Chapter 4 - Plan or Unplan?

5K 423 15
                                    

Seperti yang saya inform di part "GANTI NAMA" saya akan menyebut nama CLAY bukan DAMIEN ya.

Hepi reading...
xoxo, io
_______________


Clay?

Apa itu benar nama aslinya? Apa hanya another alias?

My goodness! Apa itu penting? Aku kembali mengingatkan diriku akan niatku sebelumnya. Stay away from him!

Aku pulang ke apartemen
See you tomorrow

Kukirim pesan itu dengan cepat. Jelas aku tidak ingin dia mengkhawatirkanku.

8.55 PM

Sepintas aku melihat jam tanganku. Belum sampai aku bergerak dari posisiku sekarang yang masih berbaring di sofa panjangku karena ulah laki-laki yang baru saja memberitahuku nama aslinya itu, sebuah panggilan masuk di ponselku.

Bip bip

Tanpa sadar aku menghela napasku.

"Ya," jawabku cepat, tidak ingin dia khawatir atau bahkan menaruh kecurigaannya padaku.

Well, dia bukan seperti itu, dia selalu mempercayaiku 100%, tanpa keraguan sedikit pun dan aku yakin hanya kekhawatiran yang begitu tinggi yang aku tahu dari suaranya yang terdengar di ponselku.

'Ya' dan 'ya', jawaban yang aku berikan, setidaknya itu menenangkannya. Beberapa saat aku masih berbicara dengannya di ponselku hingga dia mengakhiri pembicaraan.

Sepertinya rasa penasaranku akan diri laki-laki terlalu tampan itu lebih besar dibandingkan dengan keinginanku, oh, niatku untuk melupakannya lebih tepatnya. Dengan cepat aku bangkit dari posisi berbaringku. Satu yang akan aku lakukan: mencari tahu data tentangnya.

Who are you Mr. Clay?

Apa aku sudah pernah bilang jika aku dapat menemukan data apa pun yang aku ingin ketahui? Dan sepertinya, menemukan data Mr. Clay bukanlah masalah besar bagiku. Jika memang nama itu adalah his real name. Okay, aku anggap itu memang nama aslinya, entah kenapa, mungkin itu hanya instinct -ku.

Hening.

Hanya suara ketikan di atas keyboard laptop-ku yang memenuhi ruangan apartemenku.

Oh, no!

Entah berapa lama aku mencari data tentangnya, tidak ada satu pun yang aku temukan. Bahkan aku tidak bisa mendeteksi adanya aktivitas ponselnya selama dia memasuki apartemenku sebelumnya. Well, aku bisa melakukan dengan baik hal itu. Dan mungkin karena itu aku semakin ketakutan. Tahu kenapa? Hanya ada dua kemungkinan di sini. Pertama: ponselnya tidak aktif hingga tidak ada apa pun yang dapat aku deteksi. Atau yang kedua: ponselnya memang diatur untuk tidak dapat terdeteksi walau jelas ponsel itu dalam keadaan aktif. See, tahu kenapa aku ketakutan, karena dalam benakku, kemungkinan yang kedualah yang mendekati. Pasalnya aku menghubungkan dengan beberapa kejadian yang sebelumnya. Ya, serangan pistol di suite room di hotel itu juga yang lebih menguatkannya adalah kalimatnya saat mengantarku ke apartemenku:

'I'm sorry, seharusnya tidak ada tembakan yang terjadi.'

Juga, kalimat dia berikutnya:

'Kamu aman. Tidak akan ada yang mencarimu karena tembakan bodoh itu.'

Perlahan aku menutup dan mematikan laptop yang sedari tadi berada di pangkuanku.

The Hot Rebel - #hackerseries 2.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang