Fauzy menatap Ainun yang buru-buru keluar kelas sambil membawa mukena. Jam menunjuka sudah watunya solat Dzuhur juga istirahat kedua. Taat sekali, pikirnya. Bukannya seharusnya ia malu melihat gadis itu dengan terbirit-birit menuju masjid sekolah agar tak tertinggal solat dzuhur berjamaah sedangkan dia anak dari seseorang yang mengerti agama malah santai dan hanya memandangi gadis itu yang keluar kelas.
Fauzy memakan baso tahu di kantin itu dengan dangat lahap. Pada saat jam istirahat pertama, baru kali ini ia tak jajan. Jadi imbasnya dijam istirahat kedua. Takut-takut magnya kambuh.
Matanya tak sengaja melihat seorang gadis berjalan menuju bangku yang kosong dengan membawa mangkuk dan minuman ice blend. Ainun menikmati makannya hanya seorang diri. Walau begitu, Ainun tak terusik sama sekali dengan suasana kantin yang ramai.Sudahlah Uzy, kenapa harus mikirkan gadis itu! Mau dia makan sendiri kek, atau ada yang menemaninya bukan urusan kamu! Batinnya berkata. Lalu Fauzy menggelengkan kepala.
Tingkah Fauzy tak luput dari pandangan teman-temannya. Mereka berpikir bahwa Fauzy gila atau bahkan kerasukan. Karena daritadi Fauzy bergerutu sendiri lalu menggelengkan kepala.
"Zy, lo kenapa sih?" tanya Ikhsan.
"Nggak apa-apa. Emangnya ada yang salah dari gue ya?"
"Nggak ada. Cuma lo aneh sekarang ini." sahut Yuda.
"Ah biasa aja. Sama kaya Fauzy yang dulu. Masih ganteng." ucapnya sambil tetkekeh.
"Yah dia malah jadi kepedean." kata Fathur.
"Tapi sore ini gue bisa kumpul bareng kalian. Gimana? Asal jangn sampai malem deh." ucapnya.
Mereka menganggukan kepala. Baru tersadar bahwa Fauzy daritadi terus memikirkan acara kumpulnya. Mungkin ini keputusan yang terbaik bagi Fauzy. Tidak mengingkari perkataannya namun masih bisa bermain bersama teman-temannya.
***
Sepulang bermain bersama teman-temannya, Fauzy langsung pulang sebelum magrib tiba. Ia merindukan solat berjamaah bersama ayahnya, untuk itu ia pulang lebih awal. Hatinya mungkin tersentuh melihat betapa taatnya Ainun menjalan kewajibannya sebagai umat muslim. Bahkan saat pulang sekolah Ainun mrnyempatkan solat Ashar di masjid sekolah.
"Abi ayo pergi solat magrib ke mesjid!" Ajaknya.
Alif tersenyum melihat putranya yang sudah wangi dan segar. Ia sangat senang melihat putranya kembali solat berjamaah di mesjid.
Alya yang melihat Fauzy menuruni tangga hatinya sangat sejuk melihat pemandangan yang langka ini. Wajah Fauzy sangat mendominaso ke wajah ayahnya. "Nah begini kan kamu tambah ganteng." ucap Alya.
"Abang aneh. Lagi bahagia ya? Kok tumben pulang sore? Terus ngajak abi solat ke mesjid. Gak biasanya." ucap Ismi.
"Terserahlah mau kalian ngomong apapun hak kalian." jawabnya ketus.
"Sudah jangan berantem lagi." ucap Aif menengahi.
"Oh abi!! Ismi tahu, mungkin abang lagi marayu abi biar gak dimasukin kepesantren kan?"
"Berisik!" ucap Fauzy saat ia hendak pergi bersama Alif.
Setelah menunaikan solat magrib Alif bertanya tentang perubahan Fauzy pada si empu. "Abi cuma heran aja, Zy. Kamu jangan merasa tersaingi sama orang lain, apalagi wanita."
Ups! Fauzy lupa Alif kan bisa tahu apapun yang ia lakukan dan pikirkan saat ini. Fauzy hanya menunduk, "Maaf abi." ucapnya lirih.
"Ya sudah, ayo."
Sesampainya dirumah Alif langsung menagih janji putranya. Sekarang ia harus menepati janjinya. Sebenarnya ada rasa malas saat abinya menyuruhnya untuk setor ayat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour Of Love
Spiritual[Sequel dari Petunjuk Tuhan untuk Alya!] [BOOK 2 AUF] Warning!!! Di dalam cerita ini kalian akan berjumpa dengan sosok siswa nakal, tukang onar, gak mematuhi aturan sekolah. Dan dia bernama Fauzi Baliq Mufid anak ke empat dari pasangan Alif Abdul Wa...