Taman Fatmawati

13 3 0
                                    

Siang ini cerah. Burung-burung berterbangan. Angin berhembus dengan kencang menambah sejuk suasana. Disini, gemercik air terjun terdengar hingga masuk ke gendang telinga. Entah apa yang akan terjadi di sini hari ini.

Kami tiba di taman fatmawati pukul 02.00. siang menjelang sore. Mungkin itulah kata yang tepat untuk saat ini. Pak sastro mengantar kami dengan mobil serenaku agar muat untuk kami berempat. Setiba di taman kami sudah memiliki beberapa rencana. Kami akan menyewa dua sepeda di sana. Disini memang banyak yang memberikan jasa sewa sepeda. Terlihat beberapa anak kecil ataupun dewasa bermain sepeda di sekitar taman. Ada juga satu keluarga yang hanya duduk bersantai di rumput. Langit disini begitu indah. Apalagi dengan cuaca secerah ini. Awan tampak jelas bergerak kesana kemari. Tuhan memang bijaksana dalam segala hal.

"yang itu don" rita menunjuk sepeda yang berwarna pink saat doni sedang menyewa sepeda. Anehnya kali ini doni menurutinya. Biasanya dia lebih suka untuk meledek rita.

"kamu mau yang mana as?" tanya doni kepada asri.

asri menunjuk sepeda dengan warna biru muda.

"yang biru don"

Saat asri sedang menaiki sepedanya. Aku tertegun melihatnya. Baju birunya terlihat sangat cocok dengan sepeda yang dinaikinya. Wajahnya, cerianya. Kini aku tahu bahwa saat kita jatuh cinta semua hal yang kita khawatirkan hilang. Semua kesedihan berubah menjadi kebahagiaan. Ketika kau melihat orang yang kau cintai, kau akan merasa tenang di sampingnya. Kau akan terus berusaha untuk memandangnya. Lihatlah, dia melesat pergi menggunakan sepeda dengan anggun. Wajahnya mengembang bak matahari pagi hari. Aku tak tahu, hal apa yang bisa dibandingkan semua ini.

Aku tahu doni sedari tadi memperhatikanku. Dia kali ini juga tidak meledekku. Sepertinya dia ingin memanfaatkan waktu ini dengan kebahagiaan. Tanpa celah sedikitpun.

Aku mengangkat kameraku. Aku mengambil gambar asri yang sedang bersepeda itu. Berkali-kali aku mengambil gambar dirinya, tak pernah satupun gambar yang membuatku kecewa.

"ar, foto aku ar!"rita berteriak saat berada diantara candi.

Tanpa banyak bicara aku mengambil gambar rita juga.

"kesini dulu as, kita foto bareng" rita memanggil asri. Mereka berdua sekarang sudah turun dari sepeda dan sedang memasang pose terbaik mereka. Kulihat asri sangat gugup. Dia sepertinya tidak pernah berfoto sama sepertiku. Doni hanya memandangi kami dari belakang sambil tersenyum.

Wajah asri yang gugup bingung mau bergaya seperti apa juga membuatku tersenyum. Itu sungguh lucu.

Rita mengambil kameraku untuk melihat hasilnya. Asri juga melihatnya, dia berkali-kali minta kepada rita untuk dihapus. Tapi rita menolaknya. Wajah asri sungguh lucu. Dia memang tidak berbakat dalam berfoto. Dia memang percaya diri dalam berbagai hal. Kini aku tahu salah satu dari kelemahan dirinya.

Setelah puas dengan kegiatan masing-masing, kami berempat memutuskan untuk beristirahat sejenak. Pak sastro telah membawa karpet untuk kami berempat. Kami memasang karpet di antara rerumputan taman. Angin semilir menerpa wajah. Terik matahari tak mematahkan semangat kami untuk terus beraktivitas.

Pak sastro telah membawakan kami minuman. Pak sastro memang tahu segalanya yang di butuhkan saat ini. Kulihat banyak juga rombongan lain yang sedang beristirahat. Mereka kebanyakan terdiri dari keluarga. Ada satu dua sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Namun, di sini kami juga harus merasakan kebahagiaan bukan.

"lagi-lagi jus mangga, apa ini minuman kesukaanmu ar?" tanya rita padaku sambil meraih jus di hadapan kami.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Mereka mengambil jus mereka masing-masing.

"enak ya hidup di desa ini. Suasana sejuk, nyaman, belum banya pabrik yang membuat polusi udara. Aku sangat suka dengan kota ini" asri menyatakan pemikiran tentang kota kami.

Negri di atas awan. Itulah julukan kota kami karena memang dataran tinggi dieng terlihat seperti berada di atas awan.

"sayangnya besok aku harus merantau ke luar kota meninggalkan kotaku yang tercinta" doni yang dari tadi diam kini mulai ikut berbicara.

Aku dan asri menatap doni terkejut. Hanya rita yang terlihat tidak terkejut. Bukankah mereka akan pergi minggu depan?

"benar ar, memang berat mengatakannya, tapi, besok pagi aku dan rita harus pergi. Aku dan rita memutuskan untuk pergi di hari yang sama agar tidak terlalu banyak kesedihan di hatimu. Jangan sedih ar, kita pasti akan bertemu lagi esok atau lusa, jangan menatapku seperti aku mau mati saja" doni berusaha menjelaskan sambil menghiburku.

"tenang saja ar, aku sudah bukan anak kecil yang cengeng lagi" gurauku memutus suasana.

Kami semua tertawa lepas hari itu. Berbicara soal cita-cita, rencana, ataupun yang lainnya. Semua yang ada dalam pikiran kami, kami utarakan hari itu. Entah apapun yang kami lakukan, waktu memang tidak bisa berbohong. Senja pun datang menjemput. Sambil menatap keindahan langit senja, kami diam sejenak terbenam dalam pikiran masing-masing. bagiku langit tetaplah indah untuk diceritakan. Awan melayang menghilangkan bebannya. Burung- burung pulang membawa hasil kerjanya hari ini. Cahaya matahari yang cerah digantikan cahaya jingga yang redup. Senja mengajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan itu seperti keindahan senja, bahwa kebahagiaan tak harus abadi.

Kami berfoto berempat di saat senja di taman itu. Di depan bangunan putih taman, sungguh andaikan saja aku bisa menghentikan waktu, pemandangan indah itu takkan pernah berakhir.

Kamu Adalah Langit Di MatakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang