku, jalanan kan lagi becek abis ujan, jadi daripada kalian berdua nanti jatuh gara-gara keberatan waktu jalan pelan kan? lagian juga Nita kan nggak biasa boncengin kamu, kamu kan biasa naik sepeda sendiri.""Kok kamu tau tentang aku dan Jeni, padahal kita kan nggak kenal sama kamu, ya kan Jen"Tanya Nita curiga.
"Iya." Jawab Jeni.
"Kalian jangan berpikiran jelek gitu dong sama aku. Rumah aku kan deket sini, ya jadi aku tau tentang kalian lah." Jelas Arta yang sebenarnya Arta baru tau tadi di sekolah ketika cari info tentang jeni.
"Ya udah deh, daripada nanti kita jatuh. Aku biar dianter sama dia aja kalo gitu." Ucap Jeni menyetujui saran Arta. Nita pun akhirnya juga menyetujuinya.
"Yuk!" Ajak Arta pada Jeni untuk segera menaiki boncengannya dan mengikuti di belakang sepeda Nita, soalnya rumah Jeni dan Nita searah.
Di perjalanan Jeni membuka pembicaraan,"Nama kamu siapa? trus kok kamu kenal sama aku sama Nita?" Tanya Jeni menginterogasi.
"Namaku Arta." Ucap Arta memperkenalkan diri.
"Ups!" Jeni menutup mulutnya teringat sesuatu. "Kamu yang mengirim surat cinta ke aku tadi ya?" Tanya Jeni sedikit ragu dan penasaran.
"Iya. Gimana jawaban kamu?" Tanya Arta tanpa ragu dan cukup berani dibanding para remaja yang malah kadang gugup mau ngungkapinnya.
"Eeee..., gimana ya?" Ucap Jeni sambil menggigit bibirnya.
"Kenapa? kamu nggak suka sama aku?" Tanya Arta lagi saat melihat keraguan dengan jawaban Jeni.
"Enggak gitu Ar."Ucap Jeni untuk pertama kalinya Jeni memanggil Arta.
"Trus apa?" Tanya Arta lagi tidak sabar.
"Ya aku nggak mau aja pacaran. Soalnya pacaran itu malah akan membuat seseorang yang kamu sayang hilang begitu aja ketika putus, dan ujung dari pacaran pasti putus." Jelas Jeni yang bagaikan anak ABG aja tuh, yang remaja sampe kalah sama kata-katanya.
"Emmmb...., kamu bener juga Jen. Trus gimana caranya biar aku nggak kehilangan kamu?" Tanya Arta yang sepertinya nggak ingin kehilangan Jeni.
"Gimana kalo kita sahabatan aja? Jadi kamu boleh sayang sama aku tapi sebagai sahabat kamu yang selalu dengerin curhatan kamu." Usul Jeni.
"Iya deh, aku mau jadi sahabat kamu kalo gitu." Jawab Arta menyetujui usul Jeni.
Ketika sampai di rumah Jeni lalu Nita melambaikan tangan ke arah Jeni dan Arta, "Daaaa....!!" Ucap Nita lalu melanjutkan mengayuh sepedanya menuju rumahnya yang berjarak lima rumah dari rumah Jeni.
"Berarti kita sahabatan ya mulai sekarang?" Tanya Arta memastikan sambil menunjukkan jari kelinkingnya ke arah Jeni, berharap Jeni membalasnya.
"Iya."Jawab Jeni lalu mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Arta.
Sejak saat itu Jeni jadi suka dengan hujan, karena hujan telah menahannya di halte saat itu dan Arta jadi ada kesempatan buat mendekati Jeni yang sampai sekarang mereka telah bersahabat. Dan persahabatannya sekarang telah langgeng sampai sekarang.
"Jen, ayo neduh! Hujan nih." Ajak Tasya teman kampus Jeni. Lalu Tasya menarik tangan Jeni untuk berteduh di halte. Sama seperti ketika Jeni dulu Sd, Jeni berteduh di halte menunggu hujan reda. Tasya dan Jeni memang jalan kaki ke kampusnya, soalnya rumah mereka deket, sekitar dua belas rumah dari rumah Tasya dan lima belas rumah dari rumah Jeni, dan tempat halte masih dekat dengan kampus, akhirnya mereka memilih berteduh menunggu sampai hujan reda.
"Yuk pulang!" Ajak Tasya melihat hujan yang sudah cukup reda, walaupun masih gerimis kecil. Jeni pun mengikuti Tasya untuk pulang. Namun tiba-tiba ada yang mengklakson dari arah belakang. Mobil itu berhenti tepat di samping mereka berdua dan dekat dengan Jeni. Ketika kaca diturunkan, di dalam ada Arta.
"Yuk naik! masih gerimis nih." Ajak Arta pada Jeni dan juga Tasya untuk ikut di mobilnya. "Arta!" Panggil Jeni sambil tersenyum senang dengan kedatangan Arta. Arta memang tidak se-kampus dengan Jeni, jadi ketemunya jarang. Apalagi sekarang Arta udah punya pacar dan urusan antara Arta dan Jeni udah nggak searah, makanya Arta hanya bisa datang kalo liburan. Dan hari ini adalah hari terakhir ke kampus, karena besok udah libur. Biasanya kalo liburan, Arta pulang ke rumahnya yang lama untuk menghabiskan waktu liburannya bersama Jeni.
Arta tersenyum ke arah Jeni lalu Jeni dan Tasya naik ke mobil Arta.Itulah persahabatan antara Jeni dengan Arta. Saling mencinta tapi tak saling memiliki. Saling suka, tapi tak ingin menyakiti. Saling takut kehilangan, dan akhirnya berujung pada persahabatan yang utuh sampai sekarang.
Sekian..
.
Itu tadi untuk cersing 3 nya. Semoga kalian suka ya.. :vDan... Tunggu update cersing selanjutnya .. :v