-IBU-

96 6 4
                                    

22 Desember, diperingati sebagai hari ibu. Ya, semua orang tau itu. Dan sekarang aku masih menyiapkan 'hadiah' untuk ibuku.

Walaupun aku tidak pernah tinggal serumah dengannya, tapi kasih sayang ibu tetap menyertaiku selama 14 tahun ini.

Aku anak tunggal, dan aku tinggal dengan nenek. Kenapa? Ntahlah, alasan yang kudengar dari mulut mereka adalah 'tempatnya lebih strategis'. Kuakui, memang benar karna rumah ibuku jauh terpencil dibanding rumah nenek.

Dulu aku pernah bertanya, mengapa saat liburan aku tidak boleh bersama ibu? Nenek lantas mematung, kemudian tersenyum tipis dan meneteskn air mata tanpa menjawab pertanyaanku.

Konyol rasanya aku pernah melontarkan pertanyaan itu. wajar saja, waktu itu aku masih 6 tahun. Dan sekarang aku sudah jauh lebih paham.

Huu sudahlah, hari ini aku sangat sibuk menyiapkan 'hadiah' untuk ibu besok. Kulihat ibu sekarang sangat pendiam, dia tak pernah lagi menemuiku 4 taun terakhir ini. Mungkin ini giliranku untuk balik menemuinya.

Tunggu, aku harus membeli bunga dan beberapa pernak pernik untuk mempercantik ibu.

-----

"Nek, Aurel berangkat ya"

Nenek memelukku erat, tapi aku tidak bisa membalas pelukannya karna tanganku bertugas membawa kado spesial untuk ibu.

"Hati hati ya rel" sahut nenek kemudian mengecup keningku.

Akhirnya, hari ini datang juga. Oh iya, sebenarnya aku harus mengajak ibu ke sekolah. Karna sekolah mengadakan acara hari ibu. Tapi tak apa, ibu tak mungkin bisa datang. Jadi aku mengikuti acara ini tanpa dia.

Acara dimulai, satu per satu siswa mulai menunjukkan bakat mereka dihadapan para wali. Setelah itu barulah 'acara inti' dimulai. Semua siswa duduk berlutut di hadapan ibu mereka. Dengan panduan kepala sekolah, suasana menjadi haru. Beberapa dari mereka menangis. Aku? Ah, belum waktunya aku menangis. Walaupun mataku mulai panas.

"...dialah ibu! Peluk ia peluk dengan seluruh kasih sayangmu!" kalimat terkahir dari kepala sekolah yang diikuti dengan suara haru. Semua siswa telah jatuh di pelukan ibu mereka.

Cukup! Aku keluar dari aula. Lantas berlari menuju rumah ibu. Butuh waktu 20 menit untuk sampai disana.

Ibu! Teriakku saat sampai di hadapannya, lantas aku memeluknya erat. Ini saat yang tepat untuk mengeluarkan air mataku.

Ibu hanya diam, tapi aku yakin dia tersenyum pada ku.

"Bu, kenapa ibu tak lagi pernah menemuiku? Sengaja aku selalu tidur lebih awal untuk bisa bertemu dengan ibu lebih lama walaupun hanya dalam mimpi. Bu, mengapa ibu sekarang menjadi pendiam? Aku rindu bercerita diantara alam bawah sadarku. Apa ibu marah denganku?" aku memang selalu menjadi anak kecil yang manja didepannya. Air mataku mengalir deras.

"Bu.." ucapku bergetar, menyodorkan kado 'spesial' untukknya.
"lihatlah aku membawa bunga dan beberapa pernak pernik dari melati. Ibu pasti akan cantik mengenakan ini" lanjutku.

Aku menaburkan pernak pernik melati itu diatas rumahnya, dan seikat bunga mawar diatas kepalanya. Aku memeluknya sekali lagi. Tak perduli, mungkin sekarang baju sekolahku sudah sangat kotor dengan tanah yang sudah basah terkena air mata.

"Ibu, Aurel rindu".
Ucapku kemudian mencium nisannya.
#########################

Hargailah, hormatilah ibu kalian selagi ada :')

Happy mother's day 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUWT -oneshoot-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang