I

11.7K 415 14
                                    

Terlalu sibuk melamun, waktuku untuk Mandi terpotong 2 menit. Aku turun dari atap kamar indekos ku dan masuk melalui jendela. Santai, disangka maling sudah pernah terjadi 4 Kali. Menyambar handuk hijau di sebelah almari dan lari menuju tempat merenung. Pagi ini tak terlalu dingin, mungkin karena ada 'dia' yang sudah hadir menghangatkan hatiku. Heleh! Gombal.

Aku berpenampilan se-rapih mungkin agar terlihat keren di depan Misaki. Bercermin dan bicara pada diriku sendiri.

"Apa aku sudah Keren? Ah norak banget gayaku. Ah tidak! Aku keren"

Pintu kamar indekos ku tiba tiba terbuka.

"Sudah keren kok, bas" ah ternyata Ibu Kos ku, Bu Rahma.

"Hehe bu, Ada apa bu? Saya kan sudah bayar uang Kos untuk 2 bulan kedepan"

"Bukan.. bukan uang Kos, tadi Ibu hanya lewat, kamu lucu, jadi ingat sama anak ibu, tapi dia sudah kerja"

Aku tersenyum kecil, Bu Rahma perlahan pergi. Aku membawa tas kameraku, tak lupa juga tripod, mungkin saja aku perlu, untuk memukul pencopet mungkin?haha.
Berjalan sampai ke gang depan bukan perjalanan yang pendek, menunggu angkutan kota di pinggir jalan bersama ibu ibu dan sayur belanjaan mereka. Tangan kanan ku melambai lambai ke arah jalan raya, Satu mobil biru berhenti sedikit jauh dariku. Aku duduk tepat di depan pintu. Seperti kondektur angkot saja.

"Stasiun Pak"

"Ngiiiiikkk" Mobil itu mengerem, semua penumpang miring ke arah sopir. Serentak. Wkwkwk.

Berjalan, membuka ponselku, tengok kanan Kiri, ayolah disini terlalu ramai. Sulit untuk menemukan anak manis itu. Tak lama, seseorang melambai lambai ke arahku. Aku menghampirinya. GILA! cantik banget Misaki hari ini. Dress peach yang digunakan cocok dengan warna kulitnya yang putih. Ah terlalu indah.

Tiba tiba Misaki tertawa. Entah aku tak tahu penyebab pastinya. Yang aku tahu, tawanya begitu manis.

"Oke, so, Kita mau belajar apa nih?"

"Bentar, kau bawa kamera ga?"

"Bawa lah, ya masa mau belajar ga bawa" ia mengeluarkan kamera cantiknya. Ah, sama cantik dengan pemiliknya.

"Oke, sekarang kau potret saja apapun, Yang menurutmu bagus, beberapa, nanti ku lihat seberapa jauh kau tahu fotografi"

"Wah curang! Kau belum mengajariku apa-apa! Kau sudah menyuruhku memotret"

"Bukan curang, ini belajar" aku tertawa kecil. Aku kemudian duduk di sebelah bapak-bapak yang tengah membaca koran. Diam diam aku juga memotret Misaki. Model hatiku. Hahaha. Misaki tampak serius sekali, wajahnya semakin lucu.

"Nih kak! Sudah! Lihat hasilnya! Kalau jelek, bukan salahku, kamu yang tidak mengajariku" ucapnya sedikit ngambek. Lucu. Hehehe

"Cukup bagus, untuk pemula, kau sudah punya teknik dasar, tinggal sedikit latihan saja"

"Oh.. oke, kalau begitu aku ingin melihat hasil potretan kakak, bisa kubuat contoh"
Tanpa ampun, dia menyambar kameraku dari tanganku. So sad.

"Banyak banget fotoku? Ah.. kakak suka ya padaku?" Ucapnya sambil tertawa kecil.

"Tidak ih tidak, sini kembalikan kameraku" aku mencoba mengambil kameraku. Sulit. Yasudah kubiarkan saja.

"Kakak sepertinya tahu ya, aku ingin jadi model, mangkannya kakak foto"

"Eh?! Eh iya Iya, sudah terlihat kamu ingin jadi model ki"

"Nanti kalau aku jadi model, kakak jadi fotografer nya ya"

"Iya deh, tapi kalau aku jadi model, kamu fotografernya"

"Tapi kan, kak Abbas ga ganteng"

GILA! WAJAH POLOS UCAPANNYA JLEB BANGET :)

"Nggak kok ka, bercanda, wkwkw"

Aku menyembunyikan wajah malu ku.

Ya, sekarang hari- hariku sudah di temani Misaki. Hanya sebatas guru dengan murid, ga lebih.

Bukan Senja, tapi FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang