Anna mendatangi rumah sakit sambil membawa makan siang. Katanya dia mau makan berdua dengan Yaku. Alasan yang terdengar kekanakan dan sangat sederhana, tapi Yaku menyukainya.
Namun Yaku terlambat menemui Anna karena harus memeriksa dua pasien diwaktu yang bergantian. Dia sempat meminta bantuan Oikawa, tapi laki-laki itu malah menolak. Alasannya, semua pasien Yaku katanya menyebalkan.
"Terima kasih, Dokter Yaku," ujar salah satu pasien yang hanya dibalas dengan seulas senyuman dari Yaku.
"Baiklah, tetap jaga kondisimu seperti ini, ya. Kalau terus membaik kau bisa cepat pulang."
Pasien itu hanya mengangguk sambil memerhatikan Yaku yang masih memeriksanya.
"Aku akan memanggil perawat Shin untuk mengurus makan siang dan obatnya." Yaku berjalan ke arah pintu sambil melambaikan tangan.
***
Suara langkah kaki yang berhenti berlari membuat Anna menoleh. Di belakangnya dia melihat laki-laki yang ditunggunya sedang sedikit membungkukkan tubuhnya sambil mengatur napas.
"Terlambat!" gerutu Anna.
Sambil menarik napas dalam-dalam, Yaku berkata, "Berisik! Masih bagus aku datang. Lihat, aku sampai lari dari dalam ke sini hanya untuk menemuimu."
Suara decakan pelan dari Anna membuat Yaku gemas sekali ingin mencubit pipinya. Wajah kekasihnya itu sama sekali belum terlihat senang. Dia malah merajuk seperti anak kecil yang telat di jemput orangtuanya saat pulang sekolah.
Meski wajah Anna sedang berpura-pura merajuk, Yaku tidak berhenti untuk menggodanya dengan banyak pertanyaan soal makanan yang dibawa Anna.
Kotak nasi yang dipakai berwarna pink. Kain bungkusnya berwarna pink, dan serbet yang dibawa Anna pun berwarna pink juga.
Untuk makanan, Anna membawa sup tahu, ikan, dan udang crispy. Makan siang yang tidak imbang, begitulah yang ada di pikiran Yaku. Meski begitu, dia tetap memakannya sampai habis.
"Apa itu enak?" tanya Anna penasaran.
"Enak."
"Hanya itu?"
Kening Yaku mengkrenyit. "Apanya?"
"Kenapa hanya menjawab enak. Berikan yang lebih spesifik lagi!" protes Anna.
Yaku hanya tergelak lalu mengambil udang yang masih tersisa. Dia menyodorkan tangannya ke Anna.
"Untuk apa?" tanya Anna heran.
"Tentu saja menyuapi, memangnya apa lagi?"
Anna mendengkus tapi dia tetap menerimanya. Sikap sok menolak di awal tadi bagaikan dinding keangkuhannya, dan kini rumtuh hanya karena sebuah suapan.
"Bagaimana? Enak kan?" tanya Yaku.
Anna mengangguk. Ada perasaan senang yang hinggap dalam hatinya. Rupanya usaha belajar memasak selama tiga hari tidak sia-sia. Udang crispynya berhasil setelah melewati kegosongan sebanyak enam kali.
Usaiakan siang, mereka berdua menghabiskan waktunya yang sedikit untuk berbincang ringan. Anna bercerita soal kegiatannya belakangan ini. Kesibukan Yaku membuatnya seperti kehilangan salah satu hal penting dalam hidupnya. Karena itu lah, dia mengisi waktumya dengan hal-hal seperti memasak, membaca, bermain dan mengganggu Yaku dengan memberi spam chat.
Keasyikan Yaku dan Anna membuat mereka tidak sadar jika sedang diperhatikan beberapa orang dari balik jendela rumah sakit.
Bersambung ....