L I M A B E L A S

295 22 0
                                    


Samuel menatap lemah sosok yang tengah berbaring diatas kasur dengan tubuhnya dipenuhi alat alat yang Samuel tak tau namanya. Sosok itu benar benar nampak tak berdaya, wajahnya pucat.

"Sejak kapan?" Tanya Samuel lirih.

Mari hanya menatap Samuel sedih. Ia tau bagaimana perasaan Samuel terhadap Hani, sosok yang sedang terbaring tersebut. Samuel mencintai Hani, namun gadis itu menolaknya. Sejak saat itu Hani menjauh dari Samuel, Hani seolah olah tak mengenal seorang Kim Samuel. Tak ada yang tau apa alasan jelas Hani menolak Samuel.

"Mari, jelasin ke gua." Pinta Samuel dengan padangannya yang tak beralih dari Hani.

"Kanker getah bening stadium akhir. Ya, itu yang bikin Hani baring disitu,

"Kata ibunya Hani, kalau alat-alat yang menempel ditubuh Hani dilepas berarti itu akhir hidupnya Hani."

"Berapa minggu yang lalu Hani masih sadar dan gua rutin datang kesini setiap hari cuman untuk ambil sticky note yang sering ada dibangku lo."

"Lalu sticky note yang sesudah itu dari siapa?"

"Itu dari gua. Seperti amanat, Hani minta gua lanjutin sticky note yang bisa dia kasih buat lo. Dan gua lanjutin itu lalu gua lebihin dengan kasih lo makanan hasil percobaan gua."

Tangan Samuel terangkat menyentuh tangan Hani yang dibalut infus. Tangannya begitu dingin.

"Hani ada cerita sama gua, katanya dia nolak lo gara-gara sakit dia ini. Sebenarnya dia juga suka sama lo tapi dia sadar kalau dia nggak bisa sama-sama lo,

"Dan untuk menebus rasa bersalah dia, Hani bikinin lo sticky note meskipun cuma baru berapa kali dia malah harus berhenti dan malah langsung keciduk gua lagi."

Selepas kalimat panjang yang Mari ucapkan tak ada suara lagi. Samuel yang terus menatap Hani dan Mari yang menatap punggul Samuel yang membelakanginya.




"Jung Mari, kamu kapan kesini?"

Tiba-tiba ibunya Hani datang dengan ayahnya Hani juga tak hanya itu ada seorang dokter dan tiga perawat yang mengikuti mereka dari belakang. Mari langsung menghampiri ibunya Hani begitu juga Samuel.

"Tante, Tante kenapa?" Tanya Mari sambil mengenggam tangan Ibunya Hani, dari mata ibunya Hani terlihat bahwa wanita itu baru saja menangis hebat.

Karena terlalu sering datang kerumah sakit mengunjungi Hani, Mari juga jadi akrab kepada kedua orang tuanya Hani.
















"Mari, maaf akhirnya Om sama Tante menyerah untuk Hani."

🔸🔸🔸

sticky noteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang