Naruto menanti kalimat apa yang akan dilanjutkan Hinata, degup jantungnya bisa ia rasakan. Ia takut, takut jika Hinata mengingat Kiba. Apakah dia akan marah karena telah ia bohongi?
"Kau~"
Tok tok
Ketukan pintu kamarnya memotong ucapan Hinata.
"Mr. ada tamu" Ujar maid di balik pintu tersebut.
"Suruh ia tunggu sebentar" Teriak Naruto. "Hinata apa yang ingin kau katakan tadi?" Naruto menatap Hinata yang kebingungan menanti-nanti kelanjutan perkataan istrinya itu. Hinata menggaruk rambutnya ia binggung tadi mau berkata apa. Masalahnya ia belum yakin apa itu ingatannya atau memang karena Naruto sering menyebut nama Kiba makanya ia terpikirkan hal itu hingga sampai berimajinasi.
"K-kau apa masih marah pada ku?" Naruto menghela nafas lega, ternyata hal itu yang Hinata ingin katakan.
"Tentu saja tidak" Menepuk pucuk kepala Hinata. "Kau tunggulah disini" Mencium lama kening Hinata, menyalurkan sayangnya lewat kecupan lembutnya.
"Aku ikut" Pinta Hinata dengan menarik tangan Naruto yang ingin pergi.
"Hinata aku hanya ke ruang tamu"
"Tapi kau akan berangkat kerja lagi bukan? Izinkan aku mengantar mu hingga teras rumah ya ya" Menarik-narik tangan suaminya itu, telapak tangan suaminya itu ia taruh pada pipinya. Naruto tertawa melihat hal itu.
"Baiklah" Jika istrinya sudah manja begini dirinya sudah tidak bisa menolak lagi.
Membantu Hinata keluar dengan mendorong kursi rodanya. Melihat Jessie salah satu maid tadi sedang menyediakan minum pada tamu tersebut.
"Dia?" Hinata meneliti wajah tamunya itu. Merasa tidak ada dorongan pada kursi roda yang ia duduki ia menoleh pada Naruto. Menatap Naruto yang masih berdiam kaku.
"Ya, dia Kiba" Naruto tahu apa yang akan ditanyakan Hinata itu.
"Ayo kita kesana" Ajak Hinata.
"Tapi"
"Kau tidak usah takut, aku tidak akan terhasut olehnya. Bukankah itu masa lalu? Mungkin ia sudah berubah" Hinata menyakinkan hal itu pada Naruto, bahwa ia akan terus percaya pada Naruto apapun nanti yang akan orang itu katakan.
Membuang nafasnya, mencoba menghilangkan rasa takutnya. Kenapa secara beruntun masalah terus datang menghampirinya hari ini. Kedatangan Kiba, para netizen dengan berita murahannya belum lagi nanti akibat berita itu akan menggangu para kolega kerjanya dan keluarga nya sendiri, lalu tadi ia dibuat takut oleh Hinata yang tiba-tiba saja menyebut nama Kiba. Lalu sekarang pria yang ia khawatirkan hadir dirumahnya.
"Baiklah, ayo" Melanjutkan mendorong kursi roda istrinya itu.
Kiba yang baru menempelkan gelas pada bibirnya dengan segera ia taruh kembali. Tidak jadi meminum kopi yang telah tersaji memilih Berdiri dan memberi sapa pada sang pemilik rumah.
Sedikit tersenyum namun memiliki ketulusan disana, melihat Hinata lagi walau disampingnya sudah ada pria lain ia tetap bahagia. Hinata terlihat baik-baik saja, semoga. Sepertinya Naruto telah berubah, terlihat wajah bahagia Hinata yang selalu tersenyum. Bukan pada dirinya dia tersenyum tapi pada Naruto, mereka saling memandang. apa mereka sengaja mengumbar kemesraan mereka?
"Kau duduk saja Naruto-kun"
"Tidak, aku akan berdiri saja dibelakang mu" Mengelus rambut Hinata.
"Nanti kau akan lelah" Mengusap lengan kokoh Naruto, ia ingin Naruto duduk saja jika Naruto tetap berdiri pasti itu akan capek, tidak - tidak suaminya tidak boleh kecapekan
KAMU SEDANG MEMBACA
harapan #2
Non-Fiction[Naruhina] Yang sudah membaca harapan #1 ini lanjutannya...