Iya teman.
Memang semua berawal dari teman.===
Airin menggeliat dari tidurnya. Rambut kecoklatan gadis itu berantakan. Matanya masih tertutup dengan selimut tebal menggulung tubuh kecilnya.
Raka yang melihat itu menggeleng. Kemudian ia menepuk pipi Airin. "Bangun!" titah Raka.
Airin membuka sedikit matanya. "Sejam lagi, Yah," balasnya kemudian kembali menarik selimut hingga menutupi wajahnya.
Raka menghela nafas. Ayah dengan empat anak itu keluar dari kamar Airin lalu memasuki kamar Aryan.
"Bangun!" Raka melakukan hal yang sama pada Aryan.
Berbeda dengan Airin yang malah tidur lagi, Aryan justru langsung terduduk di kasurnya. Dengan kesadaran yang masih dikumpulkan, Aryan mengangkat kedua tangannya ke atas. "Udah bangun, Yah. Jangan disembur pake air," katanya khas dengan suara serak karena baru bangun tidur.
Aryan memang punya pengalaman buruk. Ia pernah di guyur air dingin oleh Raka karena tidak bangun saat dibangunkan oleh ayahnya itu. Maka, satu kali perintah dari Raka, Aryan langsung benar-benar melek. Tidak ingin lagi di guyur air dingin oleh ayahnya itu.
"Ayah tunggu di bawah. Jadwal jogging!"
Setelah mengucapkan itu, Raka beralih ke kamar Anton. Putra keduanya itu masih terlelap dengan mulut terbuka, rambut panjangnya pun acak-acakan, Anton tidur di sisi ranjang, jika digeser sedikit saja mungkin ia akan ambruk ke lantai.
"Bangun, Ton!" titah Raka.
Namun Anton tidak ada pergerakan. Mungkin ia sedang bermimpi jadi arsitek kaya raya dengan segudang dolar di rekeningnya.
Raka berdecak, lalu dengan cepat Raka menarik selimut yang menutupi tubuh putranya itu. Sayangnya, gerakan Raka yang terlalu cepat menyebabkan Anton sedikit bergeser lalu terjatuh di lantai.
"Aw!" ringis Anton saat tubuhnya mendarat dengan sempurna di lantai.
Raka tersenyum puas. "Masa harus nyium lantai dulu, baru bangun. Sana ke aer! Ayah tunggu di bawah, kita jogging!" titah Raka lalu keluar dari kamar Anton.
Raka baru saja akan turun tangga, menuju kamar Angga. Namun putra sulungnya itu sudah berada di sofa sambil memainkan ponselnya. Ah, dari keempat anaknya. Memang Angga yang paling tidak menyusahkan.
Raka kembali ke kamar Airin. Namun Raka malah masuk ke kamar mandi, mengambil segayung air lalu menghampiri Airin yang masih terlelap. Dengan sedikit pelan, Raka menarik selimut Airin. Lalu pria itu mencipratkan air ke wajah Airin dan hal itu berhasil membuat anak gadis satu-satunya itu membuka mata.
"Apaan sih, Ayah!" Airin merengek karena tidurnya terganggu.
Raka mengembalikan gayung ke kamar mandi. Lalu kembali menghampiri Airin. "Bangun! Waktunya jogging," ucap Raka santai kemudian keluar kamar Airin.
Raka menghela nafas, "Beginilah nasib ayah yang mengurus empat anaknya. Melelahkan!"
===
Raka dan keempat anaknya kini berada di taman kota. Tempat yang selalu ramai ketika weekend karena sering dipadati oleh warga yang berolahraga.
Airin yang masih mengantuk, memeluk lengan Aryan. Aryan dengan tega, melepaskan pelukan Airin lalu mendorong tubuh kembarannya itu hingga menjauh.
Airin yang tidak siap ketika di dorong, akhirnya membentur tubuh kakak pertamanya, Angga.
"Apaan sih! Kalo mau dorong-dorongan sana di laut. Biar sekalian dimakan paus!"
Mendapat sentakan dari Angga, membuat Airin melek. Rasa kantuknya hilang, tergantikan dengan rasa kaget karena sentakan kakaknya itu.
Airin manyun, lalu kembali berjalan di sisi Aryan. Menjauhi Angga karena takut kena semprot lagi.
"Puas lo! Pagi-pagi kena serangan serigala!" bisik Aryan dan dibalas Airin dengan pelototan tajam.
Raka, yang berjalan paling depan, berbalik arah menghadap keempat anaknya. "Kenapa pada loyo gitu? Ayok, semangat! Olahraga biar sehat!"
Anton mengangkat kedua tangannya, ia juga melompat-lompat kecil seperti bocah. "Yok! Yok, ayok! Yok, ayok, yok! Yok! Ayok!"
Angga yang berada di belakang Anton mendorong tubuh adiknya itu kasar. "Apaan dah! Bocah!"
Anton balas mendorong Angga. "Yee! Ini semangat, bukan bocah!"
Sedangkan Airin dan Aryan hanya menanggapi malas. Dua kembar itu memang masih ngantuk. Mereka masih merindukan tempat tidur.
Raka menjentikkan jari. "Nah! Kita balap lari! Siapa yang paling terakhir, dia harus beres-beres rumah."
Ucapan Raka membuat keempat anaknya melotot. Sementara Raka masih bersiap-siap dengan mengencangkan tali sepatunya. Keempat anaknya itu sudah siap-siap untuk memenangkan balap lari itu. Tidak mau membereskan rumah.
"Satu," itung Anton.
"Dua," balas Aryan.
"Tiga," lanjut Airin.
Dan Angga yang mulai berlari paling depan. Disusul ketiga adiknya di belakang.
Raka berdiri, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pusing, karena sepertinya ia yang akan membereskan rumah. Lihat saja, keempat anaknya sudah berlari dengan kecepatan penuh. Dan itu demi tidak membersihkan rumah.
Karena terlalu pusing jika berlari, akhirnya Raka menepi ke sisi lapang. Duduk sambil menyaksikan bagaimana Angga, Anton, dan Aryan saling mengejar. Sementara Airin sudah duduk di tengah lapangan sambil ngos-ngosan.
Raka tertawa melihat tingkah anak-anaknya. Namun tawanya berhenti ketika mendengar suara halus dan tepukan ringan di bahunya.
"Pak Raka?"
===
"Tadi siapa?" tanya Airin pada Raka saat mereka sampai di rumah.
Raka mengerutkan kening, "Tadi temen Ayah."
Anton merebahkan dirinya di sofa, membuat rambut panjangnya berantakan. "Iya iya temen. Temen yang kalo gak disamperin, itu ngobrolnya gak bakal beres sampe besok!"
"Kalian ini kenapa? Itu temen ayah. Wajar kalo ngobrol-ngobrol sedikit. Udah ah, Ayah ke kamar dulu."
Satu persatu dari keluarga itu memasuki kamar masing-masing. Menyisakan Anton yang rebahan di sofa.
Ayahnya itu walau sudah berkepala empat, tapi tetap memiliki kharisma yang kuat. Mungkin juga karena pekerjaannya yang seorang kapten pilot. Wajahnya tegas dengan rambut yang masih hitam walaupun sudah tak terlalu legam. Postur tubuhnya tinggi dengan bahu yang masih tegap. Sayangnya, Raka tak berniat menikah lagi setelah kepergian istrinya. Pria itu lebih fokus pada masa depan keempat anaknya. Namun tetap saja, selalu ada beberapa wanita yang mencoba mendekati sang kapten pilot.
Anton menepuk jidatnya. Ia tidak akan membiarkan wanita itu merebut Ayah dari almarhum ibunya. "Sugar Daddy mulai dideketin mbak-mbak nih. Haduh, gawat!"
===
18 Jan, 2019

Anton Dwi Bagaskara
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala [Completed]
Teen Fiction[Warning!!! Sorry for so many harsh words in this story. Hope you enjoy reading this] Airin, gadis pecinta astronomi. Mencintai langit dengan segala kegelapannya. Aryan, pemuda yang bersahabat dengan dunia malam. Mencintai udara gelap dengan segala...