11 - Another Drama

222 45 19
                                    

Playing Timeless by NCT U
____

"Kam, are you okay?" ucapku seraya duduk berjongkok di depannya.

Kama sempat terdiam beberapa saat, sesekali ia memegangi kepalanya dengan kedua buah tangannya, dahinya mengernyit, matanya terpejam mengisyaratkan kesakitan dan kelinglungan yang luar biasa.

Aku yang tak tega akhirnya berusaha menenangkannya, menggenggam erat kedua tangannya, dan berbisik di samping telinganya,

"Kam, jangan takut, gue disini" kuulang-ulang kalimat tersebut, berharap Kama tersugesti supaya dapat tenang kembali.

De Javu.

Tersadar bahwa aku pernah melewati kejadian ini, aku mengelus sepasang indra pemerhatinya, membuatnya terpaksa terbuka. Kosong. Hanya kekosongan yang kutemukan disana. Kembali aku  menatap netra Kama lebih dalam. Menelusuri korneanya, mencari rahasia apa yang sudah ia pendam teramat dalam. Rahasia macam apa yang dengan bodohnya bisa mampir dalam bunga tidurku?

"Hey, boys cry too. Don't worry, i'm here. Always"

Isaknya semakin pekat, aku tercekat hingga tak mampu lagi menahan derai. Rintik air mata lolos dari ujung mataku, Kama pun begitu.

Sepuluh menit tanpa konversasi, hanya aku dan Kama, serta dunia kami yang masih serba abu-abu. Genggamanku masih setia menemani jemarinya, beberapa kali mengusap pelan surai lebatnya. Aku sungguh tak tahu dan tak mau tahu, hatiku terluka melihat Kama yang sedang lemah-lemahnya. Saking kacaunya aku bahkan melupakan seseorang yang sedari tadi memandangi kami, dan pergi dengan langkah kecewa.

Sesaat, kurasakan tangannya menegang. Kukendurkan genggamanku, dan tepisan kuat yang aku dapat.

"Gue ngga apa apa. Sori. Just forget it-"

"Oiya, bilangin ke panitia, gue pulang duluan. Ada urusan. Penting" tegasnya sembari mengusap sepasang fokusnya yang membengkak sebab kehabisan stok air mata.

"Gue ikut"

Kama sedang dalam kondisi yang buruk  dan haram hukumnya bagiku untuk membiarkannya sendirian.

"Gue ngga apa apa, Bre"

"Setelah lo nangis di depan gue, sekarang lo bilang ngga apa apa? Such a bullshit" teriakku tak sadar. Sekarang, Kama berdiri dengan tubuh yang dipenuhi peluh. Aku tahu ia tak sedang baik-baik saja.

"I said that i'm okay." 

"No, you're not"

"Bre, please"

"I know you so well, Kam. Gue ikut. Ngga ada penolakan"

"Tapi kaki lo masih sakit, Bre" 

Jadi, dia tidak mengizinkanku ikut karena mengkhawatirkanku?

"Gue udah bisa jalan kali" jawabku sembari menggamit lengan Kama kembali. Menariknya perlahan keluar dari area camping dan berjalan menuju lapangan tempat parkir kendaraan yang berada tiga kilometer di bawah lereng yang kami pijak sekarang.

"Kaki lo gimana, Bre?"

Dasar arwah penasaran

"I said that i'm okay"

"No, you're not"

"Lo mau debat lagi sama gue? Mending lo hubungin siapa gitu buat bawa barang gue balik. Hp gue aja masih di tenda"

"Nyusahin" aku mendelik, menengadah untuk melihat  paras Kama. Namun yang kutemukan justru usapan lembut tangan besarnya di rambutku yang tengah aku kuncir ekor kuda.

EllipsismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang