Menolak Lagi

13.6K 627 43
                                    

Jangan lupa vote dan komen, yang belum follow dsarankan untuk memfollow.

Selamat membaca!

***

Sore hari yang cerah, aku mengunjungi mba Asti di kediamannya. Suara tawa anak-anak yang sedang bermain di teras rumah mewarnai obrolan kami.

"Maaf mba, sepertinya aku nggak cocok." Ucapku pada mba Asti, sahabat sekaligus seseorang yang aku anggap kakak di tempatku merantau.

"Nggak cocok gimana? Yang ini pendidikannya S-2, manajer sebuah perusahaan ternama. Mapan sudah pasti, tampang nya juga lumayan, ibadahnya juga rajin, usianya juga sama kayak kamu." Mba Asti menjelaskan sambil menunjuk sebuah foto pria yang ada di atas meja.

"Aku merasa nggak sreg aja pas liat fotonya." aku beralasan.

"Kurang ganteng?" Tanya mba Asti sambil mengambil dan mengamati foto pria tampan yang berpakaian pekerja kantoran. Lesung pipinya terlihat manis.

"Ganteng si tapi nggak ada chemistry mba." ucapku lalu mengambil minuman di atas meja.

"Jelita, kamu mau yang seperti apa? Bulan lalu kamu juga menolak seorang laki-laki sholeh yang terang-terangan mengungkap keinginannya melamar kamu." Mba Asti menatapku dalam.

"Ini masalah hati mba. Gak bisa dipaksa kan." kilahku. Aku melihat ke arah jendela. Di luar sana anak mba Asti sedang bermain bersama teman-temannya.

"Subhanallah Jelita, kalau kamu berharap ada cinta sebelum nikah maka bukan jalan taaruf yang kamu tempuh. Tapi pacaran." Nada mba Asti mulai meninggi.

Aku kembali menghadapkan wajahku pada mba Asti. Aku melihat pancaran kekesalan di mata mba Asti. Wajar memang beliau kesal, ini kali kedua aku menolak lelaki yang berniat taaruf denganku.

"Aku gak mau pacaran mba, aku mau tetap sesuai syariah. " kataku sambil menunduk.

"Lalu apa yang kamu tunggu? usia kamu sudah sangat matang untuk naik ke jenjang pernikahan."

"Aku nyari yang cocok mba, gak salah kan?" kilahku sambil kemudian meneguk kembali minumanku.

"Kalau ada lelaki sholeh yang berniat taaruf dengan kamu kenapa tidak dicoba dulu, bisa jadi kecocokan baru terlihat setelah taaruf." Mba Asti menatapku dalam. Tidak ada yang salah dari ucapannya. Masalahnya ada dalam diriku.

"Aku gak bisa mba. Kalau dilihat fotonya saja sudah tidak cocok aku gak berani lanjut taaruf." Alasan yang kubuat-buat kuutarakan dengan meyakinkan.

"Kamu belum ketemu orangnya, bisa jadi aslinya jauh lebih baik dari foto. Lagian dari foto saja mana bisa kamu ketahui kepribadian seseorang. Don't judge the book by it's cover Jelita." Mba Asti berkata tegas.

"Tapi kalau dari cover saja tidak tertarik, aku males bacanya juga." Aku menyandarkan tubuhku pada sofa.

"Mba nggak nyangka, kamu yang pendidikannya sampai S-2 kok menilai orang hanya dari selembar foto."

"Bukan gitu maksudku mba, aku cuma nggak tertarik aja."

" Kalau nggak tertarik terus, kapan kamu nikah? Atau jangan-jangan kamu sebenernya sudah ada calon? "

"Nggak ada mba, sampai saat ini belum ada satu lelaki pun di hati aku. Dan aku juga ingin proses yang halal gak pake pacaran."

"Mba udah coba carikan kamu jalan supaya bisa taaruf, nggak gampang loh nyari laki-laki baik saat ini yang nggak mau pacaran. Kamu tahu? Kebanyakan laki-laki jaman sekarang hanya mau pacaran tapi sulit untuk diajak menikah, dengan berbagai alasan. Ini begitu ada laki-laki sholeh yang mau  taaruf sama kamu tapi kamu tolak mentah-mentah sebelum bertemu."

"Iya mba aku ngerti dan terima kasih mba sudah carikan suami buat aku tapi gak ada yang sreg di hati aku."

"Kalau menolak itu harus dengan alasan yang jelas."

"Manusiawi kan mba, kalau tidak ada ketertarikan  secara fisik?"

"Terserah kamu deh." Mba Asti menaruh foto itu di atas meja lalu menyesap minumannya.

Mba Asti pasti sangat kesal, terlihat sekali dari pancaran matanya dan gestur tubuhnya. Kami terdiam, sesekali ia menghembuskan nafas berat.

Aku merasa bersalah karena menolak tawaran yang diajukan mba Asti. Beliau sangat peduli padaku walau tidak ada pertalian darah diantara kami.

Selama 3 tahun aku merantau, mba Asti menjadi orang yang selalu siap membantuku. Dan kali ini aku mengecewakannya.

Maaf mba, seandainya mba tahu.

***

Kisah ini sudah ada ebooknya ya, silakan buka di google book/ playstore.

Kamu bisa klik judul cerita ini di kolom pencarian google playstore di bagian buku ya atau klik BahiyaPadmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu bisa klik judul cerita ini di kolom pencarian google playstore di bagian buku ya atau klik BahiyaPadmi. Gak sampe 50 ribu cerita ini udah bisa masuk di hape kamu.

Ingat jangan beli yang bajakan ya, kalau kamu sayang author.

Jodoh Untuk Bu Guru (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang