Tujuh || Ada Apa Dengan Yuda

225 25 3
                                    

Ainun dimasker. Oh jangan-jangan ini adalah pertanda ia akan menggunakan cadar? Ya Allah!!! Fauzy akan tersiksa jika tak bisa melihat senyum manis dari bibir Ainun. Astagfirullah!!! apa yang sedang dipikirkannya saat ini?

"Ainun!!!" seru Shafira yang terperangah karena melihat Ainun yang mulai menutupi sebagian wajahnya.

"Kenapa?" tanya Ainun heran.

"Tidak. Hanya saja hijab kamu kan sudah syar'i. Lalu kenapa sekarang... Oke aku benar-benar bingung dengan perempuan yang mau menggunakan cadar," jawab Nadya yang ikut mengomentari penampilannya.

"Ya kalian memang benar. Hijabku sudah syar'i. Namun tetap saja aku merasa ada sesuatu yang membuat aku tergerak untuk memakai cadar. Tapi aku sadar ini sekolah, jadi aku pakai masker sebagai pengganti cadar."

Itulah jawaban Ainun yang menurut mereka masih tak masuk akal. Ya tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi pilihan sahabat mereka.

Mendengar itu Fauzy senang namun hatinya tak bisa dibohongi. Ada rasa tak rela saat Ainun harus menggunakan masker sebagai pengganti cadar.

Tapi Fauzy merasa ada sesuatu yang mengganjal dilubuk hatinya juga pikirannya. Ainun yang terbiasa solat dhuha tak melaksanakan solat dhuha dan malah sibuk menyendiri di dalam kelas. Kemudian saat solat dzuhur, Ainun tak lagi solat berjamaah dan lebih memilih solat munfarid.

Ada apa dengannya? Sesuatu yang Ainun tutupi malah jadi terlihat jelas!

***

"Ainun!!" Seru Nadya sambil menepuk bahu Ainun.

Ainun terkejut. Lamunannya pun buyar. Ia menatap sekeliling dan ternyata ia berada di kantin dan masih jam istirahat.

"Dari tadi kamu melamun terus. Apa kamu ada masalah?" Tanya Ulfa khawatir.

Ainun hanya tersenyum tipis menanggapi sikap peduli para sahabatnya.

"Kalau kamu ada masalah jangan dipendam sendiri. Coba cerita. Itu akan membuat hati kamu lega," Lanjut Ulfa sambil mengelus tangan Ainun.

"Siapa tahu kita punya solusinya," Sambung Shafira. "Apalagi kita curiga sama kamu yang gak mau solat dhuha bareng lagi. Kamu selalu bilang kalau kamu sudah solat dhuha di rumah. Aku yakin kamu sedang menutupi sesuatu'kan?"

"Terkadang ada satu masalah yang tak bisa aku ceritakan," jawab Ainun lirih.

"Kamu gak percaya sama kita?" tanya Nadya.

Ainun mendongak dan menatap mereka lalu menggelengkan kepala lemah, "Aku percaya sama kalian. Tapi aku takut untuk menceritakan ini. Aku takut air mataku mengalir. Aku takut kalian sedih dan mengkhawatirkan masalah aku."

Tangan Nadya menggenggam erat tangan Ainun. "Nun.. Suka mu suka ku. Duka mu duka ku. Tawa mu tawa ku. Tangis mu tangis ku. Beban mu beban ku, juga Ainun," Ucap Nadya yang diangguki oleh Ulfa dan Shafira.

Namun pembicaraan mereka terhenti karena bel masuk kelas sudah berbunyi nyaring. Ainun tersenyun sebelum melepaskan genggaman tangan Nadya dan Ulfa juga pelukan Shafira.

***

Mata mereka terus mengikuti gerak tangan Ainun yang sedari tadi hanya diam dan terus meneguk air mineral dihadapannya.

Sepulang sekolah Ainun meminta para sahabatnya untuk bertemu dengannya di starbucks dekat dengan sekolahnya. Sebelum menceritakan masalahnya dengan perlahan Ainun menghembuskan napas gusar. Kemudian Ainun membuka masker yang ia pakai dan melepaskan penutup lengannya dan memerlihatkan beberapa luka memar di
tangan dan di wajahnya.

Colour Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang