Dikamar yang luas, terlihat di ranjang sepasang suami-istri sedang bercerita. Ada Naruto yang sedang menjelaskan apa saja yang harus Hinata ingat, Naruto akan membantu Hinata. Tapi sepertinya itu lebih tepatnya membantu dirinya sendiri.
Hinata terus memperhatikan ponsel Naruto yang terdapat foto-foto yang tidak ia kenal.
"Kalau dia siapa?" tanya Hinata pada foto pria yang berambut putih. "Matanya indah sekali, apa dia teman ku?"
Naruto cemburu mendengar itu ia pun mematikan ponselnya. Hinata yang bersandar pada bahu kiri Naruto menatap heran. Ia pun bertanya. "Ada apa?"
"Kau memuji pria lain di depan ku" Sepertinya san suami sedang cemburu.
"Kau cemburu?" Hinata menggoda Naruto.
"Tidak!" bantah Naruto. Wajah merahnya tidak bisa menutupi kebohongan nya. Sungguh imutnya, Hinata memiliki ide untuk mengerjai Naruto.
"Baiklah jika tidak, maka jelaskan siapa pria tampan itu hm? Apakah ia pernah menjadi seseorang yang begitu berharga?" Hinata berniat untuk menggoda Naruto kembali. Tapi respon yang di berikan Naruto membuat ia terkejut bukan respon seperti ini yang ia harapkan.
"Tidak! Ia tidak pernah berharga dalam kehidupan mu! Jika pernah ia hanya penggangu dalam rumah tangga kita! Kau harus percaya dengan ku! Pria itu sama dengan pria anjing yang pernah ku tunjukan padamu. Dia pernah sekali menghancurkan rumah tangga kita. Kau jangan pernah berdekatan dengan nya" Terlihat raut emosi diwajah Naruto.
"Naruto-kun kau tidak harus menjelaskannya, dan kau juga pernah membahas tentang pria inuzuka itu. Aku percaya padamu, kenapa kau begitu takut aku tak akan percaya pada mu?"
Naruto pernah menjelaskan pria yang bernama Kiba, bahkan orang pertama kali yang ia jelaskan pada Hinata. Dan seterusnya ia mengingatkan seluruh anggota keluarganya. Dirinya tentu saja akan selalu percaya pada Naruto karena hanya pria itu yang dia miliki. Hinata tidak percaya pada keluarga nya sendiri karena hanya kesedihan yang Naruto ceritakan tentang dirinya bersama keluarganya. Dan Naruto bilang dirinya tidak boleh dekat-dekat dengan Neji dan Hanabi.
"A-aku hanya takut jika harus kehilangan mu"
Naruto merengkuh tubuh Hinata menyembunyikan rasa gugupnya.
Hinata tersenyum mendengar hal itu seolah ini yang selalu Hinata tunggu. Dirinya merasa asing dengan prilaku Naruto yang begitu manis tapi Hinata menghiraukannya mungkin karena ia hilang ingatan maka ia melupakan sikap manis Naruto.
"Sudah 2 minggu kau tidak pernah menemani ku untuk berobat, apa kau ingin menemani ku?"
Tawar Hinata masih dalam dekapan Naruto. Melepaskan dekapan itu saat merasa tidak ada respon dari Naruto.
"Kau sibuk? Maafkan aku, aku akan pergi dengan pelayan disini" Hinata menunduk menyembunyikan raut wajah sedihnya.
Dirinya penasaran saat ia koma, Naruto setiap hari datang menemaninya bahkan pernah bolos dari kerjanya. Itu yang di beritahu Naruto tapi mengapa saat ia sudah keluar dari rumah sakit tapi harus rutin untuk pengobatan kakinya Naruto tidak pernah menemaninya. Ia selalu menyuruh asistennya atau pelayan rumah ini yang menemaninya.
"Banyak pekerjaan yang ku tinggalkan selama kau koma, maafkan aku"
Sesal Naruto, sejujurnya Hinata curiga apakah Naruto malu jalan berdampingan dengan dirinya yang cacat ini. Di Amerika banyak yang tahu jika Naruto sudah memiliki istri tapi belum ada yang tahu siapa istrinya dan Naruto belum pernah mengenalkan dirinya setidaknya di kantornya bahwa ia istri Naruto. Seminggu yang lalu ada pesta di kantor Naruto dan dirinya tidak di ajak ia beralasan jika Hinata nanti akan kecapekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
harapan #2
Non-Fiction[Naruhina] Yang sudah membaca harapan #1 ini lanjutannya...