09 - Last Places

555 94 107
                                    

Selepas kesalahpahaman mereka mereda, Jinyyoung dan Jihoon menghabiskan malam di guest house dengan menonton video-video dari Jinyoung.

Saling menyandar di kepala kasur, dengan bangga Jinyoung menceritakan bagaimana boygroup miliknya dapat debut. Menonton debut showcase sampai solo fancam miliknya.

"Jadi aku bersama seorang superstar ya."

"Tentu saja. Baik-baik denganku atau fansku akan menyerangmu."

"Coba saja panggil mereka kesini." Tantang Jihoon dan malah membuat Jinyoung mencubit pipinya.

"Aw! Sakit! Sakit!" eluh Jihoon dan menampar tangan Jinyoung beberapa kali. Jinyoung kemudian merebut ponsel miliknya yang di pegang Jihoon dan memeluknya dari belakang.

"Jinyoung lepas!" Jihoon bersikeras melepas Jinyoung yang berada di belakangnya, saat berhasil dia berkata, "Batas suci!" sambil menggambar garis yang seolah memisahkan sisi kanan kiri tempat tidur.

"Oke!" ucap Jinyoung, lagipula dia hanya menggoda Jihoon tadi.

Maka mereka tidur dengan saling membelakangi, Jihoon menghadap tembok dan Jinyoung menghadap lemari, dan kaca.

"Batas suci, Jinyoung!" ucap Jihoon karena Jihoon merasa Jinyoung bernapas di lehernya.

"Aku tidak bisa tidur melihat kaca." Ucap Jinyoung

--

Jinyoung bangun dan melihat Jihoon yang masih tertidur pulas di sampingnya. Tidak berniat membangunkannya, karena dia juga menikmati pemandangannya. Jihoon tidur dengan memeluk Jinyoung erat, kakinya memeluk tubuh Jinyoung, yang membuat Jinyoung sulit bergerak. Tapi Jinyoung suka, karena mereka berbagi kehangatan bersama.

Lama Jinyoung menikmati wajah damai nan manis milik Jihoon, si empu perlahan mengerjapkan matanya. Jinyoung tersenyum, bahkan mengedip saja bisa semanis itu. Bibir merahnya lama-lama menguap dan membuat Jinyoung menjauhkan wajahnya dan pura-pura pingsan.

"Hahaha." Jihoon tertawa dan menarik kepala Jinyoung yang sempat menjauh, untuk mendekat padanya. "Selamat pagi." Sapa Jihoon dan Jinyoung bersumpah Jihoon sepertinya bertambah manis setiap harinya.

Jinyoung tidak menjawab, pipi dan telinganya terasa panas, dengan pandangan yang tidak pernah lepas dari laki-laki di depannya.

"Kau sudah bangun?" tanya Jihoon pada Jinyoung.

"Belum, aku masih tidur dengan mata terbuka." Jawab Jinyoung, membuat Jihoon memutar matanya.

Saat Jihoon terbangun, Jinyoung menariknya dan membuat Jihoon membenturkan badannya pada permukaan kasur.

"YA!!" Jihoon berteriak, dan malah membuat Jinyoung mencubit pipi Jihoon gemas.

"Kita harus mandi, Jinyoung." ucap Jihoon dan berusaha menyingkirkan tangan Jinyoung dari pipinya.

"Mandi bareng?" goda Jinyoung dan Jihoon langsung bangun, cepat-cepat mengambil peralatan mandi dan pergi keluar.

Guest house berlantai dua yang mereka tempati tidak memiliki kamar mandi dalam. Meskipun begitu kamar mandi luarnya ada cukup banyak, yang tersebar di beberapa sudut. Semua kamar mandinya juga ada di lantai satu, sedangkan kamar yang Jihoon dan Jinyoung tempati ada di lantai dua.

Selesai mandi, Jihoon berkeliling sebentar dan melihat ke dapur. Dia bertemu beberapa turis yang makan di ruang makan yang menyatu dengan dapur. Lalu dia bertemu si pemilik guest house.

"Excuse me, may I use the kitchen?" tanya Jihoon pada wanita paruh baya itu.

"Yes, you may. Kau boleh menggunakannya tapi jangan lupa untuk membersihkannya, atau kau akan kena denda." Jelas si pemilik. "Kau juga bisa me-laundry pakaianmu, disana." Lanjutnya sambil menunjuk dua turis yang sedang berbincang sambil mencuci pakaian mereka.

Dérive // DeepwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang