II

7.5K 357 21
                                        

Setiap hari Misaki terus bersamaku, bukan sebagai pacar, hubungan tanpa status. Mungkin esok hari adalah hari yang tepat untuk merubah status ini. Hari ulang tahun Misaki, tepat seminggu sebelum ulang tahun ku. Tapi siapa yang peduli dengan ulang tahun ku.

Berfikir lagi, apa tak terlalu cepat? Aku baru 4 bulan mengenalnya. Ah tidak, bagi mahasiswi sains seperti dia mungkin hal seperti ini sudah biasa?

"Hari ini siap siap, jam setengah empat kakak jemput kamu"

Rasanya keypadku berat mau menekan tombol kirim. Ah sudalah.

"Kirim" Tak lama setelah itu sih..

"Hah?!! Jam setengah empat? Aku belum Mandi kak!"

"Gausah Mandi, bentar aja kok"

"Ok oke, aku ijin mama dulu"

"Oke"

"Ki? Boleh ngga?"

"Boleh Ka, tapi jangan macem macem ya"

"Yang mau macem macem juga siapa"

Ah! Pukul 03:10, aku harus berangkat ke rumah Misaki. Aku tak boleh sampai di cap pria molor.

Tepat pukul 03:27 aku tiba di depan rumah Misaki, tangan ini tak berani mengetuk, ku kumpulkan niat dan..

"Tok tok tok"

"Aaaa.. iyaa bentar bass" suaranya lucu, entah, semua tentangnya memang begitu indah, cantik.

"Ceklek, oke aku udah siap"

"Simple banget bajumu, sweater sama celana pendek, yakin ga kedinginan ki?"

"Ngga kok, santai" Misaki tertawa kecil. AH TAWAMU! HENTIKAN ATAU AKU AKAN TERKENA SERANGAN JANTUNG :)

"Yaudah ayo ikut aku" aku menarik tangan Misaki, kami berjalan sedikit jauh, hingga kami sampai di depan sebuah gedung tua.

"Tempat apa ini bas?"

"Parkiran lama, gak tau kenapa jadi kosong gini"

"Ohh.. so, Kita mau ngapain?"

"Mangkannya ikut"

"Eh dingin juga ternyata"

"Yaudah ih lama, sini ikut"

Naik beberapa anak tangga, lumayan banyak sih, sampai berada di atap gedung, duduk bersebelahan, memandang langit, menunggu fajar.

" Fajar! Fajar bas!" Wajah Misaki terlihat begitu terkesan, wajah ayunya yang di sinari cahaya fajar nempak lebih menarik. Gila, bidadari mana yang ku lihat?

"Bas? Oi?"

"Ah Iya ki, Iya, aku mau ngomong sesuatu"

"Ngomong Aja Kali, susah amat"

"Happy birthday!"

"Aku sampai lupa gara gara indahnya fajar, makasih bas"

"Mmm.. Ada lagi"

"Ada lagi? Apaan?"

"A.. aku.. cinta sama kamu"

" Udah lama aku nunggu kata itu Bas, sama, aku juga"

Misaki menggenggam erat tanganku, Kini sapaan mentari menjadi sebuah saksi, atas bertemunya dua hati, hingga 2 bibir Yang saling menyapa. Kami saling mencintai.

"Bas?"

"Ya?"

"Jangan tinggalin aku ya"

"Ga bakal" entah setelah ini aku menjadi lelaki sejati atau lelaki bajingan Yang akan meninggalkan Misaki, aku tak tahu pasti.

Hari ini menjadi hari Kita berdua.

"Bas, sadar gak sih? Dunia ini memang benar benar berputar"

"Memang, dunia ini berputar,  berputar pada porosnya, juga berputar mengelilingi matahari"

"Dih, kalau itu aku juga tahu, Coba deh kamu perhatikan, banyak orang miskin yang kemudian jadi kaya karena usahanya. Ada juga orang kaya yang jadi miskin Karena tak mau lagi berusaha. Iya kan?"

" Kalau menurutku, hidup manusia itu gini- gini aja, gak berubah"

"Hah? Gimana?"

"Ya, sadar gak sih? Kebanyakan dari mereka melakukan hal yang sama setiap harinya. Bangun, berkerja, pulang, tidur"

"Haha, benar juga"

"Lalu membiarkan hidup mereka terenggut waktu, lama kelamaan nyawa ikut di renggut, kesan apa yang di dapat? Aku tak tahu sih tentang mereka yang hanya memikirkan bagaimana cara hidup enak, bukan bagaimana cara mati enak"

"Wah wah.. sejak kapan jadi puitis gini Bas?"

"Entah, mungkin efek dari keindahan bidadari di sebelahku"

Misaki tertawa kecil

" Bas, kalau mau singgah, beri aku kopi saja, jangan hati"

"Eh, aku ini serius menetap, ya tak akan menyerah walau dunia gelap"

"Yasudah, tak perlu terlalu terang, cukup gelap namun tetap ada"

"Wah, perang kata kata ya kita?"

"Bukan, perang cinta Bas"

"Yasudah, ayo kuantar kau pulang, mamamu nanti khawatir.

Akan kah kisah kita tetap seperti ini? Aku tak tahu pasti, Yang aku tahu pasti, sampai saat ini aku masih mencintaimu

Bukan Senja, tapi FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang