Begini, percaya atau tidak, beberapa hal di dunia ini diciptakan untuk hanya datang sekali. Maaf, bukan bicara tentang nyawa ataupun waktu. Mungkin sesuatu diantaranya? Atau sesuatu yang terenggut karena keduanya? Entah aku tak tahu pasti.
Banyak orang berkata, hidup ini dijalani, bukan jadi pelarian. Toh semua orang pernah melakukan pelarian. Entah dari kehidupan yang terlalu suram, atau Dari kehidupan yang terlalu nyaman. Aku tak tahu pasti, aku bukan dukun kampung sebelah.
Pekerjaanku hanya sebagai fotografer biasa, mungkin dapat undangan dari pernikahan teman atau saudara. Atau hanya ikut kontes pemotretan. Bisa di sebut aku seorang pengangguran?. Tapi jangan kau pikir aku tak punya kekasih. Karena nanti kau benar. Lagi pula mana ada wanita yang mau dengan pria seperti aku? Tak punya banyak uang, wajahpun pas-pasan.
Setiap pagi, aku selalu berada di atap kamar indekos ku. Menanti fajar, Indah sekali. Sesekali aku ditemani kamera cantikku. Dia yang selama ini jadi kekasihku. Asal kau tahu, ketika fajar mengelus wajahmu, mungkin kau akan selalu bangun pagi setelah merasakannya. Akupun begitu.
Membiarkan fajar mengelus lembut wajahku, sambil berbisik segala sesuatu yang ku dambakan. Bukan, bukan wanita. Sesuatu yang lebih indah. Aku tak mau memberitahumu. Ini rahasia
Lagi lagi fajar menyambut pagiku. Begitu indah. Ku renggangkan otot dan tulangku. Kemarin aku sungguh bekerja keras. Ketika sebuah kepercayaan besar datang padaku, tidak sopan jika aku tidak memberikan hasil yang besar. Seorang temanku menikah, dia musisi besar. Sukses sekali, pesta pernikahannya dihiasi gemerlap lampu yang cantik. Aku dipercaya untuk menjadi fotografer di pesta sebesar ini. Menakjubkan.
Suksesnya pun bukan main, wanita yang ia pinang juga cantik, nampaknya dia baik hati. Temanku juga. Tapi aku juga sukses malam itu, seorang gadis polos yang cantik memandangku hingga akhir pesta. Dia sangat manis. Pesta selesai, tugasku pun selesai. Ditariknya tanganku, dan kemudian kami duduk bersebelahan, rasanya hatiku bedebar.
"Kau keren sekali! Ajari aku memotret sepertimu! Ah maaf, aku belum tahu namamu, bolehkah?"
"Ah, perkenalkan, Abbas, kau?" ucapku sambil menjabat tangan gadis itu
" Misaki" ia tersenyum. Gila! Senyumnya terlalu manis hingga aku tak bisa memalingkan pandanganku. Rupanya wanita berdarah jepang Indonesia ini terlalu manis untuk kumiliki. Ah aku terlalu banyak berhayal.
"Umm.. bisa kan kau mengajariku fotografi?"
"Bisa kok, bisa. Memang sudah izin orang tua kalau mau belajar? Ayo tanya dulu"
"Sudah, boleh kok"
"So, kapan nih mulai belajar?"
"Besoook!"
"Hah?! Oke deh, Kita bertemu dii??"
"Stasiun kota? Banyak objek bagus bukan, untuk pemula?"
"Wah benar, oke! Ku tunggu jam 08:00, sudah ini sudah malam, pulanglah, orangtuamu akan khawatir"
"Baiklah, sampai jumpa"
Kejadian itu benar benar masih terputar di kepalaku. Tentang senyumnya, manis wajahnya. Entahlah. Terlalu mabuk kepayang bisa membuatku semakin gila.
"Vote Dan comment mu sangat berharga bagi saya, wish u give it to me💕"
Saya sangat Akan sangat senang jika anda bersedia memberikan bintang untuk cerita saya, terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Senja, tapi Fajar
Random[COMPLETED✅] Belum tahu seberapa Indah fajar? wah.. sepertinya kamu harus bangun lebih pagi. jangan kesiangan mulu Untuk kalian Yang sudah membaca, terimakasih :) Saia Ren sebagai author mohon maaf atas segala ke typoan saia Budayakan vote setelah m...