Menonton televisi yang isinya para pembisnis terkenal. Mendengar ocehan mereka yang memakai bahasa asing membuat ia tidak mengerti. Apakah kepintarannya juga ia lupakan?
"Dia sedang bicara apa? " Tanya Hinata pada pelayan yang sedang membersihkan debu dari meja dihadapannya. Pelayan dirumah ini Naruto sengaja memilih yang bisa bahasa Jepang.
"Saya kurang mengerti mrs. Tapi yang saya tahu itu cuma survei peringkat perusahaan terbesar se-eropa. Dan Namikaze-crop masuk 20 besar. "
"Wah suami ku orang kaya haha" Hinata tertawa diikuti pelayan itu. "Karena suami ku kaya, nanti kita jalan-jalan yuk. Akan aku belanjakan" Sedikit pamer walau ia tidak tahu apakah ia punya uang atau tidak. Tapi ia melihat dilaci ada kartu kredit, Naruto bilang pakai saja itu jika perlu.
"Apakah boleh? " Pelayan bernama Naomi itu bertanya.
"Tentu saja, gadis cantik sepert kau memerlukan pakaian yang bagus" Naomi merona mendengar pujian itu.
"kau harus bersiap-siap yah aku tunggu" Hinata mendorong kursi roda itu ke kamarnya. Apakah ia akan dimarahi jika Naruto tahu dia keluar tanpa si izinya? Biasanya jika ia keluar selalu ada pengawal dari kejauhan. Namun mereka berusaha tidak ketahuan Hinata walau sebenarnya mereka sudah ketahuan oleh Hinata. Dirinya pura-pura tidak tahu agar Naruto tidak memarahi pada pengawalnya itu.
....
"Mr, inuzuka corp akan datang satu jam lagi" Mata Naruto masih membaca kertas yang akan menjadi bahan presentasi dia bersama para koleganya. "Mr? " Sekertaris itu menegur kembali."Ya aku dengar, siapa perwakilannya?"
"Mr.Kiba Inuzuka sendiri" Mengalihkan matanya dari kertas yang menumpuk itu melepas kacamata bacanya. Berusaha bersikap santai, menyesap kopi hitam yang telah ia abaikan sehingga tidak panas lagi.
"Buat dia sesibuk mungkin selama disini"
"Baik mr." Sekertaris itu pun izin pergi dari sana. Naruto memandang datar pintu yang tertutup perlahan. Di alihkan matanya menatap jendela besar dibelakangnya. Menatap bangunan yang saling balapan siapa yang paling tertinggi.
"Aku tidak menyangka perusahaan inuzuka bisa naik daun secepat ini"
....
Mendorong kursi roda Hinata, berkeliling melihat sesuatu yang akan menarik perhatian nyonyanya itu. Naomi dengan setia mendengar ocehan Hinata, bersyukurlah dia bisa bahasa Jepang.Krruuyuk
"Naomi kau lapar? " Hinata menoleh kebelakang melihat Naomi yang menundukan wajahnya malu. "Kita makan disana" Tunjuk Hinata pada restauran China.
"Pilihlah makanan yang kau suka" Mereka memakan makanan yang sudah tersaji di depan mata. Hinata memilih bermacam makanan yang bentuknya terlihat cantik. Naomi tidak yakin jika ia akan sanggup menghabiskannya.
Merasa kenyang mereka pun lanjut mengelilingi mall ini, Hinata menatap bingung spanduk di depannya. Mengapa suami ku disana? Berdiri membelakangi sebuah jembatan bersama beberapa orang yang mengikutinya dibelakang. Proyek baru kah?
Merasa lelah ia mengajak Naomi untuk pulang, baju yang telah mereka beli sepertinya sudah lebih dari cukup.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
harapan #2
Non-Fiction[Naruhina] Yang sudah membaca harapan #1 ini lanjutannya...