04 - The Beginning of Everything

592 113 34
                                    

"Makasih ya buat semalam." Ucapnya. Jihoon tidak menjawab, bingung sekaligus malu.

"Hey, apa itu semua karyaku?" tanyanya dengan tangan yang seolah menunjuk seluruh tubuh bagian atas Jihoon yang belum tertutup baju.

Sedangkan Jihoon, dia kehilangan kata-kata dan wajahnya memerah padam. Buru-buru dia segera memakai baju. Dia merutuki dirinya yang sangat bodoh jika sedang mabuk. Dan dia lebih bodoh lagi karena mabuk dengan orang yang baru saja dikenalnya.

Jika dia dengan Mark, mungkin Mark hanya akan membuatnya tertidur kemudian pulang. Tidak membiarkan Jihoon melakukan atau menginginkan hal yang aneh-aneh.

"Semalam tadi sangat luar biasa!" ucapnya lagi. Kali ini Jinyoung turun mendekat menuju Jihoon.

"A-Akan kuambilkan obat." Ucap Jihoon gugup, tapi dia benar-benar mengambil obat pereda mabuk untuk Jinyoung.

Jinyoung sebenarnya tidak terlalu mabuk, toleransinya terhadap alkohol cukup tinggi dan dia hanya minum 2 kaleng beer. Tidak seperti Jihoon yang menghabiskan semuanya. Giliran Jinyoung yang melihat pantulan dirinya di cermin. Sama seperti Jihoon, Jinyoung juga memiliki tanda yang sama. Tapi hanya beberapa dan tidak sebanyak Jihoon.

Dirinya tersenyum saat mengingat kejadian kemarin. Sebenarnya mereka hanya bermain truth or dare dan suit biasa. Tapi hukuman yang dijalani yang tidak biasa.

Mereka bermain kertas gunting batu dengan cara yang panas. Yang kalah harus mau diberi tanda. Dan itu terserah si pemenang mau menandai dimana. Percayalah ini semua ide liar Jihoon semalam. Jika dilihat dari banyaknya tanda yang tercipta, sepertinya Jihoon kalah semalam.

Truth or dare-nya tidak terlalu aneh, secara bergantian mendapatkan giliran truth or dare. Truth berisi pertanyaan pribadi dan dare tidak jauh-jauh dari bernyanyi dan menari, juga ciuman panas.

"Huekk!" Jinyoung tersadar dari lamunannya saat mendengar Jihoon yang sepertinya muntah. Segera dia berjalan ke kamar mandi.

Jinyoung melihat Jihoon terduduk menghadap closet untuk membuang semua cairan yang keluar dari mulutnya. Wajahnya juga berubah pucat pasi. Dengan telaten Jinyoung memijat pangkal leher Jihoon untuk mengeluarkan semua cairan yang tersisa.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jinyoung.

"Ya, hanya muntah biasa. Apa kemarin separah itu?" tanya Jihoon.

"Hmm kurasa iya. Kau bahkan bercerita tentang Daniel dengan tersedu-sedu." Jawab Jinyoung jujur. Jihoon tertunduk lesu, apa separah ini rasanya patah hati?

"Sudah jangan sedih. Mending ikut aku aja deh jalan-jalan lagi." Ajak Jinyoung. Entahlah kenapa Jinyoung tiba-tiba ingin mengajaknya dan menghiburnya.

"Tapi nanti siang aku ada kelas." Ucapnya.

"Apa kau siap bertemu Daniel lagi?"

"Kita kemana hari ini?" tanya Jihoon cepat.

"Aku berencana ke museum, tapi lupa namanya apa, hehe."

Jihoon berdecih. Mualnya sudah hilang, dia pun berdiri dan membasuh mulutnya dengan air di wastafel. Kemudian membuka lemari obat yang berada di samping kaca, mengeluarkan sikat gigi baru dan membukanya.

"Ini." ucapnya singkat dan memberikan sikat gigi itu untuk Jinyoung. "Bersiaplah, akan kubuatkan sarapan yang sangat spesial. Khas Norwegia!" ucapnya bersemangat.

"Apa itu juga termasuk ciuman di pagi hari?" goda Jinyoung dan langsung mendapat cubitan tepat di perut Jinyoung. "AAAA!" keluhnya kesakitan.

Jinyoung keluar kamar mandi, memunguti baju dan celananya yang berserakan di lantai karena permainan semalam, kemudian masuk kamar mandi lagi. Sedangkan Jihoon, dia mulai memasak sarapan untuk mereka berdua.

Dérive // DeepwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang