Alexa merongoh handponenya di tas, namun ketika dia hendak menelpon Devon untuk meminta pertolongan, sebuah kesadaran membuat Alexa mengurungkan niatnya.
Alexa harus memikirkan konsekuensi yang terjadi jika dia melibatkan Devon. Jika Connor tahu Alexa pergi dengan Devon, Connor akan langsung menghabisi kekasihnya sama seperti kejadian beberapa bulan silam.
Tidak! Tidak! Devon tidak boleh terlibat. Batin Alexa mengingatkan.
"Kau sudah selesai? Cepatlah!"
Tubuh Alexa menegang kaget begitu tahu jika kini Lucas tengah menunggunya di depan pintu.
"Tunggu sebentar, aku ganti baju," jawab Alexa dengan teriakannya.
"Ada banyak hal yang harus kita bicarakan Alexa, meski kau tidak suka, untuk sekarang kau harus mendengarkan aku."
"Aku tahu!" teriak Alexa lagi.
Alexa berlari membuka jendela kamarnya dan berdiri di balkon, gadis itu melihat ke bawah, mengedarkan pandangannya dengan teliti untuk memastikan jika di sekitar kamarnya tidak ada orang yang berjaga.
"Cepatlah!" Teriak Lucas mulai tidak sabar.
"Iya iya." Alexa kembali berlari masuk ke dalam kamar, gadis itu menarik selimut, seprai di ranjang juga menurunkan gorden kamarnya, dengan kesulitan dia menalikan seprai dan kain gorden untuk di sambungkan, dengan terburu-buru dia menalikannya ke pagar.
Alexa menelan salivanya dengan kesulitan, gadis itu melihat kain sudah menjuntai ke tanah.
Suara Lucas tidak lagi terdengar lagi, dengan cepat gadis itu kembali melihat ke bawah.
Alexa harus pergi secepatnya sebelum seseorang mendobrak pintu kamarnya.
Sekali lagi Alexa menelan salivanya, tangannya terlihat gemetar ketakutan karena kini jalan satu-satunya kabur adalah turun kebawah melalui tali.
Dengan segala keberanian yang di milikinya, Alexa melepas sepatunya sebelum merangkak melewati pagar balkon. Perlahan Alexa bergerak hati-hati menuruni tali sedikit demi sedikit.
Tangannya berpegangan erat, tubuhnya yang terayun-ayun membuat Alexa menahan napasnya beberapa kali karena takut jatuh. Mata Alexa terpejam melawan ketakutan merasakan tangannya yang berkeringat membuat pegangannya melonggar.
"Aku harus berani," bisik Alexa menyemangati dirinya sendiri.
Perlahan namun pasti, akhirnya tubuh Alexa bergerak semakin turun, namun begitu gadis itu hendak melompat ke tanah, sebuah tangan kekar menangkap pinggangnya ketika Alexa dan mengayunkan tubuhnya.
"Kau pikir kau bisa kabur hah?" tanya Lucas terdengar meremehkan. Tanpa berkata-kata lagi, Lucas mengangkat tubuh Alexa dengan mudah. Meletakan tubuh Alexa di bahunya seperti sebuah karung beras.
"Lepaskan! Turunkan aku!" Alexa menjerit dan meronta-ronta.
"Tidak."
"Lepaskan!"
"Okay" Lucas melempar tubuh Alexa ke mobil dan membuat tubuh gadis itu terhempas ke kursi belakang. "Aku datang dengan baik-baik, tapi kau bersikap sebaliknya. Kau ingin bermain kasar denganku?" ancam Lucas dengan serius.
Alexa menggeleng, mengusap lengannya terlihat mulai menangis katakutan. "Aku tidak mau tinggal denganmu."
"Kau pikir aku juga mau denganmu? Jangan bermimpi Alexa!" Lucas menggeram.
"Jika kau tidak mau, kenapa membawaku?"
"Dengarkan aku Alexa. Aku membamu pergi tinggal karena aku tidak mau membuang waktu jika tubuh kita kembali tertukar. Namun, akan aku pastikan, aku akan melepaskanmu, jika dalam satu minggu ini tubuh kita tidak tertukar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY VIRUS (Proses Revisi)
RomanceWARNING: 18+ Blurb Lucas William adalah pria berdarah dingin yang bertempramen buruk. Dia berniat membunuh Alexa Housten demi menghindari perjodohan yang inginkan orang tuanya. Belum sempat Lucas menjalankan rencananya, tiba-tiba takdir mempermainka...