sedih

12 3 0
                                    


Langit malam ini begitu indah. Entah mengapa begitu banyak jika dilihat dari tempat ini. Diikuti dingin yang memaksa kita untuk menggigil. Begitu pula angin yang berhembus semilir menerpa wajah. Itu semua tidak mematahkan semangatku untuk menghadiri acara itu bersamanya.

"kenapa bintang disini sungguh banyak ar, kenapa langit di sini begitu indah, aku ingin tinggal di sini kalau saja disini tidak dingin"keluh Asri menatap langit yang memang begitu indah.

"kita berada di ketinggian yang cukup untuk melewati awan as, kamu tahu kenapa wonosobo dijuluki negri di atas awan? Itu karena daerah dieng dan sekitarnya memang berada di atas awan. Oleh karena itu tidak ada yang menghalangi kita untuk menatap bintang di langit. Sebenarnya bintang selalu sebanyak ini. Hanya saja kadang cahaya mereka tidak mampu untuk menembus ketebalan awan" Jelasku padanya.

"sepertinya bakatmu menjadi guru melebihi aku ar"

Asri menertawakanku. Aku jadi salah tingkah. Aku memang terbiasa menjelaskan semuannya secara detail.

"Habis ini acaranya apa ar?" tanya Asri yang masih memegang jagung bakar di tangannya yang di beli tepat saat acara pentas seni selesai.

"habis ini penerbangan lampion"

"ohh" dia memakan jagungnya. "mau?" dia menyodorkan jagungnya ke arahku. Aku kira dia mau menyuapkan jagungnya kepadaku. Aku membuka mulut dan "beli aja sendiri" teriaknya berlari menjauh ke arahku.

"Awas kau as"

Suasana itu benar-benar hangat, semua yang kulakukan bersama Asri malam itu merupakan nuansa yang sangat hangat. Aku mengejar Asri yang terus lari dariku. Dia seperti putri salju yang berlari di antara candi-candi. Suasana dingin malam itu mengakibatkan adanya embun es. Pemandangan ini seperti di eropa saja.

"indah ya ar" ucapa Asri saat aku berhasil menangkapnya. Dia melihat rumput yang berwarna putih akibat embun es.

"persamaan ini seperti kulkas. Jika kita menambah tingkat kedinginan pada kulkas, maka ada bunga es yang banyak"

"mengerti pak guru" jawabnya sambil menerapkan posisi hormat seperti saat upacara bendera.

Kami berdua saling bersenda gurau hingga acara selanjutnya dimulai.

"sepertinya persiapan untuk penerbangan lampionnya sudah selesai as"

Asri memandang ke arahku.

"lihat! Mereka mulai membagikan lampionnya. Mari ambil satu as" ucapku sambil menunjuk orang-orang yang membagikan lampion.

Kami berlari menuju orang yang membagikan lampion.

"mau menerbangkan lampion?" tanya seorang lelaki yang membagikan lampion. Usianya sekitar 22 tahunan.

"iya kak" ucap kami serentak.

Pria itu memberikan satu lampion kepada kami.

"bawa korek api kan?"

"bawa kak" ucapku. Aku sudah tahu bahwa kami pasti membutuhkan korek api, jadi aku sudah membawanya dari rumah.

Pria itu kembali sibuk membagikan lampion kepada yang lain. Aku dan Asri sudah mulai membuka lampion kami. Ukuranya tidak terlalu besar. tingginya sekitar satu meter dengan lebar setengahnya. Lampion ini pasti akan terlihat indah jika terbang bersama yang lain.

"oke semuanya! Silahkan hidupkan lampion kalian masing masing. yang tidak bawa korek silahkan pinjam di sebelahnya." suara dari seseorang yang menggunakan microphone di atas panggung. Sontak semuanya mulai menghidupkan lampionnya.

Kamu Adalah Langit Di MatakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang