4 - Kama Lagi

303 55 12
                                    

Kalau kalian berpikir menjadi mahasiswa akan sangat keren dan menyenangkan, kalian salah besar. Asal kalian tahu kehidupan kampus tak seperti yang ada di sinetron, bahkan film-film kenamaan sekalipun. Baru dua hari masa perkuliahan, aku sudah bosan dengan segala beban tugas yang ada.

Matematika bisnis. Mata kuliah empat SKS yang membuatku kesal setengah mati. Dari jam dua belas siang sampai lima sore, mau membuatku pingsan atau bagaimana? Apakah ini pembunuhan berencana? Aku tak mau mati konyol seperti ini.

Dan hal yang membuatku naik darah adalah si bodoh, Zayan. Bagaimana bisa ia tidak tahu cara mengunggah file ke google drive. Memangnya dia hidup di jaman batu? Padahal ia yang berkewajiban membagikan materi ke semua makhluk hidup di kelas ini. Komting gadungan.

"Apaan sih anjir google drive segala, udah sini-sini flashdisk kalian, kumpulin ke gue aja" lerai Zayan saat teman-temanku sekelas mulai berbuat anarkis, termasuk aku.

Sejurus kemudian, Zayan sudah sibuk dengan tumpukan flashdisk dan laptop yang ada di hadapannya.

"Abre, sini deh" panggil Zayan yang berjarak empat bangku dari tempat dudukku.

"Apaan?"

"Lo potterhead?"

"Hm" sahutku tak tertarik.

"Anjir samaan, emang jodoh ngga kemana"

"In your dream"

"Lo ngga mau tanya gue tau darimana?"

"Dari nama flashdisk gue, kan. Lumos. Iya, biar bisa nerangin jalan hidup gue . Udah ya, udah gue jelasin. Nggak usah tanya lagi. Mau pulang nih, mana flashdisk gue?" jelasku panjang lebar.

"Teleportasi kita emang kuat banget ya, Bre. Baru juga gue mau tanya, udah lo jelasin duluan"

"Telepati"

Aku langsung merebut flashdisk dari genggamannya, berbalik arah, dan berjalan cepat menuju pintu keluar kelas.

***

Sejak kapan gerbang depan jadi jauh begini. Rutukku dalam hati.

"Abre, keman-"

"Apa lagi, sih?" balasku seraya menoleh ke sumber suara.

"Ya ampun, Gea. Sorry, Ge. I'm not in a good mood"

"Gue juga, Bre. Ngeselin banget si asdos pengantar teknik mesin. Baru juga dua hari udah sok bossy abis. Siala-"

"Geanina Herman, teknik mesin kelas A 2017, nilai mata kuliah pengantar teknik mesin semester satu, auto D. Lain kali jangan ngomongin asdos di belakang, ya."

Hah? Tunggu sebentar. Kenapa Kama bisa tiba-tiba disini.

"Kak Kama? Maaf kak, bukan maksud saya buat ngomongin kakak. Jangan kasih saya nilai D. Please yaa ka-"

"Dia asdos yang lo maksud, Ge?" bisikku pada Gea. Bukan hal yang mengejutkan memang jika mengingat kemampuan otak Kama yang di atas rata-rata.

"Iya, Bre"

"Kak, tolong banget ya kak, ya?" sambung Gea, kembali meyakinkan Kama untuk tidak memberikannya nilai yang membuatnya terancam mengulang taun depan

"Bisa Ge, bisa. Nilai lo bahkan bisa gue katrol sampai A kalau cewek di samping lo mau ikut gue sekarang"

What the hell, orang ini minta disliding sampai ke Mars.

"Boleh, Kak. Boleh banget. Bawa aja si Abre, kalau perlu bawa pulang sekalian. Mood dia lagi ngga enak, katanya. Siapa tahu dia jadi normal abis jalan-jalan sama idola kampus"

Double what the hell, Gea. Maunya apa, sih.

Tak perlu menunggu sampai detik ke lima, jemariku langsung digenggam erat oleh Kama. Diseretnya tubuhku hingga mau tak mau aku harus mengikuti irama langkahnya menuju ke parkiran.
Aku sontak menoleh ke arah Gea, dan ia hanya tersenyum sembari mengucapkan terima kasih.

Triple what the hell.

"Pulang sama gue" ujar Kama tak menghentikan langkahnya.

"Ngga mau. Gue pulang naik oj-"

"Nggak, Bre. Lo pulang sama gue. Sekarang udah mau maghrib. Hobi banget bikin gue kuwatir"

MAKSUD LO APAAN, KAMA?

Santai, Bre. Santai. Jangan terbawa suasana. Ingatlah dia itu ular.

Sesampainya di parkiran fakultas teknik, Kama langsung mengenakan helm ke kepalaku dan mendorong tubuhku untuk naik ke motornya sebab aku masih dalam mode enggan menanggapi ucapannya.

"Pegangan, kalo jatoh susah benerinnya" ucap Kama seraya membawa kedua tanganku melingkari pinggangnya.

Dia kenapa?

"Lo kenapa?" tanyaku ditengah keheningan kami

"Kenapa apanya"

"Kenapa sok baik?"

"Kept a promise"

"Apa? Bau amis?" Aku tidak begitu mendengar karena bising klakson kendaraan disampingku.

"Terserah"

Aku mengendus bau badanku, tidak amis kok

Aneh

Sampai rumah, Kama langsung bergegas pergi setelah menyampaikan salam untuk Papa. Salam yang tak akan pernah kusampaikan.

Ketika aku melenggang memasuki ruang tengah, aku mendengar Papa tengah bercakap-cakap dengan seorang pria.

"Zayan? Lo ngapain"

"Hehehe, numpang makan"

tbc

Hayoo abang Zayan mau ngapain?

Curiga curiga curiga

Kalian kapal mana?

1. Abre Kama

 Abre Kama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Abre Zayan

(maap editannya masih amatir)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(maap editannya masih amatir)


Menurut kalian jalan ceritanya kelamaan nggak?

Kurang banyak nggak?

EllipsismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang