Seorang gadis kecil berkuncir dua tengah berlarian di tengah taman.
"Kak Athal, kejal aku dong!" teriak gadis kecil itu dengan suaranya yang masih cadel.
"Maya, jangan kenceng-kenceng dong larinya," jawab seorang pria kecil dengan nafas yang ngos-ngosan karena berlari.
Dia adalah Maya dan Mathar. Umur mereka hanya terpaut 1 tahun. Maya umurnya baru 4 tahun dan dia masih cadel, sedangkan Mathar sudah 5 tahun. Mereka bertetangga. Itulah yang membuat mereka menjadi sahabat baik.
"Kak Athal mah payah. Kak Athal itu kan cowok. Masa' ngejal Aya aja ndak kuat? Huh, cemen."
"Kakak ndak cemen. Sini kamu. Kakak bakal tangkap kamu," geram Mathar.
"Ndak bisa wle,, wle,,.. Aaaaaaa....."
"MAYA!!!" teriak Mathar saat melihat Maya jatuh tersandung.
"Aww. Hiks, hiks, hiks.. Kak Athal, cakit. Kaki Aya bedalah," adu Maya kepada Mathar.
"Kan tadi udah kakak bilang jangan kenceng-kenceng," ucap Mathar sambil membersihkan kotoran yang ada di sekitar luka di dengkul Maya.
"Aduhh... Jangan di pegangin. Cakit tauk," omel Maya.
"Yaudah. Ayok, kakak gendong. Nanti biar di obatin sama bunda."
Mathar menggendong tubuh Maya yang lebih kecil dari tubuhnya di punggung. Maya masih terisak di pundak Mathar. Untung saja jarak taman dengan rumah Mathar dekat.
"BUNDA!! BUNDA!! SINI CEPETAN!!" teriak Mathar saat sampai di pekarangan luas dari mansion mewah bercat putih itu.
"Ada apa Mat- Ya Allah, ini Maya kenapa?" tanya seorang wanita berhijab dari teras rumah. Ia adalah Linda- bunda Mathar.
"Maya jatuh bun."
"Hiks, hiks. Bunda, cakit," Maya masih terisak sambil mendekat ke pelukan Linda.
"Yaudah. Ayo ke teras. Nanti bunda obatin."
Linda langsung membawa Maya ke teras rumahnya diikuti Mathar yang berlari di belakangnya.
"Lin, tadi aku deng- loh, Maya kenapa ini?" tanya seseorang sedikit khawatir sambil membuka pintu pagar di samping rumah.
"Mama, cakit, " adu Maya pada Tasya- mamanya, dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ini lagi aku obatin Tas, tadi jatuh pas lagi main sama Mathar di taman," jelas Linda.
"Oalah. Gitu toh. Lain kali, kalo main hati-hati ya sayang," ucap Tasya sambil membelai puncak kepala Maya dengan sayang. Maya mengangguk dan menangis kembali.
"Ma, maafin Mathar ya. Mathar ndak bisa ngejagain Maya," ucap Mathar menunduk, merasa bersalah.
Tasya dan Linda yang mendengar itu tersenyum tipis. Lalu, tangan Tasya beralih membelai kepala Mathar.
"Kok Mathar minta maaf? Kan bukan salah Mathar. Mathar kan udah jagain Maya dengan baik. Maya itu jatuh karena dia gak hati-hati. Jadi itu semua bukan salah Mathar."
"Iya Kak Athal. Kak Athal ndak calah kok. Kan tadi Kak Athal udah ngingetin aku. Tapi, aku ndak dengelin," ucap Maya di sela isakannya.
"Yaudah. Lain kali kalo kamu mau main jangan lari-lari yaa," ucap Mathar lembut.
"Iya Kak, Aya cayang Kak Athal," ucap Maya sambil memeluk tubuh Mathar.
"Mathar lebih sayang sama Maya," jawabnya sambil membalas pelukan Maya.
Tasya dan Linda lagi-lagi di buat tersenyum oleh tingkah anak-anaknya. Mereka sendiri telah bersahabat sejak SMA, begitu pula suami mereka.
==========
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Best Friend
Teen FictionBayangkan jika kalian menjadi seorang Amaya Galuh Indraprasta. Ia memiliki seorang sahabat yang sangat-sangat posesif, protektif, dan arogan terhadap dirinya. Mathar Wijaya Putra. Seorang pria tampan dengan tatapan misteriusnya. Ia adalah sahabat M...