Cerita ini sudah lama ada di google playbook, makasih buat yang sudah membeli ebooknya
Happy reading!
***
Kembali dari kampung aku membawa sedikit oleh-oleh. Oleh-oleh yang sebenarnya dibelikan oleh Armand. Armand bukan hanya membelikan oleh-oleh dan tiket pesawat saja tetapi juga saat kami tiba di bandara seorang pegawainya menjemput dan mengantarkan aku sampai di kosan. Kebaikannya benar-benar menyentuh hatiku.
Aku membawa oleh-oleh itu ke rumah mbak Asti setelah sebelumnya mengabari beliau perihal kedatanganku.
"Bagaimana kabar ibumu? Sudah sembuh?"
"Alhamdulillah sudah lebih baik mba."
"Alhamdillah."
"Mba, ini ada sedikit oleh-oleh buat mba sekeluarga. "
"Terima kasih Je. Sebenarnya kamu gak perlu repot begini."
"Gak repot kok mba."
Hari ini aku ingin bercerita pada mba Asti soal Armand agar ia tak lagi repot mencarikan jodoh untukku.
"Mba, aku mau cerita."
"Cerita apa?"
"Jadi kira-kira 3 minggu lalu aku ada reuni."
"Terus?"
"Aku ketemu temen SMA namanya Armand, masih satu desa sama aku mba."
"Terus?"
"Armand ingin menjalin hubungan yang serius mba, cari istri katanya."
"Dia melamar kamu?"
"Belum mba?"
"Terus hubungan kamu sama dia saat ini apa?"
"Teman mba."
"Teman?"
"Iya."
"Teman seperti apa?"
"Teman... dekat. "
Aku juga bingung mendefinisikan hubungan kami. Dibilang teman tapi Armand sudah menyatakan keseriusannya. Dibilang calon suami juga bukan karena Armand belum melamarku.
"Je, hati-hati. Hubungan kalian itu berbahaya, kalau tidak pandai menjaga diri malah jadinya pacaran."
"Iya mba, aku juga berusaha tidak melibatkan hati sebelum semuanya resmi."
"Mba penasaran nih, apa yang membuat kamu memilih Armand? Kamu memang belum dilamar ya tapi kan kamu juga tidak menolak dibanding dengan lelaki yang mba ajukan."
"Armand itu satu desa denganku mba, dia tahu betul latar belakang aku."
"Memang kenapa dengan latar belakang kamu? "
"Sebenarnya orang tua aku tidak pernah menikah."
"Maksud kamu?"
Aku mengambil napas dalam-dalam, menyiapkan diriku. "Iya, ibu dulu ... p.s.k."
Ekspresi terkejut sangat kentara di wajah mba Asti.
"Ibu kamu...?"
"Mantan p s k." Suaraku amat pelan.
Mbak Asti mengambil nafas dalam dan menatapku. "Udah mantan kan?"
Aku mengangguk," Selama ini aku takut mba, takut lelaki yang berniat baik padaku tahu tentang hal ini dan pasti mereka menolakku. Gak ada yang mau menikah dengan anak haram sepertiku." Air mataku mengalir, semua bayang-bayang buruk saat aku kecil melintas. Hinaan orang-orang atas statusku, cibiran mereka, tatapan merendahkan yang hampir aku terima setiap hari.
Mba Asti memelukku erat, mengusap punggungku, memberi ketenangan.
"Maaf mba, maafin aku selama ini gak jujur sama mba."
Mba Asti melepas pelukannya dan menatapku, "Kamu gak salah, gak perlu minta maaf. Status kamu juga bukan kesalahan kamu."
"Aku anak haram mba, aku takut ditolak."
"Kamu bukan anak haram, yang haram itu perbuatan kedua orang tua kamu. Ibu kamu sudah tobat kan?"
"Sudah mba. Ibu jatuh cinta sama bapak, makanya tidak pernah bersama pria lain setelah ketemu bapak. Dan setelah hamil ibu meninggalkan profesinya."
"Bapak kamu?"
"Bapak tinggal di desa sebelah mba, beliau punya anak dan istri."
"Tapi dia tahu kan ada kamu? "
"Tahu mba. Istrinya juga tahu aku anaknya."
"Hubungan ibu kamu dengan bapak kamu bagaimana?"
"Bapak mengakui aku sebagai anaknya tapi tidak pernah menafkahi."
"Ya Allah, masa kecil kamu pasti berat banget Je."
Mba Asti kembali memelukku erat air matanya ikut mengalir.
"Aku menyetujui permintaan Armand ingin serius denganku karena ia sudah tahu semua tentang diriku mba, dan ia tidak keberatan , keluarganya juga tidak masalah."
Mba Asti kembali menatapku, "Mba ngerti maksud kamu menerima Armand, tapi hubungan kalian harus jelas arahnya dan menjaga diri sampai kalian halal."
"Iya mba, aku akan selalu berusaha jaga diri sesuai aturan Islam."
"Terus rencana ke depan nya kalian gimana? Mau segera dihalalkan?"
"Aku beri Armand syarat mba?"
"Syarat apa?"
"Dia punya usaha simpan pinjam konvensional mba."
"Riba maksud kamu?"
"Iya. Aku gak mau dinafkahi dengan uang riba, jadi aku minta ia cari usaha lain yang halal barulah aku mau dilamar."
"Sampai saat itu terjadi, jaga diri kamu baik-baik. Jangan sampai mendekatkan diri pada zina. Walaa taqrobu zina, ingat itu!"
"Iya mba."
***
"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Bu Guru (Repost)
SpiritualJelita gadis berkerudung panjang, shalihah, cerdas, pendidikan S-2, cantik, dan ramah. Sepintas tidak ada cela dalam dirinya namun menginjak usia 30 tahun masih belum bersuami juga. Jelita punya alasan rahasia yang membuatnya selalu menolak laki-l...