P r o l o g

1.5K 71 2
                                    

Pernah merasa kehilangan? Dan bagaimana perasaanmu saat merasa ada separuh dari dirimu yang hilang?

Dadanya terasa sesak saat membaca buku yang berada di tangannya itu. Ya, semua manusia pasti pernah merasa kehilangan. Dan tidak perlu dijawab bagaimana rasanya, pasti sangat menyakitkan.

Gadis itu menutup bukunya dengan cepat, tidak sanggup membaca kelanjutannya. Dia pun tidak tahu bagaimana bisa mengambil buku semacam itu. Kakinya melangkah menuju tempat dimana dia mengambil buku tersebut lalu mengembalikannya.

Pikirannya sedang kacau, maka dari itu dia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kota. Berharap bisa lupa dengan bebannya. Ternyata disini bukan tempat yang bagus untuk melupakan masalahnya, tadinya memang sengaja mengambil buku secara acak karena dengan membaca pasti bisa membuatnya merasa lebih baik. Tapi dugaan nya tidak berjalan sesuai harapan, isi buku yang diambil nya itu ternyata membuat pikirannya lebih kacau.

Setelah mengembalikan buku itu dia memutuskan untuk keluar dari perpustakaan. Matanya menatap jalanan yang penuh dengan pengendara motor dan mobil.

Surabaya. Kota ini masih terasa asing. Tapi apa salahnya jika ingin berjalan-jalan, untuk sekedar mengenal lebih dalam lagi tentang tempat tinggal barunya.

Ya, dia baru saja pindah ke kota ini, karena mengikuti orang tuanya yang berpindah tugas disini.

Pindahan kali ini benar-benar mendadak baginya. Tapi mamanya—Afifah Chavila meyakinkan bahwa segala sesuatu nya sudah diurus oleh mamanya. Dengan berat hati akhirnya dia ikut pindah. Meskipun dirinya akan kesulitan lagi untuk beradaptasi dengan orang baru.

Ponselnya bergetar, tangannya langsung terulur mengambil ponsel yang berada di saku celana jeans nya. Digeser lah tombol hijau tanpa melihat siapa yang meneleponnya.

“Kamu dimana? Cepet pulang, nanti kesasar!”

Seruan di telepon itu membuat gadis ini memutar bola mata malas. “Gak akan kesasar, habis ini pulang.”

“Kamu dimana?”

“Ini otw pulang kok, bye.”

Dia mematikan sambungan telepon secara sepihak. Kevin Saputra, yang notabenya adalah kakak kandungnya itu sangatlah overprotective. Maka dari itu memutuskan untuk langsung pulang adalah jalan keluar agar kakak nya itu tidak khawatir.

Gadis dengan rambut dikuncir kuda ini menatap ke arah langit. Mendung. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Senyumnya tiba-tiba mengembang. Qathia Chavila---panggil saja Qathia. Ketertarikannya akan hujan sangatlah kuat. Qathia selalu senang jika hujan akan turun, maka dari itu dirinya memutuskan untuk berjalan daripada menaiki angkutan umum. Kakinya terus melangkah ke depan, padahal dia tidak tahu akan kemana. Yang pasti Qathia ingin merasakan hujan dahulu sebelum pulang ke rumah.

Sebut saja Qathia sedang menyambut hujan pertama di kota Surabaya. Karena memang ini hujan pertama yang turun di tempat tinggal barunya.

Rintik-rintik hujan mulai turun. Qathia menengadahkan tangannya untuk merasakan rintik-rintik hujan. Dan tangan kirinya terulur untuk melepas ikatan rambutnya. Setelah selesai, ia meletakkan ikatan rambut di slingbag nya. Rambut sepinggang itu sudah tergerai.

Qathia melanjutkan jalannya, bisa dilihat semua orang yang ada di pinggir jalan menatap aneh ke arahnya. Karena mungkin semua orang akan meneduh saat hujan, tapi tidak dengan dirinya. Qathia tidak peduli dengan tatapan itu, toh dirinya tidak melakukan kegiatan yang dapat merugikan orang lain.

Bajunya belum basah sepenuhnya, karena memang ini masih gerimis. Kakinya terus melangkah tanpa tujuan, lagipula Qathia yakin tidak akan tersesat. Ponselnya sudah canggih, dan ada aplikasi google maps disana. Dan yang pasti sudah ada ojek online yang bisa dipesan kapan saja.

Hujan sudah mulai deras, bajunya perlahan basah. Jika sedang didalam rumah pasti dirinya saat ini akan memakan es krim di balkon kamarnya sambil melihat hujan. Ya, hujan dan es krim adalah kesukaannya. Entah kenapa disaat kebanyakan orang menyukai coklat, Qathia malah menyukai es krim. Disaat sibuk melamun, ada suara yang membuatnya tersadar dari lamunannya.

Tin... Tin... Tin...

Qathia menoleh ke belakang saat mendengar klakson mobil. Bisa dilihat ada sebuah mobil putih yang sedang melaju ke arahnya, mobil itu sepertinya hilang kendali.

Entah kenapa tubuhnya tidak bisa bergerak. Qathia merasa dejavu, sepertinya dia pernah berada di posisi seperti ini. Tapi kapan? Qathia tidak terlalu mengingatnya. Dunianya terasa berhenti. Tapi ingatannya tiba-tiba mengarah pada sosok anak kecil yang berteriak memangil namanya. Tangannya memegangi kepala, kenapa saat ingatan tentang kecelakaan itu muncul kepala nya selalu merasa sakit. Siapa anak kecil itu?

Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, Qathia masih tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Hingga beberapa detik kemudian ia merasakan ada yang menariknya, kepalanya terbentur dada bidang seseorang.










Holla author comeback😚 Ada yang kangen?:"
Btw ini revisi ya:*  Aku udah jelasin di deskripsi cerita. Semoga suka💕

Difficult ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang