بسم الله الرحمن الرحيم
≠≠≠≠≠≠≠≠≠≠
Fauzy dan teman-temannya telah menduga apa yang telah dilakukan Yuda sehingga sekarang pria itu tak lagi muncul dihadapan mereka. Meski begitu namun tetap saja mereka terkejut dengan pengakuan pria itu. Itu sebabnyalah Fauzy sampai memukuli Yuda tanpa ampun. Kalau saja aksinya tidak dihentikan mungkin sekarang ia tengah berada di jeruji besi atas tuduhan penganiayaan.
Mata tajamnya menangkap sesosok lelaki yang berjalan santai setelah kejadian kemarin sore. Tangannya mengepal kuat namun di dalam hatinya malafalkan kalimat Astagfirullah. Ia menghembuskan napas dan membereskan alat tulis ke dalam tas ranselnya dan bersiap turun dari rooftop menuju kelas untuk bertemu dengan teman-temannya.
Fauzy tak habis pikir, mau apa Yuda kembali ke sekolah? Apa pria itu sudah tak punya urat malu?
"Mau apa dia kembali ke sini?" tanya Fauzy pada teman-temannya sambil membantingkan tasnya. Seketika suasana kelas yang riuh menjadi hening karena tak biasanya Fauzy menunjukan ekspresi marah.
"Kenapa sih tuh orang? Baru dateng udah langsung marah-marah aja," gumam Shafira yang terdengar oleh Ainun. Ainun sendiripun menerka-nerka apa yang terjadi sehingga Fauzy benar-benar menyeramkan sekarang tetapi Ainun tak mau ambil pusing dan tak mau mempedulikan.
"Gue pikir, dia pasti ngundurin diri," jawab Ikhsan datar.
Tak lama kemudian guru datang siap untuk memulai pelajaran. Saat pelajaran sedang berlangsung, Ainun sesekali melirik pada Fauzy yang kali ini terlihat fokus pada materi yang dibawakan guru yang biasanya lelaki itu suka tak acuh pada pelajaran apapun. Kecuali pelajaran olahraga.
Entah kenapa tiba-tiba bu Eli, guru agama itu memberikan sebuah intrupsi tapi lebih tepatnya sebuah petuah. "Di zaman sekarang kadang ibu suka miris melihat para anak muda yang tak malu lagi untuk mempertontonkan kemesraan mereka pada kekasihnya di depan umum. Bahkan Terkadang saat memakai seragam dan di belakang mereka ada seorang guru. Beda sekali dengan dengan zaman ibu dulu yang ingin bertemu saja masih harus banyak pertimbangan. Takut ketuhuan orang tua lah, kerabat lah, mata-mata orang tua lah. Malu kalau dilihat sama masyarakat meski hanya pegangan tangan. Lah, zaman sekarang semuanya telah berubah drastis.
Ibu minta sama kalian, terutama siswi perempuan. Kalian boleh pacaran, bahkan ibu senang kalian memiliki rasa suka terhadap lawan jenis, kalau kalian tidak punya rasa suka pada lawan jenis... wah... itu mah harus periksa dulu, apakah kalian normal atau tidak." Semua siswa yang tadinya tegang kini mulai mencair karena mereka tertawa menanggapi kata-kata guru. Ada juga yang meledek Fauzy untuk periksa. Dan Fauzy berdecak kesal karena itu.
"Tapi ingat, pacarannya setelah menikah saja. Mau kalian pegangan tangan, cium, ataupun lebihnya, itu semua tidak akan mendapatkan dosa, melainkan pahala. Rugi mana coba saat belum halal udah main gitu aja. Bukannya pahala yang kalian dapat, tapi dosa. Ingat ya! Terutama untuk perempuan nih! Jaga diri kalian. Jangan sampai nafsu membeli harga diri kalian. Kalau sudah bolong tidak bisa rapet lagi."
"Ah ibu katro nih. Lagian zaman sekarang udah canggih. Soal begituan, bisa dioperasi, bu," sahut salah satu siswa sambil tertawa jenaka.
"Iya Ibu tahu. Tapi mahkota perempuan itu ibaratkan sebuah gelas. Kalau suda pecah tidak bisa kembali utuh, sekalipun itu diperbaiki oleh lem. Karena lem hanya menyatukan bukan menghilangkan bekas pecahan itu." Semuanya kembali terdiam. "Tapi bukan berarti ini tidak berlaku pada laki-laki. Coba kalian bayangkan, sebagai kepala keluarga, apa yang kalian miliki? Apakah kalian udah cukup bekal? Rohani maupun jasmani. Pada saat menikah, kalian baru akan sadar, bahwa masalah hidup yang sesungguhnya itu terdapat setelah kalian menikah. Jika ego kalian masih tinggi, bagaimana nasib rumah tangga kalian? Menikah itu, menyatukan dua kepala, dua keluarga, dua sifat, dua adat dan budaya. Apa kalian siap? Hanya kalian sendirilah yang tahu jawabannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour Of Love
Spiritual[Sequel dari Petunjuk Tuhan untuk Alya!] [BOOK 2 AUF] Warning!!! Di dalam cerita ini kalian akan berjumpa dengan sosok siswa nakal, tukang onar, gak mematuhi aturan sekolah. Dan dia bernama Fauzi Baliq Mufid anak ke empat dari pasangan Alif Abdul Wa...