Jangan lupa vote and comment yaa❤~
'Bagas berjalan mantap kearah gadis itu. Bagas selalu menyukai senyuman lebar milik gadis ini dan berharap menjadi salah satu orang yang dapat membuat senyuman itu selalu ada.
"Pagi sayang" sapanya sambil menghentikan langkahnya di depan gadis itu. Ia menyodorkan sepucuk mawar merah yang tadi ia petik di depan rumahnya. "Beautiful flower for beautiful girl"ujarnya dengan senyuman lebar.
"thank's" gadis itu mengambil mawar itu dan menghirupnya. Wangi embun pagi melekat pada bunga itu.
Bagas segera merangkul gadis itu dan berjalan beriringan menuju kelas. "Kamu tau gak apa yang buat aku senyum pagi ini?" tanya Bagas.
"Hari ini kakak bisa nyiksa para junior lagi?"
Bagas menggeleng, "Kamu" ia mencubit pipi gadis itu dengan tangan satunya. Gadis itu tersenyum lebar sambil menahan rasa yang sedang meledak ledak dalam dirinya. "Kamu adalah alasan yang sangat pantas hingga aku sanggup untuk bangun setiap pagi" ujarnya lagi saat mereka sampai di depan kelas sang gadis.
Ia berpidah tempat agar dapat berhadapan dengan gadis berambut panjang itu. "I love you"bisiknya lalu mendekatkan wajahnya pada wajah sang gadis. Semakin dekat hingga sang gadis menutup matanya untuk membiarkan Bagas melakukan apapun. Ia dapat mencium aroma kulit Bagas yang beraroma lavender. Bibirnya sudah tepat di depan bibir Bagas.'
Pltak!
Bunyi barang jatuh itu membuat Aletha terbangun. Ia segera duduk dan menghidupkan lampu tidur disebelahnya. Matanya berkeliling ruangan untuk mencari sumber bunyi. Namun seluruh ruangan tampak seperti sebelum ia terlelap. Kecuali, lampu kamar mandi yang masih hidup. Aletha melirik kearah jam yang menunjukan pukul enam pagi.
Keringat membanjiri tubuhnya karena ac kamarnya lupa dihidupkan. Semalam ia kelelahan dan segera terlelap begitu sampai di kasur. Ia tidak tahu mengapa tubuhnya terasa sangat lelah belakangan ini. Aletha bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi. Ia membuka pintu tersebut dan mendapat sambutan semburan air dan teriakan "Heyy".
Aletha mengelap wajahnya yang basah dan melihat asal suara. Ia mendapati seorang pemuda yang lebih muda satu tahun darinya itu sedang berdiri menggenggam shower dan wajah memerah. Pemuda itu setengah telanjang dengan handuk menutupi bagian bawahnya. "ALATAZ!" seru Aletha sambil memeluk pemuda itu.
Alataz adalah adik bungsunya, sejak kecil keduanya tidak dapat dipisahkan. Bahkan Alataz juga meminta ikut sekolah saat Aletha sekolah. Alhasil mereka selalu sekelas dan satu tingkatan. Namun sikap Alataz berubah saat ibu mereka pergi. Ia lebih sering menghabiskan waktu di luar, menjauh dari keluarga. Sudah dua minggu Alataz pergi tanpa kabar, ia bahkan tidak masuk sekolah sama sekali. Padahal ini tahun pertamanya di SMA.
"Letha, gua ga pake baju" rengeknya yang masih terkunci oleh pelukan Aletha.
"Emang kenapa? Dari kecil sering mandi bareng kok" jawab Aletha memanyunkan bibirnya. Ia melepaskan pelukannya dan melihat Alataz lebih seksama. "Ataz udah besar ya, liat tuh perutnya ngebentuk enam kotak" ujarnya sambil menunjuk perut bidang milik Alataz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen
Teen Fiction"Goblok" cetusnya. "Lo itu goblok banget, sampai sampai otak gue yang brilian ini lelah mikirin jalan otak lo yang selalu buntu." Gadis itu tersenyum kecil, "Tapi otak buntu aku kuat". Pemuda itu kebingungan menatapnya, "Dia mampu membuat kamu yang...