And the comments
Behind the curtains
"Rian.."
Fajar sudah mengetok pintu entah untuk keberapa kali. Bahkan kevin sudah keluar dari kamarnya karena ikut pusing mendengar fajar yang terus memanggil nama rian dan rian yang memutar musik keras-keras.
"Besok-besok kalau ada masalah jangan dikamar. Iling.. kamare rian yo kamarku pisan."
Fajar hanya mengucapkan kata maaf. Duh apa sih tadi duduk permasalahannya fajar sampai lupa.
"Buka dah jar.." seru ihsan yang baru saja lewat dibelakang tubuhnya.
Fajar memberanikan diri membuka pintu di kamarnya. Sialan kevin gak bilang kalau pintunya gak dikunci.
"Rian.."
Alunan musik mulai memekakkan telinga fajar. Dengan berani pria majalaya itu mematikan musiknya dan berjalan ke arah rian yang masih enggan menatapnya di ranjang.
"Serius rian.. aa gak maksud gitu. Lihat sini coba, yan.." fajar berusaha meraih tangan rian yang berbalik memunggunginya.
"Rian.."
"Seriusan itu fikri cuma bercanda. Tanya ginting kalau gak percaya. Atau tanya hadiyat. Rian percaya aa gak?" Fajar udah berlutut disamping ranjang rian. Serius, laki-laki itu berlutut untuk 3 hal. Tuhannya. Orang tuanya. Dan.. orang yang sangat ia cinta.
"Rian.."
"Berisik tau, a'..."
Fajar mendesahkan nafas lega. Setidaknya rian masih mau memberikan respon, "sini hadep sini dulu. Gimana ini biar kamu gak marah sama aa' lagi?"
"Yaudah diem aja." Rian masih enggan membalikkan badannya.
"Mekdi ya?"
"Emangnya kepercayaanku seharga mekdi."
Oke, salah langkah.
"Rian.. ayodong hadep sini."
"Siniin chat aa' sama fikri.. chat sama koh kevin juga."
Fajar mendesah, mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memberikan pada rian, "gak ada apa-apa serius."
Rian nampak serius men-scroll chat dari awal hingga akhir. Sebagian besar hanya berbicara masalah teknik dan sebagian besar lain bertanya tentang makanan apa yang ingin dibeli anak asrama ketika fajar kebagian jatah belaja bersamanya.
"Gimana?" Fajar menatap was-was.
"Apa maksud aa' di replyan postnya koh kevin?"
"Gak ada.. bercanda doang itu.. seriusan. Sumpah gak pake perasaan gak pake nafsu juga." Fajar menggenggam tangan rian yang akhirnya mau menghadapnya.
"Terus fikri? Aa' selalu ke fikri kalau tengkar sama rian?"
"Nggak. Sumpah, nggak. Emang fikri otaknya suka rada-rada. Sumpah gak aada aku ke fikri, rian."
Rian menatap tajam mata fajar, "serius?"
Fajar mengangguk yakin.
"Yaudah.." rian kembali merebahkan tubuhnya dan membelakangi fajar.
"Heh.. gimana? Masih ngambek sama aa'.."
"Dikit.. udah pergi sana, mau nenangin diri."
Fajar berdiri dari posisinya, "habis ini jangan marah lagi, ya.."
Fajar merunduk dan memberikan kecupan singkat dipelipis rian, "tidur yang nyenyak, jangan dipikirin. Aa cuma cinta rian."
Rian hanya memejamkan matanya sebagai respon, namun bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang bahkan fajar tidak sempat melihatnya.
Yey
Udah
Apa ada typo?? Banyak pastinya xD
YOU ARE READING
[Badminton Atletes] Amar
Randomfajri, joting, rovin, baysan Kumpulan cerita Au nih.. Isinya kapal lokal favorite aku dan kalian semuaa.. Sebuah peringatan untuk pembaca, kehaluan kita jangan dibawa ke dunia mereka yaaa Mohon pengertiannya