Menjaga Hati

4K 407 16
                                    

Sebelum membaca, aku mau mengingatkan bahwa cerita ini sudah ada dalam bentuk e-book dan cetak.

Bisa langsung kamu dapatkan ebooknya di google play store ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisa langsung kamu dapatkan ebooknya di google play store ya. Happy reading!

***
"Kamu mau balik ke Jakarta kapan?" Tanya Armand saat kunjungan keduanya ke rumahku.

"InsyaAllah besok,  alhamdulillah ibu udah sehat. "

"Pulang bareng ya?"

"Bareng? "

"Aku beliin tiketnya."

"Gak usah mas. Aku beli sendiri aja."

"Aku seneng bisa beliin kamu. Itung-itung latihan."

"Latihan?"

"Latihan jadi suami."

Mendengar ucapan Armand, hatiku terasa bahagia. Perempuan manapun pasti akan tersanjung dengan perhatian Armand. Apalagi mendengar kata-katanya, aku tersipu malu.

"Kamu kalo lagi merona gitu lucu, saya suka. "

Rasanya ada kupu-kupu berterbangan di perutku. Oh inikah yang dinamakan jatuh cinta? Jantungku berdebar saat pandangan kami bertemu.

"Besok mas jemput,  kita pulang bareng."

"Iya mas." Ucapku pelan.

Tiba-tiba Armand mengusap kepalaku yang tertutup jilbab, "Mas pulang dulu. Assalamualaikum. "

"Waalaikum salam"

Armand menyentuhku, dan aku tak kuasa menolak. Walau tidak menyentuh kulit tapi rasanya salah. Tidak seharusnya hal ini terjadi.

Astaghfirullah. Sebagian hati kecilku tersadar. Seharusnya perasaanku tidak boleh sejauh ini pada Armand bagaimanapun hubungan kami belum halal. Sejak dahulu aku ingin jatuh cinta setelah menikah dan menjaga perasaan ku hanya pada pria yang menjadi pendampingku.

Semalaman aku memikirkan perasaanku pada Armand. Aku bertekad mengontrol perasaanku, bagaimanapun aku khawatir jika terus dibiarkan bisa saja aku terperangkap pada godaan setan. Berawal dari rasa suka lalu saling bersentuhan lalu terjadilah perzinahan. Astaghfirullah, jauhkanlah aku dari hal-hal yang mendekatkan diri pada zina ya Allah.

Pagi ini Armand menjemputku, ajakannya untuk pulang bersama sulit kutolak. Ia sudah membelikan tiket pesawat dan tidak mungkin dibatalkan, ibu juga mendesakku untuk menerima tawaran Armand yang semalam sempat kutolak lewat telepon.

Aku akan memanfaatkan momen perjalanan ini untuk membicarakan perihal hubungan kami.

Perjalanan di mobil menuju bandara terasa sepi. Aku lebih memilih diam, menyiapkan kata-kata yang pas untuk membicarakan hubungan kami.

"Dek, kok sejak di mobil tadi diam saja?" Tanya Armand setelah pesawat lepas landas. Semenjak kemarin di depan ibu, Armand mulai memanggilku dengan sebutan 'Dek'.

Kami duduk berdampingan, Armand dengan leluasa menatapku dan aku hanya menunduk berusaha menjaga hatiku. Kalau pandangan kami bertemu pasti akan lebih sulit bagiku menjaga hati.

"Mas aku mau mastiin semuanya."

"Mastiin apa?"

"Hubungan kita."

"Ok. Silakan."

"Kita ini kan belum ada hubungan apa-apa. Belum ada ikatan."

"Tapi aku udah bilang mau serius kan, udah minta izin ibu juga."

"Iya, aku tau. Tapi aku ingin menjaga hatiku mas sebelum kita halal."

"Kalo gitu,  segera dihalalkan. Aku bersedia kita segera nikah."

"Tapi ada yang mengganjal mas."

"Apa? Dari usia, pendidikan dan penghasilan aku pikir diriku sudah sangat memenuhi syarat. Atau ada orang lain di hatimu?"

"Tidak ada orang lain di hatiku. Aku berusaha menjaga hatiku mas."

"Lalu apa yang bikin kamu tidak yakin denganku?"

"Pekerjaan mas." Aku memberanikan diri mengungkapkan hal ini.

"Pekerjaan? Aku punya usaha sendiri. Apa yang salah dengan itu."

"Maksud aku, mas punya usaha simpan pinjam kan?"

"Iya."

"Konvensional?"

"Iya."

"Itu mas yang memberatkan aku. Mas dapat uang dari membungakan pinjaman. Riba. Aku tidak mau diberi nafkah dari uang hasil riba."

"Kenapa?"

"Di dalam Islam praktek riba itu haram hukumnya."

"Berarti kalau penghasilanku bukan dari riba, kamu bersedia jadi istriku?"

Aku memberi anggukan sebagai jawaban. Aku tidak bisa mengkhianati hatiku yang sudah jatuh pada pesonanya. Yang kulakukan sekarang adalah menjaga hatiku agar tidak terlalu jauh melangkah dan tetap berada dalam aturan Islam dalam bergaul.

"Beri aku waktu untuk memulai usaha baru. Tidak mungkin aku membubarkan usahaku begitu saja."

"Baik mas tapi sebelum kita halal, aku minta tidak ada kontak fisik diantara kita."

"Baik. Aku akan berusaha memenuhi permintaan kamu Dek. Tapi aku juga minta agar kamu menjaga hatimu untukku. "

Aku terdiam mendengar ucapan Armand. Ia belum pasti menjadi jodohku, bagaimana jika ada lelaki yang lebih baik dari Armand datang meminangku?

Kelebihan Armand yang jelas berbeda dari lelaki lain adalah dia mengetahui seluk beluk tentang diriku dan aku tak perlu khawatir ia akan menolak karena latar belakang ku.

***

Jodoh Untuk Bu Guru (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang