Chapter 20 (End)

1K 128 68
                                    

Ingatan tentang mimpi buruk itu kembali terputar dikepala Junlin.
Ia yakin tidak salah lihat, ayah dan ibunya kini tengah berdiri didepan pintu rumahnya.

Tanpa disadari, Junlin melangkah mundur perlahan, menjauhi kedua orang tuanya.
Ia bersembunyi dibalik tubuh besar Jiaqi, memeluknya sangat erat.

Tubuhnya bergetar hebat, rasa takut telah menguasai dirinya.
Ia menangis sesenggukan, menenggelamkan wajahnya dipunggung gegenya.

Ia takut, apa yang ia mimpikan terulang dikehidupannya yang nyata.
Jiaqi yang sadar akan apa yang terjadi pada adiknya, membalas pelukannya dan menenangkannya.

"Tidak apa, Junlin. Semua akan baik-baik saja." bisiknya.

Junlin mengangguk dalam isakannya, ia akan mempercayai gegenya, selalu.

"Untuk apa kalian kesini?!" ujar Jiaqi dingin.

Ia menatap tajam kedua orang didepannya, masih dengan tangannya memeluk Junlin yang terisak.

"Jiaqi... Maafkan kami.."

"Setelah kalian pergi begitu saja meninggalkan kami berdua dalam kesusahan? Lalu setelah hilang tanpa kabar dalam waktu yang lama kalian kembali. ORANG TUA MACAM APA KALIAN, HAH?!" Jiaqi berteriak, meluapkan emosi yang sedari tadi--tidak, sejak dulu ia tahan.

"Kami tau kami salah, kami bukan orang tua yang baik.. Kami tau itu, maafkan kami.." mohon ibunya.

Jiaqi bukan orang yang pendendam, jujur hatinya tergerak mendengar perkataan kedua orang tuanya.

"Masuklah. Kita bicara didalam." ujarnya.

Kini mereka duduk disofa, Jiaqi menyediakan teh untuk kedua orang tuanya.

"Aku akan menidurkan Junlin dulu.."

Junlin terlelap setelah lelah menangis, jadi Jiaqi membawanya kekamar dan membaringkannya keposisi yang lebih nyaman.

Setelah selesai, iapun kembali menuju ketempat dimana orang tuanya berada.

"Jadi, apa?" tanyanya singkat namun menusuk.

"Jiaqi... Ayah benar-benar menyesali perbuatan ayah dulu, maafkan ayah, Jiaqi."

"Kau bersalah pada Junlin, bukan padaku. Junlin selalu memimpikanmu sedang memukulnya dan ia tidak bisa tidur dengan tenang setiap harinya. Padahal ia masih anak-anak. Kau seharusnya minta maaf pada Junlin, ayah!!"

"Aku tau.. Aku akan melakukannya ketika ia bangun."

"Jiaqi, mari kita memulai dari awal la--"

"Apa yang harus kita mulai?! Jelaskan padaku, kenapa kalian pergi begitu saja hah?!!"

"Akan kujelaskan..."

"... Ini semua salahku. Sebenarnya, aku dan ibumu terlibat dalam perkelahian disebuah klub malam. Kami bahkan memukul dan melukai banyak orang saking mabuknya. Maka dari itu, kami diproses dan dibawa kekantor polisi. Kami divonis 6 bulan penjara..."

"Sebenarnya mereka ingin memberi taumu, tapi kami melarangnya. Kami takut, kau akan malu mempunyai orang tua seperti kami. Juga, bebanmu akan bertambah. Aku tau kau sudah kesulitan ketika merawat Junlin--"

"Tidak. Ia adalah penyemangat hidupku." potong Jiaqi.

"Baguslah jika begitu.. Setelah kami bebas, kami memutuskan untuk tidak pulang kerumah. Kami hanya tak ingin kau terpukul menerima kenyataan ini. Kami tak ingin kau tak menganggap kami karena ini. Namun kami akhirnya sadar, kau dan Junlin masih membutuhkan kasih sayang orang tua...."

"... Itulah kenapa, kami ingin berubah dan memulai hidup baru dengan kalian, dengan bahagia." ujar ibunya.

"A..ayah,, kenapa kau dulu memukul Junlin?"

B L I N D •Ding Cheng Xin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang